Memulai perjalanan sebagai YouTuber dengan Chanel TV Talaud di Kabupaten Kepulauan Talaud yang belum memiliki aksesitas internet yang lancar, Frets Latjandu yang akrab disapa Co Deki tetap tekun dan tidak memandang hal itu sebagai penghalang.
Di tengah keluhan masyarakat tentang jaringan internet yang lelet, Pria kelahiran Manado 3 Desember 1970 ini tetap memainkan jemarinya di depan komputer untuk mengedit video. Tak hanya itu, ia harus setia menunggu saat mengupload video karena memakan waktu berjam–jam.
“Tahun 2017 adalah tahun pertama saya beraktifitas secara continue di YouTube. Situasi saat itu adalah situasi dimana aksesibilitas untuk kita menjangkau layanan internet itu sangat terbatas. Hambatan yang paling utama adalah ketika saya mengupload 400 MB saja, itu harus saya upload dengan memakan waktu 9 jam,” tutur Latjandu saat ditemui Senin, (17/11/2019) di Kediamannya.
“Memang sesuatu yang sangat mustahil untuk dilaksanakan oleh orang atau YouTuber asal Talaud. Sehingga saat itu sangat jarang orang atau masyarakat atau anak muda bahkan siapa saja untuk menjadi youtuber. Sehingga banyak suara – suara yang mengatakan kepada saya bahwa, kamu mau bergerak di dunia youtube, bagaimana dengan keadaan jaringan internet kita yang masih seperti ini,” tambah Latjandu.
Baginya, hal itu bukanlah sebuah masalah, justru memacu untuk lebih banyak lagi mengupload video karena menurut menurutnya, saat itu saingannya masih sedikit. Hal dibuktikan saat jaringan internet masih terbatas, hanya dirinya yang bisa eksis.” karena kemauan, kontinitas dan semanagt untuk bagaimana kita meyebarkan informasi secara luas,” jelasnya.
Ia juga menceritakan tentang pandangan masyarakat tentang YouTuber merupakan sesuatu yang aneh. Apalagi rekan–rekannya sesama ASN.
“Ketika saya sering membuat video, ketika saya sering berjalan membawa kamera, orang–orang menganggap hal itu aneh dan kurang kerjaan apalagi di dunia saya selaku ASN, orang–orang menganggap saya itu tidak layak menjadi youtuber,” tukas Latandu.
Berawal Dari Hobi
Awalnya hanyalah hobi tetapi lambat laun menjadi rutinitas yang dimotivasi oleh keinginan berbagi informasi kepada seluruh handaitolan melalui chanel TV Talaud yang ia rintis. YouTuber yang popular dengan sapaan Singgawe ini terus memanfaatkan ruang kreatifitas yang ada. Rekaman kehidupan di Bumi Porodisa disajikan dengan berbagai latar mengobati rindu akan kampung halaman bagi yang sedang mengadu nasib di negeri rantau. Bahkan, perkembangan peradaban di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya dan hiburan dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi santapan Netizen dari berbagai penjuru dunia.
“Youtuber atau media yang bernama youtube, bagi saya menyediakan ruang kreatif sehingga hobi yang memotivasi saya untuk masuk lebih dalam ke media video share yaitu YouTube. Apalagi, Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan daerah terpencil yang sangat jarang dijangkau oleh media nasional. Itulah yang memotivasi saya untuk bagaimana saya menyediakan informasi kepada orang Talaud yang berada diluar maupun orang yang bukan orang Talaud yang ingin mengetahui lebih dalam tentang fenomena apa saja yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Talaud,” jelas Latjandu.
Lebih jelas lagi, suami dari Yukelin Parera ini mengulas tentang beberapa hal yang mendorong dirinya agar lebih dalam lagi menyelami dunia YouTube. Seperti beberapa momen yang seharusnya diketahui oleh masyarakat luas atau masyarakat secara nasional terlebih khusus orang Talaud yang ada di rantau.
Tetapi, karena jarangnya ada media yang menjangkau atau ada media mainstream seperti Televisi, itu sangat susah untuk kita terobos masuk dan disiarkan secara update di media mainstream pertelevisian. Maka disinilah kita harus menyediakan informasi seluas – luasnya tentang keberadaan Talaud kepada dunia luar teristimewah orang Talaud yang ada di perantauan.
Rekaman kamera pada beberapa momen penting seperti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dan pengambilan langkah Diskresi oleh Bupati saat itu yang memantik aksi demonstrasi ratusan ASN ikut mengantarkan perjalanan YouTuber satu ini hingga mengundang daya tarik para netizen.
“Subscriber saya bertambah. Jadi awalnya, masyarakat atau subscriber saya ingin mengetahui situasi sosial, politik dan pemerintahan di Kabupaten Kepulauan Talaud. Seiring waktu berjalan, saya mulai mengupload tentang kegiatan–kegiatan sosial kemasyarakatan, pariwisata dan hiburan lain, justru itu mendapat sambutan yang sangat positif dari masyarakat sehingga mereka mensubscribe chanel saya,” ungkap Latjandu.
Pernah Diundang Pemprov Sulut
Gayung besambut, Co Deki yang juga menjabat Kepala Bidang Informasi Komunikasi Publik di Dinas Infokom Kabupaten Kepulauan Talaud ini diundang oleh Dinas Kominfo dan Persandian Provinsi Sulawesi Utara tentang desiminasi karena chanel YouTube yang ia kelola terus meroket hingga sampailah ketelinga Pemerintah Provinsi.
“Lalu saya diundang oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, salah satunya adalah Kominfo dan Persandian Sulawesi Utara. Oleh Kepala Dinasnya, kami membicarakan tentang peran media sosial terhadap diseminasi,” kata Latjandu.
“Pada pelaksanaan workshop saat itu, ada beberapa penyaji materi yang datang dari pusat dan kami berdisksi dengan penyaji materi tersebut tentang potensi media sosial dalam mendiseminasikan informasi–informasi yang bersifat lokal dinasionalkan, dan informasi nasional dilokalkan. Jadi inilah fungsi–fungsi yang bisa dimanfaatkan dari media sosial itu sendiri,” tambah Latjandu.
Dislike Merupakan Asupan Gizi
Berbeda dengan sebagian orang yang langsung patah semangat ketika para netizen menekan tombol jempol tebalik, Co Deki justru menganggapnya sebagai satu hal yang wajar. Bahkan, ia menganggap hal ini sebagai asupan gisi agar dirinya lebih kreatif dalam mengemas konten yang disajikan kepada netizen.
“Dalam konten saya ada sekitar 10 % yang dislike dan itu wajar. Bahkan, YouTuber dunia ada yang mimilki angka dislike lebih banyak daripada like dan itu tidak dipermasalahkan dalam dunia youtube itu sendiri. Justru hal ini menjadi asupan gisi agar kita harus lebih kreatif lagi,” tutur Co Deki.
Ia juga menerangkan, didalam dunia YouTube tidak menjadi persoalan ketika banyak netizen yang mengacungkan jempol terbalik.
“Komentar miring atau namanya dislike, itu merupakan hal yang positive bagi seorang youtuber. Jadi, untuk jempol yang terbalik itu, tidak perlu dipandang sebagai satu hambatan bagi kita untuk terus berkarya. Tetapi justru jempol yang terbalik itu merupakan hal yang wajar dan biasa di dunia youtube dan itu tidak dipermasalahkan,” ungkapnya.
Lebih Banyak dari Gaji ASN
Keseriusan dalam melakoni dunia YouTube akhirnya membuahkan hasil. Memperoleh 46.000 (Empat puluh enam ribu) Subscriber membuat Co Deki memperoleh penghasilan yang tidak sedikit. Saat dimintai sedikit gambaran tentang jumlah penghasilan dari YouTube, sambil tertawa pria ini mengatakan kalau pendapatannya melebihi dari total gaji seorang ASN.
“Yang pertama, kita harus memiliki 1000 subscriber dan 4000 jam tayang. Saya sekarang sudah mencapai 46.000 subscriber dan saya sudah menjadi salah satu partner YouTube di Kabupaten Kepulauan Talaud,”
“Artinya, sudah sah menyandang gelar youtuber. Kalau yang dikatakan youtuber adalah mereka yang sudah mendapat honor atau gaji dari youtuber dan yang belum mendapatkan honor dari youtuber yang namanya konten creative yang mamanfaatkan fasilitas YouTube. Sampai sekarang saya kalau menghitung secara jumlah, saya belum bisa sampaikan. Tetapi, pada prinsipnya bahwa gaji saya sebagai seorang PNS lebih tinggi gaji youtuber yang saya terima sekarang,” ucap Co Deki dengan nada lucu.
Ia juga menerangkan, menjadi YouTuber bukan karena peralatan yang canggi dan mahal. YouTuber itu bukan karena camera atau apa saja yang dimiliki, Tetapi intinya adalah kemauan. Dengan Hand Phone saja kita sudah bisa menjadi seorang YouTuber karena yang paling utama adalah isi daripada konten itu atau konten daripada video itu.
“Konten video itu biasa–biasa saja tetapi kalau mengandung informasi dan nilai edukasi, maka hal itu bisa diterima oleh netizen. Karena, yang dicari oleh netizen dalam youtube adalah hiburan yang bersifat informative, edukasi yang bersifat informative, politik yang bersifat informative dan semua sudut kehidupan yang mengandung unsure informative dan menghibur. Itu yang menjadi roh dari konten itu sendiri agar diterima oleh para netizen,” terang Co Deki.
Sebagian orang juga merasa bahwa keterbatasan fasilitas peralatan maupun jaringan sebagai hambatan bagi orang Talaud untuk menjadi seorang YouTuber. Di sinilah ia menekankan bahwa hal itu merupakan alasan yang berlebihan.
“Satu buah kamera dengan didasari semangat yang kuat, itulah yang menjadi modal awal ketika ingin menjadi seorang YouTuber. Saya juga ingin memotivasi anak – anak muda di Kabupaten Kepulauan Talaud untuk memanfaatkan jaringan internet yang sudah mulai membaik ini agar bisa berdampak ekonomi, bisa menghasilkan pendapatan bagi keluarga dan pribadi,” tukas Co Deki.
Pintar–pintar Membagi Waktu
Ketika dimintai tanggapan apakah menjadi YouTuber bagi seorang ASN tidak ada larangan? Lelaki yang sering dipanggil Om YouTube menerangkan, hal itu tidak dilarang. Tetapi, bagaimana ASN itu membagi waktu, sehingga pekerjaan utama atau tugas utama tidak terganggu. Atau aktifitas YouTuber ini tidak meyita waktu dalam bekerja sebagai ASN sebagai tugas pokok.
Di sisi lain, ia mengungkapkan bahwa aktifitas sebagai YouTuber memiliki koneksitas langsung dengan tugasnya sebagai Kepala Bidang Informasi Komunikasi Publik, Dinas Kominfo Kabupaten Kepulauan Talaud.
“Secara tupoksi, tugas utama saya adalah menasionalkan konten lokal dan melokalkan konten nasional. Di sini ada hubungan, ada sinergitas antara pola–pola yang ada di dalam diseminasi medsos YouTube,” ungkap Latjandu.
Sebagai YouTuber, ketika ia melakukan kegiatan–kegiatan kantor dalam rangka mencari informasi ditiap wilayah tentang berbagai hal yang menyangkut informasi di Kabupaten Kepulauan Talaud, teristimewah kegiatan pimpinan dan kepemerintahan, disaat itulah ia bisa mengambil informasi dan didesiminasikan di konten YouTube. Hal ini bisa dilihat dalam konten chanel TV Talaud dimana banyak berisikan tentang konten pemerintahan di Kabupaten Kepulauan Talaud.
“Informasi ini saya peroleh dari pelaksanaan tugas saya sebagai Kepala Bidang Informasi Komnikasi Publik. Jadi tidak ada tumpang tindi dan saling mengganggu. Justru, didalam tupoksi saya ada sinergitas,” ujar Latjandu.
“Dengan adanya TV Talaud, sudah banyak mendapat pengakuan–pengakuan dari masyarakat yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud yang berterima kasih kepada TV Talaud masih up to date tentang keadaan Kabupaten Kepulauan Talaud. Justru menurut testimony mereka, TV Talaud sudah memberikan informasi bagi mereka, apalagi yang berada di luar daerah,” kunci Latjandu. (*)
Peliput: Evan Taarae
Discussion about this post