RENCANA adanya reklamasi di wilayah Manado Utara bakal jadi ancaman bagi lingkungan hidup. Tak hanya itu, warga yang bermata pencaharian sebagai nelayan dan pedagang yang berjualan di kawasan Boulevard Sindulang dan sekitarnya juga ikut terancam.
Ronald Meyer (55) warga Sindulang 1, mengungkapkan terkait reklamasi Manado Utara dirinya belum mengetahui secara pasti. “Tapi isu itu sudah kami dengar. Saya ingat Mei tahun lalu, ada berapa kali, sekelompok orang yang mengukur kedalaman pinggiran pantai Sindulang 1 sampai ke arah Karangria. Ketika kami bertanya, mereka enggan menangapi pertanyaan kami,” katanya, Jumat (5/4/2019) lalu.
Ia menyebutkan sejauh ini memang belum ada kejelasan apakah jadi dibangun atau tidak reklamasi itu. “Mungkin masih isu. Karena sudah lama tidak ada lagi orang-orang yang datang untuk mengukur atau memantau lakasi tersebut,” ujarnya.
Meski begitu, dia berharap reklamasi tidak dilakukan, mengingat banyak masyarakat Sindulang yang notabene bermata pencaharian sebagai nelayan kesulitan mendapatkan tangkapan.
“Ketika reklamasi dilakukan, bagaimana dengan nasib para nelayan, yang bergantung hidupnya pada hasil ikan,” ujar Ronald.
Meski begitu, kata dia ada sisi lain dari reklamasi yang punya nilai positif. Ketika berdiri sebuah usaha atau perusahan, sudah barang tentu membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar sini. “Itu sih nilai tambahnya kalau dibangun reklamasi,” bebernya.
Reklamasi belum terlihat, namun sejumlah ruko sudah mulai bermunculan di kawasan Sindulang 1. “Untuk lahan ini (Sindulang Mas) merupakan satu kepemilikan dengan Megamas. Di sini sebenarnya akan dibangun ruko, tetapi sudah beralih pada pembangunan tempat kopi dan rumah makan. Di sebelahnya lagi akan dibangun Indomaret,” kata Jhony Tutungan (40), seorang buruh bangunan di kawasan Boulevard Sindulang I.
Untuk kepemilikan tempat itu, dirinya tidak tahu pasti. “Sebab saya hanya orang kerja. Biaya kerja harian kami dibayar Rp120.000 sampai Rp150.000. Kemungkinan bangunan atau usaha di area ini disewakan,” ujarnya.
Walhi Sulut Menolak Reklamasi
Apa tanggapan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) terkait reklamasi Manado Utara itu? “Jika reklamasi ini benar-benar dilakukan maka akan terjadi over kapasitas di laut ataupun pantai Manado,” ungkap Direktur Walhi Sulut, Theo Runtuwene.
Walhi telah melihat daya tampung lingkungan yang ada di kota Manado sudah hancur akibat reklamasi. Dan kali ini terdengar lagi reklamasi sekitar kawasan Manado Utara.
Reklamasi tersebut akan memiliki dampak yang negatif kepada masyarakat Manado Utara. Salah satunya tidak akan memiliki akses menuju pantai, tidak ada lagi tempat perahu bersandar serta mata pencarian bagi nelayan akan terhenti.
“Dampak lainya dari reklamasi salah satunya banjir. Dimana daya tampung lingkungan yang ada di Manado sudah tidak sesuai dengan kapasitas air laut. Kalau mau dikaji silakan, yang pasti bencana banjir yang ada di Manado salah satunya akibat reklamasi,” ucapnya.
Padahal Walhi Sulut sampai saat terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat Sindulang 1, Sindulang 2, Karangria sampai Kampung Bobo dan sekitarnya tentang kerusakan lingkungan dampak dari reklamasi. “Karena Walhi Sulut menolak keras adanya reklamasi,” papar Theo.
Sayang Anggota DPRD Manado dari Daerah Pemilihan Tuminting-Bunaken, Markho Tampi enggan memberikan komentar terkait rencana reklamasi di kawasan Sindulang dan sekitarnya. “Untuk saat ini saya belum bisa memberikan statemen,” ujar Markho.
Hanya saja, masalah reklamasi ini sudah sering terdengar tapi belum ada kejelasan, kapan dan bagaimana bentuk reklamasi itu. “Maaf saya belum bisa memberikan statemen. Namun kalau saya dapat info yang pasti, saya akan segera menginformasikan kepada media Barta1.com,” ujarnya.
Peliput : Meikel Eki Pontolondo
Discussion about this post