Manado, Barta1.com- Mendekati bulan Desember biasanya Kota Manado diguyur hujan deras, hingga bulan Januari. Hal tersebut mendorong perubahan iklim yang berpengaruh terhadap anak.
Baru-baru ini kepala Dinas Kesehatan Manado, Steve Dandel, mengatakan musim hujan menyebabkan kasus infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) pada anak meningkat setiap tahunnya.
“Kasus ISPA kepada anak ketika musim hujan mencapai ratusan hingga ribuan di Kota Manado. Ini kan persoalan situasional, tidak ada data rata-rata berapa yang terpapar, mengingat setiap tahunnya itu berubah-rubah,” kata Steve.
Berkaitan dengan perubahan habitat yang terjadi secara tiba-tiba dikarenakan sebuah bencana menyebabakan kemampuan adaptasi manusia itu berubah, misalnya dari lingkungan bersih ketika banjir terjadi perubahan yang membuat daya tahan tubuh manusia itu menurun. Kemudian masyarakat yang terpapar penyakit, seperti gatal-gatal, flu dan batuk diakibatkan bakteri pada lumpur.
“Ketika terjadi banjir dalam waktu singkat tim kesehatan sudah ada di lokasi kejadian,” singkatnya.
“Ketika curah hujan tinggi dihimbau masyarakat untuk waspada, serta mengutamakan perlindungan kepada orang-orang rentan seperti anak-anak, lansia dan disabilitas,” pinta Steve.
Kewaspadaan itu pun dilakukan oleh masyarakat Welong, Kelurahan Malendeng, Lingkungan VI, Kota Manado, Fero Bokong, dirinya menuturkan setiap musim hujan kedua anaknya, Rein Muaya dan Tesa Muaya tidak diijinkan keluar Rumah.
“Setiap hujan setapak penuh dengan lumpur, pasir, dan air yang menyebabkan anak saya sering mendapatkan penyakit gatal-gatal, flu, batuk, bahkan sampai sesak pada pernafasan,” kata Fera.
Proses pendidikan juga terganggu, kata Fera, ketika hujan berjam-jam membuat anaknya tidak bisa bersekolah. Mengingat lokasi yang akan dilewati anaknya itu terendam banjir.
“Ketika hujan berjam-jam yang saya selamatkan terlebih dahulu adalah anak-anak, kemudian berkas penting, dan terakhir adalah perabotan Rumah tangga. Setiap tahun seperti ini, ketika musim hujan,” terang Fera.
Begitupun dengan Ramlan Tasiam, masyarakat Welong ini, terlihat membersihkan saluran air ketika hujan mulai turun. Bermodalkan cangkul seadanya, pasir dan lumpur akibat erosi diangkatnya secara perlahan-lahan.
Ditemani anaknya Den Deriel, anak berumur 5 tahun itu, terlihat bergembira melihat ayahnya mengerahkan cangkul ke saluran air dari ujung ke ujung.
“Hujan 2 jam saja air sudah naik ke Rumah warga. Setelah adanya pembangunan di wilayah timur, seperti jalan Ring Road, Tol dan Perumahan membuat masyarakat Welong terus berdampingan dengan banjir,” tuturnya.
Ramlan menambahkan, pembersihan saluran air menjadi aktivitasnya saat datangnya hujan. Ia tidak mau keluarga, khususnya kesehatan anak-anaknya terganggu.
“Permasalahan banjir bukanlah hal yang lumrah bagi masyarakat Welong, apalagi anak pertamanya bersekolah di SD Negeri 9 Manado, dimana akses belajarnya terganggu ketika volume air naik,” terangnya.
Melky Wakary, Kepala Lingkungan VI, Kelurahan Malendeng, Kota Manado, menyebut hampir setiap tahunnya musim hujan dan banjir menggenangi wilayahnya, terhitung sejak tahun 2015, 2017, 2019, 2021, dan terakhir 27 Januari 2023.
“Cuaca saat ini juga sulit ditebak, biasanya awal bulan Agustus sampai bulan Desember sudah hujan, namun tahun ini sampai bulan September masih musim panas, akan tetapi ketika hujan sejam saja volume air langsung naik ke Rumah Warga,” tandasnya.
Lanjut Melky, penduduk di lingkungannya sebanyak 295 kepala keluarga (KK). Kemudian, yang terdampak banjir sebanyak 87 KK termasuk anak-anak di dalamnya.
“Ketika ada anak-anak terpapar penyakit akibat musim hujan maupun banjir, pihak kesehatan terlihat sigap melayaninya.”
“Demi kenyamanan keluarga beberapa KK sudah menaikan bangunan Rumahnya agar terhindari dari banjir. Menaikan Rumah sampai 2 tingkat bukan karena mereka kaya, melainkan terpaksa. Rumah saya saja dibuat dengan uang pinjaman,” sahutnya.
Menurutnya, Wakil Walikota Manado, Richard Sualang, sudah berkunjung dan melihat kondisi yang terjadi di kelurahan Malendeng, lingkungan VI ini, kiranya kedepannya ada solusi agar masyarakat terhindar dari namanya banjir ketika hujan datang, khususunya masyarakat rentan.
Anggota DPRD Sulawesi Utara dari Dapil Kota Manado, Yongkie Limen, berkaitan dengan kondisi saat ini terjadi Pancaroba (pergantian antar dua musim) akan berpengaruh terhadap masyarakat rentan, khususnya anak-anak. Berkaitan dengan kondisi ini, orang tua juga perlu menjaga kebersihan di lingkungannya masing-masing.
“ISPA merupakan penyakit yang sangat berpengaruh terhadap kondisi anak, melihat hal tersebut seharusnya menjadi perhatian kita bersama,” imbuhnya.
Perhatian itu juga datangnya dari pemerhati anak, Eliana Gloria, dia melihat persoalan ini berkaitan dengan multisektoral, dimana ada unsur pendidikan, kesehatan, dan lingkungan hidup,” singkatnya.
Masyarakat Kota Manado, khususnya wilayah rawan banjir sudah terbiasa dan tidak terhindarkan lagi dengan namanya bencana. Kemudian, bagaimana tindakan dari multisektoral ini ada tau tidak. Melihat dari Dinas pendidikan, menurut Eliana belum ada.
“Kemudian meninjau dari segi kesehatan tentunya ada kader-kader kesehatan pada saat bencana. Lebih baik lagi disetiap lingkungan itu memiliki kader KB, mengingat mereka sudah mengikuti pelatihan bagaimana menangani anak-anak yang terpapar bencana dan dapat mengidentifikasi penyakit-penyakit dampak dari musim hujan hingga banjir,” tambahnya.
Berikutnya berkaitan dengan pembangunan di daerah timur, seharusnya adanya perencanaan resiko dan dampaknya, sebenarnya dalam perencanaan kebijakan masyarakat itu harus dilibatkan, khususunya masyarakat rentan dan adat.
Peliput : Meikel Pontolondo
Discussion about this post