Oleh Iverdixon Tinungki
Setidaknya sudah beberapa kali saya menulis Jull Takaliung untuk kepentingan buku dan kebutuhan beragam platform media. Tapi kiprah, kepribadian dan ketokohan Jull Takaliuang bagi saya selalu terlalu paripurna dan besar untuk sekadar deskripsi dan narasi yang pernah saya buat.
Dalam gambaran terkini, Jull bisa jadi adalah tokoh Nusa Utara sekaligus figur politisi yang paling dicintai masyarakatnya oleh karena perjuangannya memihak masyarakat dan ruang hidup di daerah perbatasan itu. Bisa pula dibenci oleh segelintir orang yang kepentingan pribadinya terganggu oleh aksi-aksi perlawanan dan advokasinya.
Mengapresiasi Jull Takaliuang bagi saya adalah merefleksikan ungkapan Ferdinand de Saussure, seorang semiolog terkemuka dunia yang meyakini di mana kreatifitas manusia dalam memperjuangan hidupnya bahkan hidup masyarakatnya selalu dilatari suatu system yang rumit dan kompleks sebagai pembentuknya.
Sebagai aktivis, Jull Takaliuang telah melewati banyak tahun dan hari-harinya dalam pertarungan keras di luar ruang parlemen. Saat melangkah ke panggung politik seiring Pemilu 2024, harapan baru kini terasa membersit di Nusa Utara.
Ia bahkan disebut sebagai figur paling tepat menjadi representasi Nusa Utara di DPRD Sulut. Sebab majunya Dra. Jull Takaliuang sebagai Caleg PSI untuk DPRD Sulut Dapil Nusa Utara, dapat dipandang sebagai upaya riil memindahkan titik perjuangannya langsung ke dalam ruang-ruang parlemen.
Sampai di sini dapat dipahami bahwa kendati politik modern telah terdandani bahasa-bahasa yang canggih seiring perkembangan berbagai mazhab dan ilmu filsafat politik yang dipelopori para pemikir modern seperti dari era Thomas Hobbes, Machiavelli, John Locke, Jean- Jacques Rousseau, John Rawls, Jurgen Habermas, tujuan dasar politik tak pernah bergeser yaitu memperjuangkan kehidupan manusia. Dan itulah sejatinya esensi dari apa yang diperjuangan Jull Takaliuang sepanjang ini.
Langkah politiknya dibimbing oleh suatu kesadaran di mana lembaga legislatif –dalam hal ini DPRD Sulut– sebagai salah satu episentrum lahirnya peraturan perundang-undangan serta kebijakan pembangunan, maka upaya perjuangan hak-hak rakyat dan perlindungan lingkungan hidup saatnya ia lakukan langsung dari dalam parlemen itu.
Di Nusa Utara saat ini, Jull Takaliuang dikenal luas masyarakat kepulauan itu atas kiprahnya ikut berjuang bersama rakyat menolak tambang yang dikelola PT Tambang Mas Sangihe yang berencana mengaruk lahan berdasarkan konsesi dalam kontrak karya seluas 42.000 hektare atau lebih dari setengah pulau Sangihe.
Selaku inisiator gerakan Save Sangihe Island (SSI) dalam perjuangannya di Sangihe lewat jalur hukum, Jull dan kawan-kawan tercatat berhasil mendepak kapitalisme perusahaan tambang yaitu PT. Tambang Mas Sangihe (TMS) sebuah anak perusahaan dari Baru Gold Corp, perusahaan eksplorasi sumber daya mineral dari Kanada yang berfokus pada pengembangan proyek produksi logam mulia di Indonesia.
Kendati konsen dia yaitu terus mendampingi masyarakat pulau kecil seperti Sangihe dan Nusa Utara pada umumnya dari kapitalisme perusahaan tambang, namun perjuangan di ruang-ruang parlemen sangat penting dilakukannya untuk menyelamatkan alam dan lingkungan hidup masyarakat di sana.
Dikatakannya, tak dapat disangkal bahwa Sangihe bahkan Nusa Utara butuh aliran dana investasi. Tapi untuk klaster pulau-pulau kecil seperti di Nusa Utara yang dibutuhkan adalah investasi yang ramah terhadap lingkungan.
Sesungguhnya apa yang telah tersedia di Pulau Sangihe sangat melimpah, dan mencukupi untuk kebutuhan masyarakat, paparnya. Namun kelimpahan itu bagi sekelompok orang rakus dan tamak, pasti selalu terasa kurang.
“Kalau bukan kita ‘tau i kite’ lalu siapa lagi yang harus menyelamatkan Pulau ini demi kelangsungan hidup anak cucu nanti. Integritas dan harga diri orang Sangihe dipertaruhkan menghadapi godaan menjadi kaya dengan mengeruk emas,” ungkapnya Takaliuang.
Tindakan riil berjuang bersama masyarakat Nusa Utara bahkan Sulawesi Utara dalam kisaran 20 tahun terakhir inilah yang membedakan ketokohannya dibanding figur-figur politisi dadakan yang hanya datang kepada rakyat dengan beragam janji berlapis uang receh di musim Pemilu. Politisi dadakan yang hanya berpikir suara rakyat dapat dibeli tak lebih mahal dari harga seekor bibit babi. Lalu seusai Pemilu, rakyat yang dulu mendukung mereka dibiarkan merana sendiri.
Bagi saya, Jull Takaliuang adalah gambaran dari semacam keterwakilan buah pikiran kreatif dan hati nurani yang peka akan kesengsaraan dan penderitaan luar biasa masyarakatnya saat musim semi penindasan belum juga surut dan kebenaran bukan milik rakyat.
Ia lahir, tumbuh dan dewasa sebagai bagian dari kaum bawah Nusa Utara yang menaruh harapan besar pada politik di tingkat kerja-kerja riil sebagai jalan raya gerakan perubahan yang membawa kehidupan rakyat ke arah yang lebih baik.
Ia berjuang dengan caranya menjadikan politik sebagai cita-cita yang realistis, bukan asesoris. Politik yang harus menjadi booster utama terbangunnya jalan berkat untuk rakyat. Politik yang harus jadi instrumen pendorong, penyokong bahkan penggerak bagi terwujudnya kesejahteraan rakyat. Bukan kultur politik yang lebih banyak memancarkan energi animalitas yang melahirkan kecenderungan yang digambarkan Aristoteles, sebagai kekuasaan yang hanya menjadi milik segerombolan orang, hingga demokrasi menjadi sebuah sistem yang bobrok.
Di tengah perangai politik negatif yang melanda sendi kehidupan bernegara, di tengah basis-basis kebangsaan yang memudar, kita cukup berlega di Nusa Utara masih ada sosok aktivis dan politisi yang peduli dengan persoalan-persoalan rakyat.
Dengan meminjam perspektif AS Maarif, Jull Takaliuang dalam pandangan saya adalah bagian dari kaum yang rela menjadi telinga dan mata bagi pencari keadilan, pendamba kesejahteraan dan pengayom bagi masyarakat bawah.
Juga yang patut disyukuri, di tengah perkembangan zaman yang penuh benturan ini, masih ada orang-orang dengan karakter benar, memiliki kejujuran dan solidaritas dalam menggerakan semangat perubahan untuk sesuatu yang lebih baik, tak saja di ranah nasional, juga nampak pada tingkat lokal Nusa Utara.
Candidate-centered Politics
Dari banyak Caleg untuk DPRD Sulut Dapil Nusa Utara, hanya figur Jull Takaliuang yang berada pada fenomena politik yang berpusat pada kandidat (Candidate-centered Politics). Di sanalah kecenderungan elektoralnya bergerak.
Pengaruh kiprah peduli rakyat dan ketokohan Jull Takaliuang yang terkenal luas di dunia internasional, menempatkan dia sebagai pilihan yang paling pantas dan patut menjadi representasi Nusa Utara di DPRD Sulut.
“Tak sedikit pendukung Jull Takaliuang di Nusa Utara saat tokoh pembela rakyat kecil ini mencalonkan diri sebagai Caleg PSI untuk DPRD Sulut dari Dapil Nusa Utara untuk Pilcaleg 2024,” ungkap Nus Manumbalang, seorang jurnalis yang meliput di kawasan perbatasan itu.
Menurut dia, pemilih rasional Nusa Utara punya kecenderungan melihat Jull sebagai figur yang paling layak dipilih karena rekam jejak yang sangat peduli dengan persoalan-persoalan riil yang dihadapi masyarakat Nusa Utara.
“Kuatnya kecenderungan elektoral Jull Takaliuang, karena reputasinya sepanjang ini sangat besar dalam membela rakyat kecil. Orang-orang mengenal dia sebagai tokoh pembela hak asasi manusia, aktivis penyelamat lingkungan, bahkan rela pasang badan untuk berjuang bersama masyarakat dalam beragam kasus yang menimpa rakyat kecil,” ujarnya.
Pendapat yang sama disampaikan tokoh masyarakat Kendahe, Kabupaten Sangihe, Godfried Samalam. Ia mengatakan figur Jull Takaliuang sangat berpotensi mendapatkan dukungan masyarakat karena ia telah terbukti berjuang untuk kepentingan rakyat.
“Jull Takaliuang Caleg Nusa Utara paling konsisten bela rakyat. Tidak rugi bila masyarakat memilih figur yang sudah terbukti sangat peduli dengan kepentingan rakyat ini,” kata Samalam.
Di lain sisi, sosok penerima penghargaan PBB untuk perjuangannya di bidang kemanusiaan, perdamaian, lingkungan dan Hak Asasi Manusia ini memiliki ikatan psycologis dan sosiologis dengan masyarakat Nusa Utara karena ia merupakan warga yang lahir dan besar sebagai anak kepulauan ini.
Itu sebabnya, ia tak saja menarik perhatian pemilih rasional sebagaimana pemahaman mengenai perilaku pemilih rasional yang dipopulerkan oleh Anthony Downs dan V.O Key, bahkan di sisi perilaku pemilih sosiologis dan psikologis ia memiliki peluang dukungan yang besar.
Diterpa Black Campaign
Sebagai Caleg dengan tingkat popularitas yang tinggi, Jull Takaliuang mulai dihadang kampanye hitam (black campaign). Upaya menjegal langkah politiknya ke DPRD Sulut dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dapil Nusa Utara mulai mencuat secara sistematik lewat media sosial.
“Memang ada upaya dari beberapa pihak yang gerah dengan perjuangan saya menolak tambang di Sangihe memprovokasi masyarakat untuk membenci saya. Mereka membujuk kawan-kawan seperjuangan di Sangihe untuk menyebar isu yang tidak benar lewat media sosial,” ungkap Jull Takaliuang.
Dikatakan Jull, mereka menyerangnya dengan mengatakan mendopleng perjuangan menolak tambang di Sangihe sekadar cari popularitas untuk kepentingan Caleg.
“Terang saya kecewa dengan sikap teman-teman seperjuangan yang terbujuk. Padahal, mereka sangat tahu esensi dari perjuangan menolak tambang yang selama ini sama-sama kami lakukan yaitu menyelamatkan Sangihe dari serbuan korporasi tambang yang berencana menguasai lebih dari setengah pulau Sangihe,” ungkap aktivis yang juga Ketua Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kabupaten Sangihe ini.
Beruntung perjuangan bersama rakyat menolak tambang yang dikelola PT Tambang Mas Sangihe yang siap mengaruk lahan berdasarkan konsesi dalam kontrak karya seluas 42.000 hektare atau lebih dari setengah pulau Sangihe bisa dipatahkan lewat jalur hukum.
“Kita bisa membayangkan kalau konsesi seluas 42.000 hektare atau lebih dari setengah pulau Sangihe itu berhasil dilakukan oleh PT Tambang Mas Sangihe, ke mana penduduk Sangihe yang bermukim di area itu disingkirkan,” ungkap Jull.
Lanjut dikatakan dia, selain penduduk akan terusir dari pulau itu, juga dampak kerusakan lingkungan yang hebat akan menimpa pulau itu.
“Sikap saya menolak tambang termasuk tambang ilegal yang saat ini marak di pulau Sangihe tak akan goyah. Saya akan terus berjuang menyelamatkan Sangihe tercinta dari kerusakan lingkungan,” ungkapnya.
Terkait langkah politiknya ke DPRD Sulut lewat PSI Dapil Nusa Utara, menurutnya adalah bagian dari upaya perjuangan tersebut lewat jalur parlemen. (*)
Discussion about this post