Sebagaimana bisnis coffee shop dengan target pasar kaum urban, mereka tak saja menjual rasa, visual dan kenangan. Mempertemukan gagasan dan daya kreatif kaum muda Minahasa Utara merupakan tujuan lebih utama dari kehadiran CoffeeBengkel di sana.
Itulah konon tujuan saya diundang! Ikut nimbrung dalam urun rembuk gagasan bernas kaum muda agar berada pada tuas putaran era pariwisata negeri Dewi Padi Linkanbene itu. Sebuah era yang nampak menggerakan Airmadidi sebagai gerbang menuju jantung Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Likupang.
KEK Likupang, sebuah kawasan yang sedang dibangun di atas lahan seluas 197,4 hektare dengan proyeksi investasi sebesar Rp 7,1 trilun yang meliputi total investasi untuk membangun KEK Likupang mencapai Rp 2,1 triliun, dan proyeksi investasi dari pelaku usaha tertarget Rp 5 triliun.
Andaikata tak ada kopi Ijen, undangan mampir dari pemilik CoffeeBengkel, Ricky Rumimper, menjadi momentum yang biasa-biasa saja. Tapi Ijen membuatnya luar biasa. Dan 12 April 2021 menjadi Senin yang puitis sekaligus cerdas. Mengapa? Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK Likupang) yang berbasis pariwisata di negeri berpantai elok itu, telah memicu gairah generasi milenial di sana. Mereka tertantang ikut meraih untung atau setidaknya berperan dalam memajukan daerahnya, Minahasa Utara.
Dan untuk mendorong gagasan-gagasan kreatif kaum muda ini, Bupati dan Wakil Bupati Minahasa Utara, Joune Ganda dan Kevin William Lotulung telah bersedia mendampingi dan menopang ide-ide cemerlang kaum muda. Dapat dipahami bila pemerintah Minut mendukung ruang-ruang kreatif kaum muda. Sebab, tanpa topangan generasi yang lebih bugar ini, target kunjungan wisata Bumi Nyiur Melambai yang dipatok 1 juta kunjungan pada 2025 sulit tercapai. Dan Minut harus menyumbang 16 persen atau sekitar 162 ribu orang, dari total kunjungan wisatawan asing.
Ricky Rumimper, dan sejawatnya di Komunitas Muda Minahasa Utara cukup jeli dan cerdas saya kira. Sejak KEK disetujui pada Juli 1919, mereka mulai menggerakan dunia seni budaya dan multi media.
CoffeeBengkel, menjadi poros bahkan panggung pertunjukan mereka. Musik dan aksi-aksi hiburan berlatar budaya Minahasa Utara mulai dipertunjukan untuk pengunjung. Minahasa Utara pun mulai diramaikan iven seni budaya. Oleh karenanya, esensi utama pariwisata mulai mendetak di sana.
Tujuan wisatawan berkunjung adalah ingin melihat perbedaan, dan perbedaan itu hanya ada pada budaya. Orang tak berwisata ke Sanur Bali bila sekadar melihat pantai dan matahari, mereka ingin menemukan Bali dalam budayanya yang unik dan estetik.
Itu yang mendasari Ricky dan kawan-kawannya. Mereka ingin menampilkan Minahasa bahkan kultur berbagai etnik di Sulawesi Utara ke panggung-panggung wisata dengan cara mereka. Cara kaum muda yang hidup di era Revolusi Industri 4.0 yang lebih menekankan digitalisasi.
Pikiran-pikiran penuh daya maju itulah yang kami diskusikan dalam 5 jam bersama aroma Kopi Ijen yang menguar harumnya, hingga kejenuhan saya saat membicarakan hal-hal menyangkut pemerintah tertepiskan.
apa yang lantang dari sunyi telah kuseduh
sebagai kopi, sebagai puisi
sebagai cinta itu sendiri
kini aku ingin bercerita tentang api air dan sebiji pedih
yang berasal dari sepi paling gergasi
ia mengaduk semua gaduh jadi mimpi
jadi ikhtiar hidup kembali
kita tak perlu banal seperti cangkircangkir yang mati
mengangguki tegukkan segala sakit hati
yang ingin kutandaskan
apa yang paling ampas dari pahit kehidupanku sendiri
Sebelum lupa dan luput, harus saya sebut jelas, CoffeeBengkel itu terletak di sisi ruas jalan Manado-Bitung, Kayubesi Airmadidi. Tepatnya, di samping KFC dan pombensin Airmadidi. Tak begitu luas, namun punya tiga ruang nongkrong yang memadai dengan tata artistis yang membuat pengunjung betah dan takjub. (bersambung ke bagian 3)
Penulis : Iverdixon Tinungki
Discussion about this post