Berapa lama orang menghabiskan waktu di sebuah café? Saya cukup betah 5 jam di CoffeeBengkel Airmadidi, Minahasa Utara. Waktu selama itu bukan perkara mudah bila tak ada sesuatu yang menarik di sana.
Tiga hal membuat suka, pertama, sajian kopi Ijen yang aduhai dan makanannya yang lezat. Kedua, ruang yang nyaman. Ketiga, percakapan mengasyikan dengan kaum muda yang bersemangat mengisi kemilau era pariwisata negeri itu.
Hembusan udara yang membuat malam terasa dingin di Minahasa Utara menjadikan “Ijen”, sajian kopi alami ala CoffeeBengkel terasa istimewa dan khas dalam 5 jam itu. Tapi pernahkan kamu menikmati kopi atau menu makanan dengan nama bernuansa dunia otomotif dan perbengkelan?
Bila anda berkunjung ke Provinsi Sulawesi Utara, saya merekomendasikan keunikan menu café semacam itu hanya ada di CoffeeBengkel Airmadidi. Untuk kenikmatan Ijen malam itu, saya menulis beberapa larik berikut ini:
dari gerai ke gerai
aku pembilang kesedihan
namun kopi selalu teman
bagi mereka yang merasa paling hilang
mereka menyesap hingga tandas tetes akhir
kelat kalah yang ingin dielak
kemudian mereka pergi
laksana burungburung panah
melesat
kembali bertarung
di atas langit tinggi tanpa nama
bila suatu hari kita melihat ada yang jatuh ke bumi
itulah tanda
kemenangan sejati tak pernah punya akhir untuk dimulai
Mari mulai dari sebuah filosofi. Filosofi coffee shop yaitu tempat yang nyaman. Keutamaan itulah yang mempertemukan beragam kepentingan pengunjung. Dan saya menikmati itu di CoffeeBengkel Minut. Di sana, kombinasi logam dan kayu, implementasi bata dan dekorasi semen unfinished melengkapi ruang-ruang yang di desain minimalis.
Seperti juga gaya cafe yang popular, CoffeeBengkel yang terletak di sisi ruas jalan Manado-Bitung, Kayubesi Airmadidi itu, sebagaimana namanya didesain dengan corak kontemporer. Menonjolkan elemen-elemen estetik dunia perbengkelan dan atomotif.
Beragam sparepart kendaraan bermotor mengisi beberapa sisi dipadu dengan balok-balok yang terkesan tua dan rapuh hingga yang nampak menonjol adalah kesan kontemporer namun asri.
Membangun cafe dengan gaya terkini bisa dikata strategi pasar dalam menggaet pengunjung lebih banyak. Dan CoffeeBengkel telah hadir dengan paripurna mengisi detak kehidupan Airmadidi hingga hari berangkat malam.
Bila mengutip bahasa iklan, saya harus menulisnya begini: CoffeeBengkel, suasananya asyik, desain ala otomotif, harga terjangkau, lokasinya strategis. Tersedia tak saja kopi, juga pilihan minuman dan makanan. Anda dijamin puas dan terkesan.
Namun bagi Ricky Rumimper, CoffeeBengkel miliknya tak lebih retih api dalam mendukung era pariwisata Minahasa Utara yang gencar dibangun pemerintah. Ia ingin anak-anak muda punya ruang bersua, ngumpul, berbagi canda dan ide-ide cerdas. Punya tempat unjuk kreatifitas untuk mendukung era pariwisata itu.
Dalam tahun-tahun awal beroperasi CoffeeBengkel ini, niatan mengisi denyut pariwisata mulai berjalan. Konsep live music, mini konser hingga atraksi hiburan lainnya telah mengisi panggungnya sepanjang pekan, terutama Rabu hingga Sabtu.
Komunitas-komunitas seniman Minahasa Utara mendapatkan alternatif ruang terbuka untuk berekspresi di CoffeeBengkel. Sementara peluang mengusung seni-seni tradisi mulai digarap bersama anak-anak muda pegiat seni di sana.
“Kita harus bisa menyiapkan semua itu untuk mendukung Kabupaten Minahasa Utara sebagai kawasan pariwisata super prioritas di Sulawesi Utara saat ini,” ungkap Ricky.
Sejatinya, sudah agak lama saya tak mampir ke Minahasa Utara, kecuali melintas saja. Namun bersejenak jua saya ke sana. Sekadar merespons ajakan sang anak muda itu, untuk sedikit bertukar pikiran di sekitar ide dan langkah-langkah kreatif mereka dalam menopang era pariwisata ini.
Dalam 5 jam diskusi diselingi kopi “Ijen’ dan canda ria yang mengsyikan, saya menyakini api semangat yang kini membara dibenak kaum muda Minahasa Utara, bahwa suatu ketika daya tarik negeri itu tak saja pada keelokan pantai dan berbagai fasilitas hiburan canggih yang tengah dibangun saat ini, tapi juga diwarnai aneka aksi mahakarya seni budaya.
Di lain sisi, Minahasa Utara memiliki pantai, desa, dan alkulturasi budaya polinesia yang indah. Pulisan, Marinsow, Pantai Pall, atau Pantai Surabaya, Pantai Kalinaun dan Pantai Sampiran, kini mulai mendunia. Ribuan wisatawan setiap tahunnya menjadikan destinasi kawasan ini sebagai tujuan kunjungan.
Dalam catatan Badan Pusat Statistik Kabupaten Minut, pada 2016 total 29.707 turis baik lokal maupun asing masuk ke kabupaten itu. Tahun berikutnya, 2017, dia naik ke posisi total 46.769 orang. Pada 2018, kunjungan melonjak signifikan ke angka 224.619, atau 124.830 wisatawan mancanegara ditambah 99.789 wisatawan lokal.
Tentu, tak saja keelokan alam Minahasa Utara sebagai daya tarik utama. Bila ingin menaikan jumlah kunjungan tersebut, sangat diperlukan tampilan pesona seni budaya. Ini yang menjadi konsen kaum muda di sana. Mereka ingin berada bersama-sama dalam detak nadi periwisata daerahnya.
Seiring kehadiran Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Likupang yang menjadikan posisi daerah ini sangat strategis dalam pengembangan industri pariwisata. Selama 5 jam di CoffeeBengkel menjadi waktu yang tak sia-sia. Setidaknya, merancang konsep menggarap seni tradisi ke panggung pariwisata dunia itulah topik paling menarik bersama anak muda di sana.
Niatan mereka itu, mengantar saya pada sebuah bayangan yang sublim tentang kisah-kisah lokal seperti “Tumatenden dan 9 Bidadari”, bahkan mitologi Dewi Padi Linkanbene yang tengah digagas untuk produksi teater melibatkan teknologi multi media, akan tampil mengisi salah satu ruang teater termegah dunia yang bakal dibangun bersama fasilitas mewah di atas lahan KEK Likupang yang berbandrol Rp 7,1 trilun itu. (***)
Penulis : Iverdixon Tinungki
Discussion about this post