Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulawesi Utara menyampaikan, jumlah pemilih dari generasi Z dalam daftar pemilih tetap di Pilkada serentak 2024 mencapai 354.373 orang. Mereka memiliki akses penuh untuk menyumbangkan suara sekaligus menentukan siapa pemimpin 5 tahun ke depan.
Kelompok dengan rentang usia 17-24 tahun kebanyakan baru kali ini merayakan pemenuhan hak politiknya di bilik TPS. Tentu saja, banyak di antara mereka memiliki harapan besar bahwa pemimpin baru bisa membawa dampak signifikan tak hanya bagi daerah, tetapi secara khusus bagi generasi yang sedang dalam masa peralihan dari bangku sekolah ke dunia kerja.
Menjawab pertanyaan tentang apa yang paling dibutuhkan Gen Z pada pemerintahan 5 tahun ke depan, Raisa Gallang (20), mahasiswi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) berpendapat lapangan pekerjaan adalah hal yang krusial baginya.
“Kita pernah adakan diskusi pemilih cerdas. Kalo untuk ba pilih, torang sebagai gen z lebih melihat siapa yang bisa bawa torang pe aspirasi. Salah satu isu yang sering dibahas itu memang tentang ketersediaan lapangan pekerjaan,” kata Raisa ketika terlibat dalam diskusi ringan seputar Pilkada Manado di area kampus Unsrat, Rabu (06/11/24).
Mahasiswi yang sekarang dipercaya sebagai Direktur Kelembagaan Penyelenggara Pemilu di Pusat Studi Kepemiluan Unsrat itu lebih menyoroti urusan lapangan pekerjaan. Sebab lanjut Raisa, persoalan tersebut begitu genting serta mendukung kebutuhan jangka panjang.
“Ketersediaan lapangan kerja yang lebih besar memang penting. Di samping itu, kembali lagi ke kita sebagai generasi muda, bagaimana bisa bersaing dan lebih kreatif untuk mengembangkan diri,” sambung Gwyneth Wekes (21), kawan seangkatan Raisa yang juga mahasiswi Ilmu Pemerintahan FISIP Unsrat, memberi sudut pandang yang lain.
Gwyneth berharap keberadaan Gen Z, secara luas anak-anak muda yang berjuang dalam bidangnya masing-masing baik itu tentang kesenian, olahraga, pendidikan, bisnis dan lainnya tetap menjadi fokus dari pemerintah ke depan.
Tetapi di sisi lain, gadis itu juga menyampaikan keinginannya tentang fasilitas yang mendukung akses internet secara gratis disediakan secara merata di tempat-tempat yang membutuhkan, mengingat aktivitas gen z dan lebih luas dunia hari ini sangat lekat dengan internet.
Hal sama diingatkan Denna Yanis. Mahasiswi semester 5 jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Unsrat. Melihat kemajuan teknologi yang ada serta meleknya keberadaan Gen Z dengan hal tersebut, Denna menyebut infrastruktur digital dan akses internet ke depan bisa lebih terjangkau.
“Dengan begitu bisa mendorong Gen Z bisa lebih peka dan sadar terhadap apa saja yang terjadi dalam negara kita berhubung akses informasi juga pastinya terbuka lebar,” kata dia.
Gebby Rewur, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unsrat pun sebagai orang yang berkecimpung dalam dunia kesenian juga mengutarakan pendapatnya tentang apa yang paling di butuhkan dari pemerintah 5 tahun ke depan.
“Sebagai generasi muda menurut kita itu, ketersediaan lapangan kerja yang memadai dan pemerintah dapat menunjang, membimbing dan memfasilitasi orang yang bergerak dalam industri kreatif,” jelas Gebby.
Dirinya berharap agar pemerintah lebih memperhatikan keberadaan generasi muda yang menjadi pilar utama negara saat ini.
Gen Z Jangan Apatis
Bagi pegiat seni seperti Abri, pemerintahan selama 5 tahun ke depan dapat benar-benar memfasilitasi ruang pertunjukan. Karena baginya sampai sekarang belum ada ruang pertunjukan yang memadai.
Mahasiswa semester 8 Fakultas Ilmu Budaya Unsrat yang akrab dengan dunia internet, Abri juga mengakui informasi-informasi mengenai Pilkada yang didapatkannya melalui media sosial memantik dirinya dalam mengikuti perkembangan yang sedang terjadi.
Terlebih pembahasan mengenai lingkungan hidup yang diperdebatkan pasangan calon Pilwako Manado tentang permasalahan lingkungan yang sampai sekarang masih mencari solusi yang efektif dalam penyelesaiannya.
“Siapapun pemimpinnya akan berdampak dalam kehidupan kita, maka dari itu sebagai mahasiswa yang baik, kita juga harus turut berkontribusi untuk memberikan hak pilih, karena hak pilih kita menentukan masa depan bangsa,” tegas Abri.
Sejalan dengan itu, Denna Janis juga menyatakan bahwa peran Gen Z dalam memberikan hak suara mereka sangat penting dalam Pilkada. Denna menyatakan sikap untuk tidak mau menjadi apatis dalam berkontribusi memajukan Indonesia lewat hak pilih
“Sebagai anak muda Indonesia, Saya mau untuk tidak bodoh amat dengan Negara sendiri, karena kalau bukan kita, lalu siapa lagi?” ujar mahasiswi semester 5 jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Unsrat.
Besar harapan dari Denna untuk calon yang akan terpilih nanti, semoga mengedepankan Pendidikan sebagai poin penting yang harus terus dikedepankan, sebab dimana pendidikan menjadi berkualitas, otomatis negara itu sendiri akan menjadi berkualitas baik dari segi politik, ekonomi, dan lain-lain.
Dengan harapan serta langkah kecil yang menjadi pasion anak muda Indonesia, Denna dan Abri meyakini perlahan hal-hal untuk membawa perubahan ke Indonesia yang lebih baik pasti akan terpenuhi jika pemerintah bekerja sama untuk memfasilitasi dan mendukung.
Terlebih mereka berdua menekankan kembali kepada kalang muda untuk jangan golput, karena suatu suara itu penting untuk negara baik dan maju di masa depan.
“Siapapun pemimpinnya akan berdampak dalam kehidupan kita, maka dari itu sebagai mahasiswa yang baik, kita juga harus turut berkontribusi untuk memberikan hak pilih, karena hak pilih kita menentukan masa depan bangsa,” kata Abri. (*)
Peliput:
Poetri Pulumbara,
Riedel Moendoeng,
Rengga
Editor:
Ady Putong
Discussion about this post