MANADO, BARTA1.COM – “Indonesia ditetapkan sebagai negera terkaya ke-2 dunia dari 10 negara yang ditetapkan Lembaga Global dilihat dari keanekaragaman hayati di darat dan laut,” ungkap Sella Runtulalo, Ketua Umum Manengkel Solidaritas, Rabu (5/12/18).
Ia mempertanyakan kenapa kita tidak memanfaatkan kekayaan yang ada, dan tidak bisa mendatangkan devisa negara sebagai sektor unggulan.
Bandingkan kekayaan alam yang begitu besar tidak berbanding lurus dengan perusakan yang sangat tingi. “Bicara perusakan dikarenakan kurang adanya pemahaman dari masyarakat itu sendiri,” katanya.
Dengan kurangnya pemahaman, mengakibatkan pihak luar negeri menguasai kekayaan yang berada diberbagai pesisir laut Indonesia, seperti kita lihat telah jadikan resort atau wisata.
“Dan parahnya masyarakat lokal kita dijadikan office boy, koki dan sebagai pekerja biasa diareanya sendiri,” tutur Sella.
Guna menangani permasalahan tersebut di Sulut, itulah kenapa LSM Manengkel Solidaritas Sulut muncul. Berdiri pada tahun 2015 oleh sekumpulan pemerhati lingkungan yang memiliki visi yang sama untuk memberikan pendampingan kepada masayarakat pesisir laut.
“Pendampingan tersebut menyadarkan masyarakat pesisir laut bahwa kalian memiliki kekayaan alam yang sangat tinggi. Gencar-gencarnya Manengkel Solidaritas melakukan pendampingan selama 3 tahun ke 9 desa dengan memberikan ide-ide dan gagasan guna membangun ekowisata pesisir laut yang dikelolah masyarakat setempat,” ujarnya.
Di antaranya 3 desa di selatan. Rap-Rap, Arakan, dan Sondaken dengan program pengolahan sampah plastic. Kemudian untuk program ekowisata adalah Desa Bahowo dan Bahoi, lalu daerah perlindungan laut di Desa Ranowangko, Atep Oki, dan Bahoi.
“Hasil dari pendampingan Manengkel Solidaritas ke masyarakat menjadikan mereka sebagai guide lokal bagi turis-turis yang mengunjungi pesisir laut. Dan semua desa tadi menjadi tujuan ekowisata. Untuk itu kami akan terus menerus memperhatikan masyarakat pesisir laut yang ada di Sulut, menjadikan mereka garda terdepan dalam pengembangan ekowisata laut,” ujar Sella.
Peliput : Meikel Eki Pontolondo
Discussion about this post