Barangkali tak banyak lagi generasi hari, terutama yang bergelut di bidang musik cukup tahu bahwa di era tahun 1970-an, Sangihe mempunyai Grup Musik yang sempat mewarnai panggung musik Indonesia.
Membawa gaung lokalitas, grup musik ini tentu tak asing lagi dalam kenangan masyarakat Sangihe hingga hari ini.
Dampelos Grup namanya. Barta1 mendapat kesempatan untuk mengangkat kembali untuk sekadar mengenang eksistensi musisi-musisi daerah yang di zamannya berjuang mengangkat nilai-nilai lokalitas daerahnya melalui kehidupan perantauan. Johny Damar (68) (Gitaris) salah satu personilnya yang hari ini masih eksist bermusik, iapun memberikan beberapa informasi terkait dengan eksistensi grup musik Dampelos pada waktu itu.
Dampelos adalah gagasan dari Wellem Aer atau biasa disapa dengan panggilan Bung Gerce. Berawal dari perkumpulan pemuda yang pada umumnya berdarah Sangihe-Talaud di Jakarta yang gemar akan olahraga (Karate, Voley dll) pada tahun 1968 dan diketuai langsung oleh Bung Gerce. Dari sinilah cikal bakal penamaan grup musik Dampelos yang mulai terbentuk pada Januari 1975.
Pada perayaan ritual adat Tulude yang diselenggarakan oleh Ikatan Kekeluargaan Indonesia Sangihe Talaud (IKIST) di Jakarta 1975, sebenarnya merupakan penampilan awal dari grup musik yang baru terbentuk itu, namun demikian menurut Jhony Damar, mereka belum mendapat kesempatan atau gagal tampil.
“Terkendala dengan masalah teknis kami belum mendapat kesempatan untuk tampil pada waktu itu. Namun demikian, IKIST berniat untuk mengadakan festival Vocal Group (VG) dengan diikuti oleh kurang lebih tiga puluhan peserta,” ungkap Johny Damar baru-baru.
Alhasil pada bulan April 1975, festival tersebut terlaksana, dan setiap peserta wajib membawakan lagu “Oh Karimako” ditambah dengan 1 (satu) lagu pilihan. Dengan diikuti peserta yang terdiri dari berbagai macam suku (Jawa, Ambon, Timor dll), Dampelos Group menyabet juara 1 (satu) mewakili etnis Sangihe yang ada di Jakarta dengan membawakan lagu pilihan “Batu Timbule” lagu yang menjadi begitu terkenal hingga saat ini.
Berikut ini adalah nama-nama musisi yang tergabung dalam Dampelo Grup, (1) Benny Dandel/Penyanyi, (2) Johny Damar/Guitaris, Bass n music arranger, (3) Alfred Lumeno/Penyanyi/Pengatur/Koordinator Vocal, (4) Dantje Abast/Penyanyi, (5) Robby Frans/Penyanyi, (6) Wempy Rumende/Penyanyi, (7) Reinhard Dandel/Rythem Guitaris, (8) Berty Janis, (awak kapal), hanya ikut pada saat festval, setelah itu mengundurkan diri, kembali bertugas di Kapal, (9) Eddy Tulis (Top Drumer) additional pada saat rekaman, (10) Papo Parera (keyboard) additional pada saat rekaman.
Sebagian besar personil Dampelos Grup telah berpulang, antara lain Eddy Tulis, Papo Parera, Wempy Rumende, Benny Dandel, Berty Yanis dan Dantje Abast yang meninggal pada tahun 2011. Kenangan bermusik Dampelos Grup tentu masih terekam bagus dalam ingatan Johny Damar. Diakuinya kesedihannya mengental ketika mengenang saat-saat bersama Dampelos Grup.
“Kalau sudah bercerita tentang Dampelos, jaga malele air mata. Begitu banyak kenangan di sini,” ungkap dia.
Dalam perjalanannya bermusik, Dampelos Grup telah beberapa kali mengeluarkan album rekaman, dan tampil di berbagai helatan acara besar di tanah air.
Album Rekaman
1. Volume 1 (1975) Lagu Album Mawu Malondo, Gadis Tahuna n Live Show
2. Volume 2 (1976) Lagu Album Bongkong Awu, Anak Kasisi
3. Volume 3 (1977) Lagu Album Tahanusang Kara, Makikodake
4. Volume 4 (1979) Lagu Album, Sumake Pato, Porodisa
5. Volume 5 (1980) Lagu Album Pedine, Suhiwang Gaghurang (feat Hengky Merontoneng/Black Brothers)
6. Volume 6 (1982) Lagu Album Dekat Kaki Yesus, Bunga Bakung, sementara drumer diisi oleh Tato Timur dan bass guitar oleh Joseph.
Perjalanan pementasan musik Dampelos Grup (1975 – 1978), sempat mengisi acara di TVRI, Radio Swasta, Hotel-Hotel berbintang di Jakarta/Jawa Barat (Jabar), acara Sulawesi Utara, acara Gereja dan tentunya acara-acara yang diadakan masyarakat Sangihe.

Bahkan pada Agustus 1977, Dampelos Grup sempat tour ke Sulawesi Utara, yaitu Manado, Bitung, Siau dan Tahuna. Dan masa yang paling berkesan/membanggakan dalam kenangan personilnya dan bagi mereka yang menyaksikan pada saat itu adalah pada waktu Pembukaan Taman Mini Indonesia Indah (22 April 1975), Dampelos dipilih panitia pembukaan TMII untuk mewakili Suluteng.
Tahun 1979 adalah masa-masa di mana Dampelos Grup tidak pernah lagi tampil di depan publik, karena kesibukan dari setiap personilnya. Namun demikian menurut Johny Damar, di tahun itu mereka masih sempat membuat beberapa rekaman yang menurut dia merupakan album perpisahan Dampelos Grup dari depan publik.
“Pada waktu itu sempat rekaman Vol 4, Vol 5 dan Vol 6 (lagu Rohani), yang merupakan album terakhir perpisahan,” kata dia.
Beberapa personil Dampelos Grup yang kini masih ada yang dapat diketahui ialah Alfred Lumeno, bekerja sebaga wiraswasta dan memimpin Musik Bambu Satal di Jakarta, juga aktif di kegiatan ke rohanian/Gereja, Reinhard Dandel (wiraswasta) dan Robby Frans (wiraswasta).
“Sedangkan mereka yang berjasa terhadap Dampelos Grup antara lain menurut Johny Damar, Gerce Aer, IKIST Jakarta, Jemmy Tiwa, Abraham Makiwawu, Alfred Baramuli. Temmy Taidi, Sukarno Salawati (wartawan) yang selalu menulis tentang Dampelos di Harian Sinar Harapan, Jenderal Polisi H. Medelu (Oom Sinu), GMIST Jakarta, Tommy Mohede (sponsor tour Sulut) dan masih banyak lagi yang tak dapat disebut namanya satu persatu,” ungkapnya.
Penutur berharap informasi seputar Dampelos Grup dapat memotivasi generasi hari ini dalam berkarya di bidang musik, sekaligus sebagai bagian dari mengenang eksistensi Dampelos Grup dalam mengangkat nama Sangihe di kancah nasional.
“Mereka musti wajib tau bahwa pernah ada Dampelos Group yang selalu mengangkat lagu-lagu daerah Sangihe, sebab meskipun jauh di rantau Sangihe mang su naung. Bahkan yang saya dengar sampai sekarang pun dalam rekaman yang dilakukan oleh anak-anak muda Sangihe, hampir semua lagu daerah yang mereka bawakan/rekam adalah lagu-lagu Sangihe yang pernah kami rekam di era 70-an,” pungkas dia.
Seiring berjalannya usia dan zaman semakin laju berkembang, hari ini untuk menemukan lagu-lagu Dampelos Grup dapat ditemukan melalui media internet. Hampir semua rekaman Dampelos Grup telah diupload ke Youtube.
“Beruntunglah dengan adanya media internet (seperti youtube), maka hampir semua rekaman dari Dampelos, sudah saya upload ke Youtube,” ungkap Johny Damar yang kini masih aktif di kegiatan bermusik dan merekam lagu-lagu Sangihe) dan sebagai komite audit.(*)
Peliput : Rendy Saselah
Discussion about this post