Hasil pemilihan anggota legislatif yang barusan lewat telah memetakan kekuatan politik di Kota Manado. Akumulasi jumlah kursi wakil rakyat milik Parpol juga menjadi gambaran bagaimana nantinya eskalasi dalam perebutan tampuk pemimpin Manado 2020, yang gulirannya dimulai tahun ini.
Kendati hasil Pileg bisa menjadi acuan dasar bagi semua pihak untuk menghitung kekuatan di pemilihan walikota (Pilwako), namun ada banyak entitas yang patut ditelisik untuk tujuan meraih kemenangan. Beberapa di antara itu, kekuatan finansial, kematangan figur hingga perwakilan etnis. Untuk hal terakhir, Parpol sejatinya patut memperhitungkan kehadiran komunitas warga Nusa Utara di Manado.
“Ada beberapa data dari beberapa paguyuban warga Nusa Utara di Sulawesi Utara menunjukkan jumlah 35 hingga 40 persen warga berdarah Sangihe, Sitaro dan Talaud dari total jumlah masyarakat di Kota Manado saat ini,” kata Iverdixon Tinungki, budayawan cum jurnalis berdarah Nusa Utara di Manado, Jumat (06/06/2019).
Angka relatif besar ini bisa berwujud kekuatan besar pula di masa-masa suksesi. Apalagi, lanjut Iverdixon, bila kekuatan itu bisa menyatu pada pilihan.
Pada akhirnya persoalan figur. Soal siapa yang layak dimajukan dalam Pilwako Manado tahun depan yang bisa mewakili komunitas warga Sangihe, Talaud dan Sitaro, kini semakin mengerucut pada 4 figur dari berbagai latar belakang.
“Pilihannya tentu harus istimewa, punya kemampuan manajerial, harus populis dan yang paling utama bersih,” kata Iverdixon.
Dari penelusuran Barta1 di lapangan, beberapa nama yang sejak lama mencuat di kalangan warga Nusa Utara untuk dimajukan dalam bursa calon, salah satunya, Hendrik Manossoh. Dia berlatar akademisi yang juga aktif sebagai staf ahli Gubernur Sulut.
“Hendrik Manossoh masih muda dan bersih, lantas punya kemampuan dan semakin matang, tentu sangat layak untuk dikedepankan,” tutur Julius Tahulending, warga Kecamatan Wenang, menyangkut figur ini.
Menurut Iverdixon, sejak Pilwako terakhir, 2015 silam, sosok Hendrik sudah bergaung di kalangan orang Nusa Utara di Manado sebagai salah satu calon walikota atau wakil walikota. Hanya saat itu dia belum terakomodir.
Figur selanjutnya adalah birokrat senior Edison Humiang. Dia kini menjabat Asisten I di jajaran Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Edison adalah putra Siau yang pernah menjabat Sekretaris Kota Bitung. Soal pengalaman di dunia pemerintahan, bisa dibilang dia sudah kenyang.
Ada juga figur Meiki Taliwuna. Direktur Kepatuhan di Bank Sulut-Go itu menjadi representasi tepat bagi warga Talaud di Manado untuk melenggang di bursa Pilwako tahun depan. Meiki kental dengan pengalaman manajerial bisnis sejak muda. Dia pernah menduduki kursi-kursi strategis di sejumlah bank nasional, membuat dirinya mumpuni menggarap sektor perekonomian.
Sosok terakhir adalah politisi keturunan Tamako, Sangihe; Yongkie Limen. Berawal sebagai pengusaha sukses, Yongkie kemudian terjun ke dunia politik dan sempat menjabat Bendahara Umum DPD I Partai Golkar Sulut. Pada Pilwako 2010, pemilik tagline Tahendunge Wue Ia ini ikut pertarungan namun gagal terpilih sebagai walikota. Dia pun melanjutkan karier politiknya, hingga pada Pileg barusan kembali duduk sebagai salah satu wakil rakyat dapil Manado di DPRD Sulut, untuk periode kedua.
“Ini 4 figur Nusa Utara yang bisa disodorkan kepada parpol, baik sebagai calon walikota maupun wakil walikota Manado tahun 2020, pilihan selanjutnya ada pada pemangku kepentingan untuk mengakomodir mereka,” sebut Iverdixon. (*)
Penulis: Ady Putong
Discussion about this post