Sitaro, Barta1.com — Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Sulawesi Utara, Dra Jull Takaliuang melakukan peninjauan langsung kondisi dan keberadaan anak-anak korban erupsi Gunung Karangetang di Shelter Pengungsian Kelurahan Paseng, kecamatan Siau Barat.
Dalam kunjungan selama dua hari (19-20/2/2019) tersebut, Jull melakukan serangkaian kegiatan pendampingan terhadap anak-anak, terutama membangkitkan semangat mereka untuk tetap ceria meski berada di shelter pengungsian.
Selain itu, Ketua LPA yang dikenal peduli dengan kehidupan dan perlindungan hak-hak anak ini melakukan sosialisasi tentang perlindungan anak kepada orang tua di lokasi tersebut.
“Ada 23 orang anak mulai dari bayi hingga yang usia SMA ditampung di shelter Paseng ini,” ungkap Jull.
Kendati para pengungsi masih agak trauma dengan bencana alam yang menimpa mereka, tapi ia merasa sangat bahagia bisa membuat mereka bermain dan tersenyum.
“Semoga mereka bisa segera kembali ke rumahnya jika situasi dan keadaan sudah kondusif,” imbuh Ketua LPA yang juga Calon Anggota DPD RI Dapil Sulawesi Utara ini.
Masyarakat telah diungsikan ke Paseng, ibukota Kabupaten Kepulauan Sitaro, sejak awal Februari saat Gunung Karangetang erupsi. Warga yang bermukim pada lingkar gunung api paling aktif itu kebanyakan berasal dari Batubulan, kampung yang paling dekat dengan puncak Karangetang.
Jull sendiri menyatakan salah satu bagian penting yang harus dilakukan terhadap anak-anak pengungsi, adalah merawat psikologis mereka supaya lepas dari pengalaman traumatis.
“Penanganan anak korban pasca-bencana salah satunya menghibur mereka agar tidak trauma, selain itu perlu dilihat kebutuhan pendidikan dan asupan gizi mereka untuk tetap dipenuhi,” ujar dia.
Perjuangan membela kaum perempuan, anak, dan masyarakat miskin telah mengantar Jull Takaliuang ke panggung Internasional. Tepatnya di kantor PBB, New York City, sosok perempuan asal Nusa Utara ini menerima penghargaan N-Peace Awards 2015 dalam kategori Untold Stories: Woman Transforming their Communities.
Jiwa aktivisnya juga kerap membawa dia bentrok dengan penguasa tatkala mengadvokasi masyarakat di lingkar tambang dan korban kasus agraria. Dia sosok yang mengabdikan dirinya di tengah persoalan keadilan dan kemanusiaan.
Kendati banyak pengalaman traumatik yang dihadapinya, tak membuat ia surut dalam membela kaum perempuan, anak atau masyarakat miskin.
Pergulatan sepenuh hati selama 17 tahun bersama masyarakat tertindas dan berjuang merebut hak-hak mereka, membuahkan N-Peace Awards yang merupakan penghargaan untuknya sebagai perempuan yang memperjuangkan perdamaian dan menciptakan perubahan dari akar rumput, hingga tingkat nasional di Asia. (*)
Penulis: Albert Piterhein Nalang
Discussion about this post