Sangihe, Barta1.com—Tol Laut yang sebelumnya melayani daerah perbatasan kini mengalami perubahan rute. Yang sebelumnya Surabaya-Makasar-Sangihe, kini berubah dengan titik sandar terakhir adalah Pelabuhan Samudera Bitung.
Hal ini sontak menuai sorotan berbagai pihak di Kabupaten Kepulauan Sangihe, yang sudah menikmati program besutan Presiden Jokowi sejak 2016.
Penolakan perubahan rute Tol Laut datang dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Kabupaten Kepualauan Sangihe. Ketuanya Merlin Togelang menyatakan ketidaksetujuan mereka. Menurutnya perubahan rute ini akan sangat berdampak pada harga barang.
“Kami memang tidak setuju dengan perubahan Tol Laut karena membuat rutenya menjadi semakin panjang. Berikutnya, ada ketambahan biaya yang menurut saya tidak perlu namun membebankan pengusaha dan akan berdampak pada harga barang,” tutur Togelang, Kamis (21/02/2019).
Dirinya berharap secepatnya ada perubahan. “Perubahan artinya, kebijakan di 2019 ini bisa kembali seperti semula. Demikian juga kapasitas Teus yang kemarin 18ton kalau bisa ditambah lagi suaya kita bisa maksimalkan sisi kontener itu, jadi bisa berdampak ke harga barang. Bisa lebih murah,” ungkapnya.
Sebelumnya Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sangihe, Felix Gaghaube menjelaskan, semenjak aktifnya Tol Laut di 2016, mereka mengevaluasi terkait dengan jumlah konteiner yang masuk dan efek dari pada penurunan harga Tol Laut.
Perjalanan Tol Laut efektif di kabupaten 2016 sampai terakhir masuk 26 Desember 2018, paling tinggi muatan itu mencapai 187 Kontener, dengan rute perjalanan Surabaya, Makasar dan Tahuna (Sangihe).
“Berdasarankan hasil evaluasi kami khusus untuk kebutuhan pokok antara lain terigu, gula pasir terjadi penurunan hingga 12-19 persen dari sebelum ada Tol Laut. Berarti Tol Laut telah memberi dampak terhadap penurunan harga. Itu yang terutama,” kata Felix.
“Yang kedua, terkait ketersediaan stok. Sering menjelang hari besar keagamaan nasional untuk Idhul fitri atau Natal, Tahun Baru itu rata-rata kebutuhan barang tersedia dan harga tidak pernah naik, stabil,” jelasnya lagi. (*)
Peliput : Rendy Saselah
Discussion about this post