SITARO, BARTA1.COM – Makna Hari Kesaktian Pancasila dibeber Kepala SMP Negeri 1 Siau Timur (Sitim), Hendryman CH Dalughu SPd.
Menurutnya, tepat 1 Oktober, Indonesia kembali memperingati hari yang sangat krusial bagi terciptanya kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia.
“Mungkin kini banyak yang lupa atau bahkan melupakan Hari Kesaktian Pancasila. Sebab seiring perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat, kita pun seakan terbius untuk melupakan sejarah yang sangat penting sebagai wujud terbentuknya dasar negara Kepulauan, Indonesia,” katanya.
Peringatan Hari Kesaktian Pancasila ini berakar pada sebuah peristiwa, 30 September tahun 1965. Ini adalah awal dari Gerakan 30 September (G30-S/PKI).
Pemberontakan ini merupakan wujud usaha mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis. “Saat itu setidaknya ada enam orang dan beberapa orang lainnya dibunuh sebagai upaya kudeta,” katanya.
Namun, kata dia, berkat kesadaran untuk mempertahankan Pancasila maka upaya tersebut mengalami kegagalan. “30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September dan 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila dalam sejarah Republik Indonesia,” ucap Man, sapaan akrabnya.
Makna Hari Kesaktian Pancasila menurut Hendryman Dalughu, sebagai dasar negara, Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi peraturan perundang-undangan.
“Melainkan juga Pancasila dapat dikatakan sebagai sumber moralitas, kemanusiaan, keadilan, persatuan, dan demokrasi. Terutama dalam hubungan dengan legitimasi kekuasaan, hukum, serta berbagai kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraannya,” tutur ayah dari Celly, David dan Dean.
Suami dari Pdt Conny Jean Patimbano ini juga mengatakan, terlebih lagi hingga kini kita selaku bangsa tentulah malu terhadap para pendiri negara yang telah bersusah payah meletakkan pondasi negara berupa Pancasila, sedangkan kita kini seakan lupa dengan tidak melaksanakan nilai-nilai Pancasila yang sangat sakti tersebut.
“Perilaku KKN, kerusuhan antar sesama warga negara, ketidakadilan dan ketimpangan sosial, berebut jabatan, perilaku asusila. Serta berbagai perilaku abmoral lainnya adalah segelintir perilaku yang hanya dapat merusak nilai Pancasila itu sendiri. Kini, marilah kembali junjung tinggi nilai-nilai Pancasila agar kita tetap dipandang sebagai bangsa dan negara yang beradab, beragama, beretika dan bermoral,” jelasnya.
Peliput : Albert Piterhein Nalang
Discussion about this post