Merawat alam adalah merawat kehidupan. Alam telah menyediakan berbagai keperluan untuk alur kehidupan manusia. Alam yang indah dan raya telah dihamparkan Tuhan merupakan jaminan bagi kelangsungan hidup manusia beserta generasi mendatang dan segala lapisan kehidupan yang ada di dalamnya. Sungai, hutan, laut telah tersedia untuk dimanfaatkan.
Semestinya kita paham bahwa alam dan manusia saling memiliki ketergatungan. Meski keterikatan hubungan ini di dominasi oleh manusia sebagai pihak yang aktif dibanding alam yang pasif. Alam hanya meminta agar ia dirawat sebagaimana mestinya, dengan manusia memerhatikan kaidah dan struktur ekosistem yang telah ada. Dan sudah seharusnya kita memperbaiki dan mengembalikan segala kelestariannya demi kelangsungan siklus kehidupan yang terus berjalan.
Sebagai bagian dari upaya merawat alam, berikut ini kami tampilkan beberapa puisi Iverdixon Tinungki saat berkunjung ke Hutan Lindung Dumoga Bone.
PUISI DARI HUTAN LINDUNG
cempaka agathis dan kenanga
adalah puisi
adalah mata ibu
tempat benih cinta itu tumbuh
sudahkah kaubaca sajak Tuhan
pada bisu selembar daun
sejak kuncup hingga luruh
ia kalam untukmu
kayukayu besi menjejar
kelelawarkelelawar mengantungkan liarnya
burung rangkong dan kumbang, seperti kupu
ingin berumah di bebas bumi teduh
engkau pun bernafas
menyesap udara segar pori daun
helaihelai ikhlas kisut lantak menapis racun
karena paruparumu seharga gugurnya yang luhur
dan seekor maleo menetas di tanah pasir
memanggilmu menafsir
sesuci apa puisi angin dan air
lahir dan mengalir
saat malam hutan bernyanyi
saat malam satwasatwa mengendurikan mimpi
adakah kaudengar pesan alam
ditetas riang hati menyimpan gerimis
di taman nasional Bogani Nani Wartabone
hampar matayangan adalah puisi keagungan Tuhan
bagaimana tangan tanah yang sabar
merias manusia dan alam
karena kehidupan
tak sekadar luka dan geram
ARCANGELISIA FLAVA
jangan tancapkan kami kapak
dan luka gergaji
sebagai pohon
kami pun ingin menikmati matahari
sebagai hutan
kami pun ingin hidup lestari
mendakilah ke gunung poniki
di sana kita bisa berbagi riang dan mimpi
mendakilah ke puncak damar
di sana engkau bisa teduhkan letih dan memar
aku hanya sebatang pohon
tanpa tangan atau kaki
untuk melawan atau berlari
jangan tancapkan kami kapak
dan luka gergaji
sebagai pohon aku hanya punya teduh
dan gema daun yang mengolah udara untukmu
sebagai pohon aku hanya punya rindang
dan ricik tanah basah tempat satwa bernaung
suatu ketika engkau akan mengenang tubuh kuningku
dan seekor tarsius bertengger di cabang. cabangku
kau akan menulis
atau bercerita
di poniki, di bentang gunung damar
di sebatang arcangelisia flava
ada tepi surga yang kaffah
jangan tancapkan kami kapak
dan luka gergaji
karena luka pohonan
luka jiwamu sendiri
LAGU SERIBU KUMBANG DUMOGA BONE
UNTUK ALAM LESTARI
kami bernyanyi dalam dengung
kami bernyanyi untuk sebuah renung
seperti gombloh, seperti gombloh
lelaki tirus menyanyikan lestari alamku:
“Lestari Alamku, Lestari Desaku
Di mana Tuhanku Menitipkan Aku
Nyanyi Bocah-bocah Di Kala Purnama
Nyanyikan Pujaan Untuk Nusa”
kami bernyanyi dalam getar sayapsayap kecil
memuja sungaisungai mengalir
memuja pohonpohon teguh tumbuh untukku
memuja hati para musafir
memuisikan megah orkhestrasi nyanyi lestari
bening doa kumbang di semak sepi
dari Kasinggolan ke Lombongo
saat bungabunga hutan menetas dari kandung bumi
kami bernyanyi, menyanyikan hutanhujan tropis
lumut dan rumput paku di bawah pohon waru
adalah lagu pencari nyanyian jiwa yang gaharu
kami bernyanyi dalam dengung
kami bernyanyi untuk sebuah renung
seperti gombloh, seperti gombloh
lelaki pemuja persaudaran manusia dan alam semesta
serupa ruelia, manusia butuh seteguk air
buat tubuh letih dahaga
maka kami bernyanyi di hutan hujan tropis
di gunung damar, di gunung padang, di danau tumpah
di cadas batubatu berkamar
memanggilmu wahai para musafir;
mari teduhkan segala memar
burungburung, anggrek, dan belukar bunga
adalah lirik nyanyianku, sepotong sajak hutan hujan tropis
mamalia, reptilia, amfibia, musang, anoa, babirusa
semua kunyanyikan dengan megah, dengan getar sayap kecilku
kumbang bernyanyi untuk sebuah renung; lestari alamku
SUARA RIMBA RAYA
di halimun suara itu
suara pohonpohon
gumam air
percakapan kupu
dengan setangkai bunga ungu
di ricik sungai
di sinar suci mata fauna
di cabangcabang flora menggapai
suara itu
sebening doa tergerai
suara itu, suara rimba raya
desis gema tipis
berkesiuran
seakan sayap putih
gema kalbu
suara itu
suara taman kehidupan
suara hening
suara yang mengecup kita
dengan cinta
tanpa
sepatah kata
MALEO SENKAWOR
di padang pasir hangat
bumi kadang melukis
apa yang patut kukenang
tak saja gerimis menetes di alis
atau senandung dunia hijau
imaji daun dan riap doa bergaung
padang pasir hangat
kadang rahim dan gamis
tempat burungburung terseduh menangis
tempat telur ditetas bumi puitis
dan seekor maleo senkawor kecil
lahir dengan jambul keras berwarna hitam
seperti puisi alit di ranjang suasa bumi
kubaca hingga angin lelah mendetaki nadi
ketika manusia dan alam tak berjarak
tak ada senja berakhir beku
kita selalu bagai kekasih tak alpa berkecupan
membiarkan wangi berjatuhan ke dalam hati
dan seekor maleo senkawor barangkali telah membesar
dengan paruh berwarna jingga
ia kembali menetaskan setumpuk sajak
memaknai padang hati dengan hangatnya
SUATU KETIKA DI MENGKANG
andai aku bisa bernyanyi
kunyanyikan cahaya sejuk hutan
andai aku bisa mencair
kusyairkan getar air mengkang
batubatu hitam
maknamakna bersemayam
mengaliri curam kehidupan
tapi aku ingin terjun dan tetap berjalan
aku ingin menjelma bunga
di jarijari air mata kumbang
aku ingin menjelma cuaca
di jeriji kehidupan
biar aku mengalir dalam sabdasabda cahaya
biar aku berembus dalam kabung suara tak berdaya
akan kuteguk embunMu di tubir tafsir
bila hutan adalah kitab
pada sepucuk daunMu aku belajar mencinta
KOLASE HIJAU
seonggok bayang kelelawar
dan sepasang kuskus berpelukan
melawat kegembiraan jiwaku
saat malam seakan gambar abadi
menabuh nyala api di tungku nafas lincah
memetik pesan rumputan saat hujan selesai
dan bangkai kesedihan lesap ke akar dalam
dan kurebahkan tidurku pada setangkai mawar
saat ia menegak paling muka
dalam kawanan impian bunga dikalungkan langit
di selembar hutan yang kudekap
dan yang mendekapku dengan wangi
di pagi, aku dan rimbah bagai zirah dan ksatria
lahir kembali dengan kemenangan saat hujan selesai
dan matahari berdenyar
di derak pohon yang mengibar senyuman
*). Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, merupakan salah satu kawasan konservasi seluas 297,11 ha yang sebagian wilayahnya terletak di Provinsi Sulut dan sebagian lagi terletak di Provinsi Gorontalo. Memiliki berbagai keunikan ekologi sebagai kawasan peralihan geografi daerah Indomalayan di sebelah Barat dan Papua-Australia di sebelah Timur (Wallaceae Area).
Kawasan ini memiliki potensi flora yang beraneka ragam yang didominasi oleh kelompok (genus) ficus. Beberapa jenis flora yang dapat anda temui di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi antara lain: nantu (Palaqium obtusifolium), kayu hitam (Diospyros spp), kayu besi (Metrosiderus vera), kayu inggris (Eucalyptus deglupta), cempaka (Elmerrillia ovalis) dan metayangan (Pholydacarpus ihur). Selain ini anda masih dapat menemukan berbagai flora lain seperti paku-pakuan, palem, rotan, hanjuang hijau dan bunga bangkai.
Juga memiliki berbagai potensi fauna yang terdiri dari 24 jenis mamalia, 125 jenis aves, 11 jenis reptilia, 2 jenis amfibia, 38 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang, dan 19 jenis ikan.
Sebagian besar satwa yang ada di taman nasional merupakan satwa khas/endemik pulau Sulawesi seperti monyet hitam/yaki (Macaca nigra nigra), monyet dumoga bone (M. nigrescens), tangkasi (Tarsius spectrum spectrum), musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii musschenbroekii), anoa besar (Bubalus depressicornis), anoa kecil (B. quarlesi), babirusa (Babyrousa babirussa celebensis), dan berbagai jenis burung. Satwa burung yang menjadi maskot taman nasional adalah maleo (Macrocephalon maleo), dan kelelewar bone (Bonea bidens) merupakan satwa endemik taman nasional.(***)
Discussion about this post