MANADO, BARTA1.COM – Ronald Takarendehang, sedikit dari politisi yang berada di tengah pertarungan ide, gagasan, dan makna-makna politik yang menempatkan rakyat sebagai yang berdaulat.
Para pengamat politik menyebutnya sebagai politisi yang memilih “jalan sunyi restorasi” menuju terbangunnya masa depan rakyat yang lebih baik di Kabupaten Kepulauan Sitaro.
Sejak melangkah ke panggung politik, Sarjana Ekonomi dan ahli akuntansi ini terbilang guyub dengan sejumlah persoalan yang melilit kabupaten penghasil pala terbaik dunia itu.
Kendati baru pertama kali bertarung di ajang Pilkada, Ronald Takarendehang yang berpasangan dengan Rudolf Parera berhasil meraup perolehan suara besar dan bertengger pada posisi kedua dari empat pasangan calon di Pilkada Sitaro Juni 2018 lalu.
Kini ia kembali melangkah ke pertarungan kursi legislative Sitaro 2019 mendatang. Selain dikenal sebagai politisi berperangai santun, Ronald Takarendehang dinilai kritis mencermati berbagai masalah di daerahnya diantaranya kondisi pembangunan infrastruktur seperti akses jalan, listrik, kesehatan dan pendidikan. Jalan lingkar pulau Siau yang telah direncanakan belum juga terwujud dan selesai.
Sekolah yang kekurangan tenaga pendidik, profesionalisme dan nasib ASN (Aparatur Sipil Negara), serta berbagai pembangunan fasilitas yang terkesan mubasir dan terbengkalai.
Ketika diwawancari BARTA1.COM di Manado, belum lama, ia mengatakan sangat siap kembali melangkah ke panggung politik lewat tarung pemilihan kursi legislatif Kabupaten Kepulauan Sitaro 2019.
“Banyak hal yang patut diperjuangkan di Sitaro yang berhubungan dengan kedaulatan rakyat di rana sosial, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Hal itu tak boleh diabaikan begitu saja,” ujarnya.
Dikatakannya, belum lekang dalam ingatan kita visi misi pemimpin sebelumnya yang meniatkan menjadikan Kabupaten Sitaro sebagai Kabupaten Bahari yang sejahtera. Pertanyaannya, sudahkah potensi sumber daya kelautan dan perikanan Sitaro diberdayakan untuk menopang kehidupan masyarakat? Dimana hasilnya?”
Ini sebabnya kata Takarendehang, ia kembali ke panggung politik agar bisa terlibat langsung, bersinergi dengan eksekutif mengarahkan semua program strategis pembangunan Sitaro hingga sejalan dengan konsep pembangunan pemerintah pusat dan terakselerasi dalam kesejahteraan rakyat.
“Pemerintah dan legislatif harus focus melihat kehidupan masyarakat. Harus cepat dan tanggap melakukan terobosan untuk melecut pertumbuhan ekonomi. Karena titik tumpu utama pembangunan itu adalah mensejahterakan rakyat. Kalau rakyat terpuruk dalam kemiskinan, berarti pemerintah gagal,” kata dia.
Selain itu kata Takarendehang, masyarakat Sitaro perlu apa yang disebut sebagai “civic aducation”, yang selama ini absen dalam praktik politik kita. “Masyarakat kita butuh cara-cara cerdas mengembalikan daulat rakyat yaitu menciptakan masyarakat politik yang cerdas, kritis, aktif dan dinamis yang mampu membangun nilai-nilai kebaikan bersama,” paparnya.
Lihatlah kata dia, ketika masalah kelangkaan dan tingginya harga BBM melanda Sitaro, masyarakat hanya bisa meresponnya dengan perasaan cemas dan hampa. Ketika harga pala dan komoditas lainnya anjlok, atau kehidupan PNS yang terhimpit berbagai tekanan, nyaris tak ada gerakan yang berjuang melakukan perbaikan atas semua masalah itu.
“Ketika masyarakat kita berada dalam keadaan pasrah menerima begitu saja semua persoalan yang melilit mereka, harusnya politik menjadi landasan penggerak dalam melawan segala ketidakberdayaan dan ketidakpastian itu,” ungkapnya.
Kecemerlangan gagasan dan originalitas ide-ide Takarendehang ini membuat Partai Nasdem mengusungnya kembali kekancah pertarungan kursi legislatif di Kabupaten Sitaro. (*)
Penulis : Iverdixon Tinungki
Discussion about this post