Manado, Barta1.com — Enam penari Yospan dari Papua bergerak riang di atas panggung pagelaran Festival Seni dan Budaya Nusantara, yang diselenggarakan Politeknik Negeri Manado (Polimdo) Selasa (23/10/2018). Mereka sukses menyedot perhatian yang hadir saat itu.
Keenam penari tidak tampil apa adanya. Semua lengkap dengan pakaian daerah khas Papua. Setelah penampilan mereka, mahasiswa hingga pimpinan Polimdo langsung berebutan untuk berswafoto. Bahkan pimpinan kampus menyatakan tari Yospan pantas mendapat tempat di Polimdo. Ke depan seni tari itu patut dikembangkan karena bisa membawa unsur positif bagi institusi.
Selain Yospan atau Yosim Pancar, Festival Seni Budaya Nusantara ikut sesamarakkan dengan budaya lintas etnik. Sebut saja maengket dari Minahasa, Masamper dari Nusa Utara, Goyang Tobelo dari Maluku Utara, ada juga tarian dari Batak, Jawa, Gorontalo hingga Bali.
Eits Aud, mahasiswa jurusan akuntansi Polimdo asal papua mengungkapkan tarian Yospan sudah menjadi adat yang melekat dalam diri bangsa Papua.
“Sebagai anak Papua, kami diajarkan sejak dari kecil. Tarian ini sering tampil di festivasl-festival Nusantara atau ada acara adat dan juga bisa di acara perkawinan,” terang dia.
“Kami senang diberikan ruang untuk menampilkan tarian Yospan di depan banyak orang, kiranya ke depannya pimpinan kampus bisa memvasilitasi untuk kami dilibatkan dalam acara-acara yang berkaitan dengan Polimdo,” ujar Eits
Arthur Lumataw, dosen Polimdo di jurusan Pariwisata, ikut setuju seni tari seperti Yospan diberi topangan. Menurut dia tarian dari Papua ini harus terus dikembangkan karena memperkaya warna-warni budaya di Polimdo. Juga ini ajang mempertemukan budaya-budaya yang berbeda.
“Mahasiswa Minahasa mengajarkan ke teman-teman Papua tarian Kabasaran, begitu juga sebaliknya, mengisi satu dengan yang lain memperat nilai persaudaraan,” sebut Arthur.
Yosim Pancar atau biasa disingkat Yospan adalah tari pergaulan/persahabatan para muda-mudi. Yospan merupakan penggabungan dari dua tarian rakyat di Papua, yaitu Yosim dan Pancar. Yosim adalah tarian tua mirip Polineis dari dansa Barat dan berasal dari Sarmi, suatu kabupaten di pesisir utara Papua, dekat Sungai Mamberamo. Ada juga berpendapat Yosim berasal dari wilayah teluk Saireri, Serui Waropen.
Sedangkan Pancar adalah suatu tarian yang berkembang di Biak Numfor dan Manokwari awal 1960-an semasa zaman Belanda di Papua, meniru pada awal sejarah kelahirannya, gerakan-gerakan akrobatik di udara, seperti gerakan jatuh jungkir-balik dari langit, mirip daun kering yang jatuh tertiup angin -dari pesawat tempur jet Neptune buatan Amerika Serikat yang dipakai Angkatan Udara Belanda di Irian Barat. (*)
Penulis: Meikel Eki Pontolondo
Discussion about this post