TERSEBUTLAH sebuah kisah di pulau Karakelang tentang seekor babi bernama Yologe. Tubuhnya sangat besar, kuat, dan ganas. Sebagai hewan jenis hama untuk tanaman perkebunan, Yologe ditakuti para petani.
Ketika Yologe merusak ladang dan memakan tanaman sayur dan umbi-umbian, para petani tak berdaya menghalaunya. Apalagi Yologe konon kebal terhadap semua jenis senjata tajam.
Sudah beberapa kali para pemburu dari yang kelas biasa hingga yang paling hebat dan disegani di pulau Karakelang Talaud, tak mampu merobohkan Yologe. Menurut warga desa, Yologe punya sebuah kalung babi yang melingkar di lehernya. Kalung babi itulah konon yang membuat Yologe kebal, tangguh, dan kuat.
Yologe, sebenarnya bukan babi hutan biasa yang hidup di hutan pulau Karakelang. Ia berasal dari sebuah pulau di Selatan Filipina. Karena kesaktian binatang itu, ia mampu berenang dari Filipina hingga ke pulau Karakelang. Begitu setiap kali ia lakukan, datang dan pulang ke tempatnya di Filipina dengan cara berenang menyeberangi lautan luas.
Setiap kali ia lapar, ia datang berenang mencari makan di pulau Karakelang. Setelah kenyang ia berenang kembali ke tempat tinggalnya yang jauh di sana, di Filipina.
Yang pasti, setiap kali Yologe datang, maka seluruh ladang dan kebun para petani rusak berantakan. Petani menjadi miskin dan hidup dalam ketakutan. Semua cara telah dilakukan untuk menjebak atau melumpuhkan Yologe. Tapi, Yologe terlalu sakti untuk dikalahkan.
Pada suatu ketika, seorang pemburu yang merasa paling hebat di antara para pemburu di Pulau Karakelang berniat mengadu kehebatannya dengan Yologe. Pemburu itu, meminta penduduk desa mengabarinya apabila Yologe datang.
Hari belum terlalu pagi, Desa Makatara telah gempar. Yologe datang, merinsek hingga ke kebun-kebun di pinggir Desa. Beberapa warga mencoba mengusirnya, Tapi Yologe mengejar mereka dan mengamuk hingga ke tengah desa. Rumah-rumah penduduk yang disambar babi besar itu sontak porak-poranda. Orang-orang berlari mengungsi. Mereka takut Yologe akan meluluhlantakan desa.
Mendengar kabar itu, sang pemburu dengan cepat meraih Sambeang (tombak) dan parang langsung melesat dari rumahnya berlari menuju desa Makatara. Di tepi desa Makatara, sang pemburu langsung bersua dengan Yologe. Beberapa pemburu lain yang cukup berani ikut ke sana menyaksikan pertarungan sang pemburu dan Yologe.
Sang pemburu yang belum pernah melihat Babi besar itu, langsung terkesiap. Ia sontak kaget, dan takjub melihat Yologe yang tampak garang. Nyalinya langsung kecut. Ia nyaris tak percaya ada babi yang ukuran tubuhnya sebesar itu.
Para pemburu yang mengikutinya, langsung melihat kesombongan dan keangkuhan Sang Pemburu meleleh di hadapan Yologe. Sang Pemburu ketakutan dan gemetar.
Pendeknya, hanya sekali seruduk, Sang Pemburu langsung melayang terlontar seperti daun yang ringan dan jatuh membentur di sebuah bongkahan batu. Sang Pemburu tak terselamatkan lagi.
Kematian Sang Pemburu ini kontan membuat geger seluruh penduduk pulau Karakelang. Lelaki tinggi besar yang sangat bernyali dan angkuh itu, ternyata tidak ada apa-apanya di hadapan Yologe.
Suatu ketika, di perkebunan yang tak jauh dari sungai Lahae yang terletak antara desa Rae dan desa Awit, Yologe muncul di sana. Mungkin karena sangat kelelahan atau kekenyangan, Yologe tertidur di bawah sebuah pohon jambu besar. Di atas pohon jambu besar itu kebetulan, ada dua gadis kaka beradik bernama Sangiang Gassane dan adiknya Leuanna yang sedang memetik buah jambu.
Melihat tidur Yologe sangat pulas, Leuanna, tanpa berpikir panjang langsung turun meraih kalung yang melingkar di leher Yologe dengan menggunakan penjolok buah. Saat Yologe terjaga dan bangun ia merasa tubuhnya sangat lemah. Yologe baru sadar dimana kalung sesaktiannya telah raib diambil orang.
Sejak itulah kesaktian Yologe hilang. ia tak bisa lagi pulang berenang melintasi lautan menuju sarangnya di Filipina. Yologe terpaksa memilih masuk jauh ke dalam hutan Pulau Karakelang dan melanglangbuana di sana.
Hari berganti, tahun berlalu. Yologe akhirnya hidup seperti babi hutan biasa di pulau Karakelang. Penduduk mencoba mencari Yologe, tapi sulit ditemukan.
Selang beberapa waktu, beredar cerita bahwa Yologe sudah punya keturunan, berupa jenis babi yang ukuran besarnya beragam. Jenis Sandapa panjangnya satu depa atau lebih dari satu meter. Jenis Santariup panjangnya dua depa atau mendekati tiga meter. Jenis Sanding Porong’nga panjangnya lima depa atau lebih dari enam meter. Jenis Salareang panjangnya tujuh depa atau mendekati sembilan meter. Lalu jenis Sabtani’a panjangnya sepuluh depa atau kurang lebih dua belas meter.
Melihat beragam panjang anak babi keturunan Yologe ini, sudah dapat dibayang bagaimana besar dan panjangnya induk mereka Yologe.
Tahun-tahun akhir pengelanaan Yologe berlangsung di tepi hutan desa Ruso. Di hutan Ruso itulah kabarnya Yologe tumbang dan mati di tangan seorang pemburu dari Ruso bernama Limpan.
Cerita ini berpesan secara khusus bagi kita bahwa sehebat apapun sebuah kekuatan atau kekuasaan pasti ada titik kelemahannya. Secara umum memperingatkan agar manusia jangan hidup rakus dan angkuh. (*)
Penulis: Iverdixon Tinungki, Denny Dalihade, dkk
Discussion about this post