MANADO, BARTA1.COM – Mata Wakil Gubernur Sulut, Steven Kandouw berkaca-kaca saat membawakan sambutan saat ibadah di rumah duka atlet paralayang dan terjun payung, Franky Kowaas, Kompleks Stadion Klabat Manado, Kamis (4/10/2018) kemarin.
Steven Kandouw mengatakan secara pribadi mengenal Franky dari kecil. “Adiknya paling kecil, Moudy teman kelas saya semua saudara -saudaranya saya kenal. Begitu dekat hubungan pribadi dengan almarhum, sehingga satu hal yang sangat menyiksa bagi saya pribadi dan Pemerintah Sulut adalah menanti-nanti kabar sejak Jumat sampai Senin lalu ketika mereka berlomba di Palu. Jujur saya gelisah yang tiada tara. Saya katakan apa yang dialami dirasakan istri anak-anak dan keluarga juga dihadapi kita semua,” ujarnya.
Sebagai orang beriman, kata mantan Anggota DPRD Sulut ini percaya rencana Tuhan pasti indah pada waktunya, manusia berusaha Tuhan yang menentukan. .
Kandouw berharap iman percaya ini harus dipegang keluarga besar Kowaas-Tagah. Istri dan anak-anak relakan seperti kata pendeta dalam khotbah jadikan ini sebagai momentum untuk semakin mempertebal iman percaya dan mempertinggi semangat.
“Jadikan ini sebagai cambuk mencari Franky-Franky, Petra-Petra dan Gleen-Gleen yang baru. Bagi keluarga kalian tidak sendiri karena ada kita teman –teman. Ada pemerintah, juga ada Tuhan yang tidak membiarkan hamba-hambanya larut dan tidak kuat menanggung cobaan ini,” ujar Steven.
Dia juga mengatakan sosok Franky Kowaas, Petra Mandagi dan Gleen Mononutu adalah pahlawan-pahlawan baru. “Mereka pahlawan olahraga Sulut. Mereka adalah inspirasi untuk berani tidak takut bahkan bagi Pemprov Sulut sangat berhutang budi karena selain atlit yang membawa nama Sulut diberbagai iven. Mereka adalah pioneer, sebab mereka juga menciptakan suatu tujuan destinasi yang baru di Sulut,” bebernya.
Kalau dulu orang cuma mengenal Sulut dengan Taman Laut Bunaken dan pantainya, sekarang Sulut terkenal di dunia sebagai destinasi sport tourism, yang berbasis olahraga yang sudah diakui dunia,” ujar Steven lagi.
Diketahui, tiga atlet paralayang ini meninggal tertimbun reruntuhan bangun di Hotel Roa Roa Palu, Sulteng, pekan lalu. Mereka berada di Palu untuk mengikuti iven paralayang.
Pingkan Mandagi, kakak dari Petra merasakan kesedihan yang tiada tara. “Puji Tuhan, Tuhan sungguh baik bagi kehidupan kami. Selamat jalan Petra, engkau adalah pahlawan bagi kami semua,” tutur atlet terjun payung ini.
Penulis : Agustinus Hari
Discussion about this post