Jejak Tiene Waworuntu semakin buram ketika tak banyak lagi warga Manado pada hari ini mengenal namanya. Padahal Tiene adalah walikota perempuan pertama di ibukota Sulawesi Utara, sekaligus juga perempuan pertama yang menjadi pemimpin kota di Indonesia.
Dalam catatan yang tersisa, pemilik nama lengkap Agustine Magdalena Waworuntu itu menjabat Walikota Manado sepanjang 1950-1951. Dia adalah walikota Manado ketiga pasca-Indonesia mengumumkan kemerdekaannya. Sebuah catatan kompasiana mengesankan sebagai pemimpin, Tiene jelas bukan perempuan biasa. Dia berhadapan dengan situasi Kota Manado yang masa itu masih luluh lantak dihajar bom sekutu dan Jepang akibat Perang Dunia II. Kota ini harus diupayakan agar bisa kembali berdenyut dan berdaulat.
Apalagi dia mesti menuntaskan beragam masalah sosial. Dari kemelaratan rakyat hingga prostitusi, termasuk berjibaku dengan kepentingan partai hingga pihak militer. Tiene melakukan pekerjaan besar, lewat kebijakan-kebijakan yang berani di tengah dominasi kaum lelaki di sekelilingnya.
Bila Tiene dihadirkan sebagai pemimpin Manado di masa kekinian, jelas kasus yang dihadapi akan berbeda. Satu yang pasti, sebagai perempuan, pemimpin Kota Manado akan diminta untuk lebih berpihak pada permasalahan kaumnya. Salah satunya, menutup disparitas antara lelaki dan perempuan dalam berbagai lini kerja dan profesi.
“Di masa kini saat masyarakat semakin mudah mengakses pendidikan, sudah bukan zamannya lagi membeda-bedakan antara kaum Adam dan Hawa untuk mendapat posisi kerja, perempuan juga bisa berada di depan dan memimpin laki-laki,” ujar Rindi Wuisan, pekerja swasta di Manado, Selasa (19/11/2019).
Perlindungan lewat regulasi anggaran juga menjadi kebutuhan khusus buat perempuan. Nur Hasanah dari lembaga advokasi Swara Parangpuan, menyentil soal minimnya anggaran pemerintah daerah pada penuntasan kasus-kasus kekerasan pada perempuan. Pemerintah kata Nur pada sebuah sesi diskusi di Manado, sepatutnya menyalurkan lebih banyak anggaran untuk melindungi perempuan korban kekerasan. Penuntasan masalah ini memang harus komprehensif dan terencana.
Harapan-harapan kaum perempuan pada pemimpin Kota Manado menyangkut keberpihakan, paling tidak bisa terjawab bila warga mulai memikirkan figur perempuan yang bisa dikedepankan saat Manado memilih walikota dan wakilnya tahun 2020 depan. Figur perempuan pemimpin memang belum banyak, tetapi bila objektif melihat siapa yang tengah menjalani tugas sebagai salah satu pemangku kebijakan, maka kita perlu mencermati Aaltje Dondokambey.
Sebagai politisi, Aaltje adalah muka baru di DPRD Kota Manado. Langkahnya menjadi wakil rakyat tergolong menakjubkan, karena mampu meraup nyaris 5.000 suara di dapil Tikala-Paal 2. Di dewan kota, Aaltje ditempatkan PDIP sebagai ketua, mengingat parpol berlogo banteng moncong putih adalah pemenang Pemilu di Manado.
“Sebagai ketua ibu Aaltje dituntut untuk semakin banyak memikirkan kepentingan masyarakat Manado, termasuk di dalamnya menyelesaikan masalah-masalah sosial yang dialami perempuan di ibukota provinsi,” kata Donny Araro, salah satu orang dekat Aaltje Dondokambey, Senin (18/11/2019).
Untuk tugas kerakyatan, dalam skala lebih kecil, Aaltje banyak belajar dari kesehariannya sebagai pelayan khusus di GMIM Bukit Moria Tikala Baru. Pada tanggung jawab tersebut, dia juga berhadapan dengan masalah sosial menyangkut pendidikan, gerakan perempuan hingga pelayanan itu sendiri.
“Jadi sebenarnya ibu Aaltje adalah tipe pemimpin yang belajar dari masalah-masalah kecil untuk menuntaskan hal yang lebih besar, kemampuannya tumbuh alamiah,” ujar Donny.
Jacky Tumeno, warga Tikala Baru yang juga konstituen Aaltje, mengenal wakil rakyatnya itu sebagai sosok yang senang membangun kedekatan dengan siapa saja. Aaltje dekat dengan kaum milenial, dan tentu saja lekat dengan ibu-ibu.
“Yang saya suka dari dia adalah keakrabannya itu bukan pada saat mau jadi calon legislatif, tapi memang sudah terbangun lama dengan warga,” kata Jacky.
Namun soal langkah politik ke depan dalam suksesi Walikota Manado, Aaltje yang ditanyai Barta1 perihal ini malah menjawab hati-hati.
“Sebagai kader partai saya akan menjawab siap bila dipercayakan, tapi jangan dulu kita bicara lebih soal itu ya,” katanya sambil tersenyum, Senin. “Saya lebih mengimani bila semuanya berada dalam kehendak Tuhan,” tambah dirinya.
Yang pasti langkah Aaltje Dondokambey sebagai calon walikota Manado dari PDIP ke depan bisa terbuka lebar, karena bukan kah parpol itu juga dipimpin perempuan kharismatik bernama Megawati? Waktu yang akan menjawab. (*)
Peliput: Albert P. Nalang
Discussion about this post