Manado, Barta1.com – Manado masuk dalam 10 kota yang dikunjungi TEMPO Institute dalam program Investigasi Bersama Tempo (IBT) ke-4 tahun 2019.
Dan kali ini bekerjasama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado, TEMPO Institute melaksanakan workshop dan coaching clinic investigasi di Hotel Gran Puri Manado, Senin (13/5/2019) sejak pagi hingga sore hari.
Ketua AJI Manado, Yinthze Gunde mengatakan pelatihan tersebut sangat penting untuk meningkatkan kapasitas para jurnalis di Manado dan sekitarnya. “Apalagi liputan investigasi ini membutuhkan sumberdaya, energi dan biaya yang besar,” ujar Gunde.
Felix Lamuri dari TEMPO Institute yang tampil pada sesi pertama mengulas tentang Program Fellowship TEMPO yang melakukan investigasi terkait sejumlah isu seperti korupsi, pelanggaran HAM, human trafficking, sumber daya alam, dan kriminalitas. “Program investigasi ini merupakan kolaborasi TEMPO dengan beberapa pihak termasuk organisasi sipil masyarakat diantaranya ICW, Greenpeace dan lain-lain,” ujar Felix.
Pada bagian selanjutnya, Felix menguraikan tentang apa itu liputan investigasi serta berbagai kendalanya. “Antara lain memerlukan biaya yang mahal, waktu yang lama, serta resiko hukum,” ujar Felix.
Dia menambahkan, untuk peserta yang lolos dalam fellowship akan didampingi oleh mentor dari TEMPO. “Semua biaya liputan ditanggung TEMPO, maka kami menunggu usulan terbaik dari jurnalis-jurnalis di Manado terkait korupsi dan empat isu lainnya. Nanti ada 15 orang yang lolos dengan usulan terbaik akan mengikuti pelatihan di Jakarta. Dari 15 orang ini akan dipilih 8 orang sebagai penerima beasiswa,” tuturnya.
Pada sesi kedua, Ketua Majelis Etik AJI Manado, Yoseph E Ikanubun dan pegiat sosial Jull Takaliuang berbagi isu-isu lokal di Sulut yang terkait dengan tema besar liputan investigasi TEMPO. Isu-isu itu antara lain polemik pertambangan liar, ekspansi perusahaan sawit, pencurian ikan, perdagangan manusia, masalah perbatasan,serta kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. “Dari isu-isu lokal ini diharapkan kawan-kawan bisa merumuskan tema liputan investigasi,” ujar Ikanubun.
Di bagian akhir, Mustafa Silalahi atau yang akrab disapa Moses ini memberikan trik liputan investigasi, serta bagaimana menyusun outline liputan. “Ada beberapa usulan yang menarik bisa digarap teman-teman di Manado. Yang penting datanya kuat, silakan diajukan,” kata Moses, panggilan akrabnya jurnalis yang telah mengeluti genre investigasi ini selama hampir 7 tahun.
Kegiatan ini diikuti sedikitnya 40 jurnalis dari Manado, Tomohon, Minahasa, Sitaro, dan Kotamobagu, serta pegiat pers mahasiswa.
Peliput : Meikel Eki Pontolondo
Discussion about this post