PUISI PENGHARAPAN
PEMAIN
WAKTU: Sosok Misterius.
ANAK MANUSIA : Sosok Yesus.
SI GILA : Orang yang tertekan sepanjang hidupnya.
LELAKI MISTERIUS: Sosok Judas.
PEREMPUAN ZAITUN: Pelacur.
PENJUAL TOPENG: pedagang.
PATUNG-PATUNG/ ORANG-ORANG.
BAGIAN I: SEBUAH PANGGUNG
(Sebuah padang kehidupan. Lelaki Misterius dan batu-batu. Waktu mendetak pada lagu.
Anak Manusia di tengah padang pelayananNya. Kehidupan adalah patung-patung yang terpasung)
PATUNG:
Saya kelaparan.
WAKTU:
Dan mereka membentuk kelompok diskusi
untuk membicarakan kelaparan saya.
PATUNG:
Saya terpenjara.
WAKTU:
Dan mereka menyelinap ke gereja
dan berdoa bagi kebebasan saya.
PATUNG:
Saya telanjang.
WAKTU:
Dan mereka mempertanyakan dalam hati
kelayakan penampilan saya.
PATUNG:
Saya sakit.
WAKTU:
Dan mereka berlutut dan menaikan syukur kepada Allah
atas kesehatan saya.
PATUNG:
Saya tak punya tempat berteduh.
WAKTU:
Dan mereka berkhotbah kepada saya
tentang kasih sebagai tempat berteduh.
PATUNG:
Saya kesepian.
WAKTU:
Dan mereka meninggalkan saya sendirian
untuk berdoa bagi saya.
PATUNG:
Mereka kelihatan begitu suci,
begitu dekat kepada Allah.
WAKTU:
Tapi saya tetap amat lapar
dan kesepian
dan kedinginan.
ANAK MANUSIA :
Inilah sandiwara.
Sedih duka berganti.
Tawa dan tangis mengisi hari.
(Memberi minum patung-patung)
WAKTU :
(ke Anak Manusia)
Wahai Kau yang memberi minum,
kau yang menghapus dahaga.
Apakah kita pernah berjumpa?
Siapa engkau sebenarnya?
Mengapa hatiku bergetar melihatmu.
Apakah engkau orang yang di nanti?
ANAK MANUSIA :
Bila aku tak di sini maka lakon ini tak ada.
Lakon ini ada kerena aku disini.
Aku tak bisa memilih disini atau di sana.
Untuk kamu Bapa memilih aku.
(Si Gila mendadak muncul di panggung)
SI GILA :
(Menunjuk ke arah anak manusia)
Dia… dia lelaki yang selalu melintas dengan air.
Air dari Dia, Dialah air.
Musa anak air.
Yahya memakai air.
Dialah air. Air mata, mata air.
PATUNG-PATUNG :
(sesaat histeris)
lapar… lapar…
SI GILA :
Manusia selalu lapar.
Lapar dan terus lapar.
Lapar telah menjadi gaya hidup sekaligus penyakit.
Lapar jabatan, lapar kekuasaan, lapar harta.
Lapar, lapar, lapar dan terus lapar.
WAKTU:
(Dengan panah)
Aku waktu! Sang pelahir, sang pengambil.
Tak ada yang tak mendetak dalam nadiku.
Karena tak ada lagi yang mau menolong keluh laparmu.
Aku datang untuk membantu menyelesaikan keluh laparmu
dengan panah ini.
(Ia melepaskan anak panah dan seorang patung terjungkal)
ANAK MANUSIA :
(Iba)
Aku roti… Aku roti hidup.
Makanlah aku, maka kamu akan di kenyangkan.
Ikutlah aku maka kamu akan hidup.
(Anak Manusia keluar. Tak ada yang ikut)
SI GILA :
Kita tak seperti Dia.
Dia hidup. Kita mati.
Dia pemimpin. Kita menolak dipimpin.
Kita hanya mengibuli diri.
(respons patung-patung : “kibuli!” sambil mengubah komposisi)
SI GILA:
Dunia ini sudah gila.
Banyak pemimpin, tapi siapa yang mereka pimpin?
Pemimpin gagal dibilang berhasil
Pemimpin korupsi dibilang bersih
Rakyat miskin terpinggir, koran tulis rakyat sejahtera
(Respons patung-patung: “Berantas!” bergerak liar dan beringas, tapi kemudian berhenti dalam satu komposisi)
(Si Gila mengambil posisi menjadi Dirigen)
SI GILA:
Patung-patung
sebaiknya kita menyanyi lagu Indonesia Raya.
Satu… dua… tiga…
PATUNG-PATUNG :
Indone.. (tercekat)
(Lagu itu diulang berkali-kali tapi tetap tercekat di tenggorokan)
SI GILA :
(Menggerutu)
Aneh. Bangsa apa ini,
bangsa yang tak tahu lagu kebangsaannya sendiri.
Aneh!
Peradaban ini harus di hancurkan untuk lahirnya peradaban baru.
(Si Gila keluar sambil memanggul seorang patung yang mati sambil menyanyi sepotong lagu dengan suara perih. Patung-patung lain masih tercekat dalam sepi di tempat masing-masing.)
BAGIAN II : PERGUMULAN WAKTU
Angin bertiup menerbangkan debu dan daun-daun.
Sosok waktu dan lelaki misterius di antara patung-patung. Lelaki itu adalah sang pemecah batu. Sudah lama ia disana memecahkan batu dengan martil, Ia menatap patung-patung, matanya diam, bibirnya diam, Ia kemudian mengambil debu lalu melemparkannya ke udara, seperti menebar doa.
LELAKI MISTERIUS :
Ratakanlah gunung-gunung,
dan siapkanlah jalan buat dia.
(di ulang beberapa kali, lalu mengambil debu, menebarkannya ke angkasa)
Inilah doa… inilah doa… doa yang ditembakkan ke angkasa
ia selalu kembali dengan wujud yang lain
mencari gerimis yang membasahi penungguan.
Aku ingin bicara dengan waktu.
(Waktu terbuka seperti matahari bersinar)
PATUNG-PATUNG :
Detak-detik…
(dinyanyikan oleh patung detak- detik sambil membentuk komposisi)
WAKTU:
Aku selalu mempertemukan dan memisahkan.
Aku selalu menghitung tanpa peduli ke mana nafasku mengalir.
Aku tidak pernah berhenti menagi kepada zaman dan sejarah.
Semua hendaklah berjalan mengikuti jejak yang ku tinggalkan.
LELAKI MISTERIUS:
(Marah)
Waktu hanya sebuah ruang yang menyimpan kenangan dan tak keberdayaan.
Waktu adalah racun dalam penungguan.
WAKTU:
Semua yang tak berpengharapan membenci waktu,
tapi aku tetap sabar berjalan menulis sejarah
karena aku tak pernah mati meski sepi selalu menepi di tepi hari
LELAKI MISTERIUS:
Waktu kau merantaiku, kau merantai kami dalam rasa haus
yang teramat panjang.
Berapa lama lagi aku menanti dia?
WAKTU:
Detik yang pergi tak kembali.
Usia adalah menit yang mengikuti jejak nafas.
Waktu adalah catatan yang menulis cinta dan maut
di atas sebuah kertas yang bernama harapan.
LELAKI MISTERIUS:
Kau hanya waktu.
Kau selalu menikam sepi dan sunyi kedalam detakku.
Biarkan aku menanti dia sebelum air hidup mengering
agar sepasang merpati punya waktu mengunjungi abad-abad.
(Angin bertiup dan menerbangkan debu gelegar halilintar dan daun-daun
Dan bebunyian itu berubah sebuah irama lagu menyayat dari patung-patung)
LAGU PATUNG-PATUNG :
Yesus kecil, Yesus besar
Ia manusia. Ia cinta.
(Sosok perempuan Zaitun muncul perlahan mengurai kafan peradaban sambil berkidung)
KIDUNG PEREMPUAN ZAITUN:
Jika kesalahanku itu benang
Panjangnya melilit bumi
Jika kesalahanku itu air mata
Ia menderas seperti sungai
Jika kesalahanku itu gelap
Ia sewarna malam tanpa bintang dan rembulan
Jika kesalahanku itu angin
Ia menjadi badai… menjadi badai…
LELAKI MISTERIUS:
Waktu selalu menjerumuskan kita menjadi penunggu Godot
Menunggu dan menunggu. Kau harus kuat perempuan.
Ratakanlah gunung-gunung dan siapkanlah jalan baginya.
KIDUNG PEREMPUAN ZAITUN:
Adakah danau dan laut awalnya air mata.
jika demikian, betapa banyaknya kepedihan.
Kitapun telah menambahkan beberapa tetes untuknya.
Bila kita menangis.
Tangislah buat kebahagiaan.
Biar danau dan laut tak semata.
Mitos kekelaman.
LELAKI MISTERIUS:
Perempuan! Kidungmu, kidung ribuan kunang-kunang.
Terbang tanpa suara entah kemana.
Kidung daun-daun yang senyap dan perih.
Semua hanya melolong.. melolong.
Mencakar-cakar bayang-bayang.
PEREMPUAN ZAITUN:
Perempuan zaitun, perempuan penuh dosa. Itu aku.
Berharap ada penebusan dari cinta maha cinta.
Tapi dunia ternyata begitu gelap.
(Angin bertiup lagi menerbangkan debu dan daun-daun)
LAGU PATUNG-PATUNG:
Yesus kecil, Yesus besar,
Ia manusia, ia cinta.
WAKTU:
Dalam setiap detakkan jarum jam.
Salah dan dosa terus beringsut menorehkan catatan kelam.
Berpasal-pasal benci dan nafsu.
Terukir di setiap langkah dan nafas.
Tetapi Yesus, Ia tetap cinta.
Selalu datang menuntun dua puluh empat jam.
Di hati yang membukakan pintu Ia datang.
Kini Ia di pintu hatimu dan berkata:
Adakah tempat, untuk-Ku?
(Waktu keluar)
PENJUAL TOPENG:
(Melintas, menawarkan dagangannya kepada beberapa orang)
Topeng … topeng … topeng…
Topeng … topeng … topeng … topeng …
Apa kalian mau topeng?
Manusia modern memakai topeng.
Topeng manusia… manusia bertopeng.
Topeng … topeng … ayo beli… ayo pakai…
Topeng … topeng … topeng.
Ini budaya modern.
Budaya topeng … topeng … topeng … topeng …
(Keluar)
BAGIAN III: SURAT DARI SUNYI
(Bunyi lonceng, suara angin dan guntur bergemuruh. Anak Manusia kembali masuk dengan pikulan ember air)
LELAKI MISTERIUS:
Kau datang lagi.
Darimana engkau datang
dan mau ke mana engkau pergi.
ANAK MANUSIA:
Aku datang dari Bapa untuk mengubah dunia.
Dan akan pergi ke rumah Bapa
untuk menyiapkan rumah bagi mereka
yang tak punya tempat di dunia.
LELAKI MISTERIUS:
Siapakah engkau hingga berani
berkata-kata bijaksana padaku?
ANAK MANUSIA:
Dunia tak mengenal aku.
Tapi aku mengenal dunia.
Siapa yang mengetuk hatiku,
kepadanya hatiku kubukakan.
siapa yang meminta kepadaku
padanya kuberikan
LELAKI MISTERIUS:
Kau berkata seperti seorang mesias.
Sementara Plato. Humerus. Shakespiere. Hugo. Michaelangelo,
Beethoven, Pascal, dan Newton, dan banyak para jenius.
Mereka pun tak mampu melahirkan
kebenaran-kebanaran fundamental untuk penyelamatan dunia.
Apakah kau mampu menciptakan suatu dunia
yang adil penuh rasa persaudaraan dan damai?
ANAK MANUSIA:
Anak manusia harus datang di tengah dunia yang terluka.
Ia menjadi manusia di tengah nestapa.
Batu-batu mengenalnya seperti orang-orang sederhana mengenalnya
(Tiba-tiba masuk Perempuan Zaitun. Ia dikejar orang-orang.)
ORANG-ORANG:
Tangkap dia … hajar dia…
seret dia ke polisi. Pelacur… pelacur …
(Riuh dan gaduh)
PEREMPUAN ZAITUN:
(Berlindung di belakang tokoh anak manusia)
Tolong saya… tolong saya…
mereka mau memukuli saya!
ANAK MANUSIA:
(Suara lantang)
Tahan!
(sambil menghadang para pengejar)
(semua kaget dan terdiam)
Siapakah kalian hingga harus menghakimi perempuan ini?
ORANG 1:
Dia pelacur.
Dia membuat kampung kami ini tercemar!
ORANG 2:
Dia mengganggu suamiku!
ORANG 3:
Dia harus di usir dari sini!
ORANG 4:
Kalau perlu bunuh saja dia!
(kepada orang-orang)
Bagaimana?
ORANG-ORANG:
Ya … rajam saja perempuan itu.
ANAK MANUSIA:
(kepada Perempuan Zaitun)
Apakah benar perkataan orang-orang ini?
PEREMPUAN ZAITUN:
Benar dulu aku pelacur.
Tapi sekarang tidak lagi.
Aku sudah bertobat.
Aku kembali ke kampungku ini untuk memulai hidup baru.
Tapi banyak orang menyangka aku datang untuk membuat keonaran itu.
SESEORANG:
Sekali busuk tetap saja busuk.
Keluar kau dari kampung kami!
ANAK MANUSIA:
(kepada orang-orang)
Wahai saudara-saudaraku.
Barangsiapa di antara kamu yang merasa tidak pernah berbuat dosa,
Maju … dan silakan lempari perempuan ini dengan batu.
(Semua diam tak beringsut dari tempat masing-masing)
Mengapa diam? Tadi kalian ingin membunuh dia,
karena dia seorang pendosa. (dengan suara dingin)
Karena semua orang pernah berbuat dosa,
janganlah saling menghakimi.
Hiduplah rukun dan saling mengasihilah kamu.
Hanya dengan begitu, kampung kalian
bisa jadi damai maju.
PEREMPUAN ZAITUN:
(Menatap anak manusia)
Terima kasih, Tuan, atas pertolongan dan kebijaksanaanmu.
ANAK MANUSIA:
Carilah pekerjaan yang benar.
Dan jangan berbuat dosa lagi.
(mengajak orang-orang)
Marilah duduk bersama. Aku punya cerita untuk kalian.
(Orang-orang pun datang mengikuti Anak manusia dan mencari tempat
Duduk masing-masing di tempat itu, Anak Manusia ada pada sebuah tempat
yang lebih tinggi dari mereka)
ANAK MANUSIA:
(Bercerita. Orang-orang mendengarkanya)
Ada cerita dari satu negeri. Seorang guru kearifan memiliki dua murid. Ketika masa pengujian ilmu yang ditimba kedua muridnya tiba, ia berkata: kalian pergilah ke hutan. Tangkaplah burung merpati untukku. Aku ingin sekali menyantap daging merpati.
Pagi harinya, kedua muridnya pergi masuk hutan dengan senjata panah masing-masing. Tak berapa lama seorang muridnya kembali dengan beberapa ekor burung merpati hasil buruan. Mendekati senja, murid yang satu kembali, namun tak membawa hasil apa pun.
Keesokan harinya, sang guru kembali menyuruh kedua murid berburu rusa. Tak berapa lama, murid yang berhasil membawa merpati, kembali dengan seekor rusa jantan gemuk. Mendekati senja murid yang kemarin gagal, pulang tanpa membawa hasil apa pun.
Setelah itu sang guru memanggil mereka berdua. Guru kearifan bertanya kepada sang murid yang berhasil mengikuti perintahnya: Bagaimana engkau begitu cepat mendapatkan hasil buruan? Jawab murid itu: semua ilmu yang guru ajarkan membuatku tak sulit menangkap buruan.
Sang guru mengangguk. Lalu ia bertanya kepada muridnya yang selalu gagal mendapatkan buruan: mengapa engkau tak mematuhi perintahku? Ilmu yang kuturunkan kepada kalian sama hebatnya.
Murid itu menjawab: Seharusnya tak sulit bagiku untuk menangkap semua buruan, Guru. Tapi ketika aku mengarahkan anak panah ke merpati, mata Tuhan seperti melihatku. Ketika aku mengarahkan anak panah ke sekelompok rusa, mata Tuhan terus mengikuti, menatapku.
Guru kearifan memandang murid itu dengan terharu, berkata: Muridku, kau lulus. Sebab, mengikuti perintah Tuhan lebih penting dibanding perintah siapapun di dunia ini. Kepada muridnya yang satu lagi, ia berkata: engkau harus belajar lagi.
ORANG 1:
Jadi, kami boleh tak mematuhi perintah atasan kami, Guru?
ANAK MANUSIA:
Kalau atasanmu menyuruh engkau melakukan korupsi,
apakah engkau harus mematuhinya?
ORANG 2:
Kalau kami tidak mematuhi perintah atasan,
kami bisa dipecat, Guru!
ANAK MANUSIA:
Memang sulit untuk jadi orang benar, Saudaraku.
Tapi pernahkah melihat burung-burung?
Mereka tidak menanam tetapi tetap menuai.
Apa yang engkau takuti dari pemecatan oleh atasanmu,
sementara hidupmu di tangan Tuhan?
Upah dosa adalah maut.
Sekarang pilihan di tanganmu.
Apakah engkau memilih di pecat oleh atasan,
atau memilih maut?
ORANG 3:
Atasan itulah yang salah!
Mengapa ia memerintahkan perbuatan buruk seperti itu!
ANAK MANUSIA:
Ada masa di mana ilalang akan dipisahkan dari gandum.
PENJUAL TOPENG:
(Menawarkan dagangannya kepada beberapa orang)
Topeng … topeng … topeng … topeng …
Topeng … topeng … topeng-topeng…
Apa kalian mau topeng? Manusia moderen memakai topeng.
Topeng manusia. Manusia bertopeng.
Topeng … topeng … ayo beli … ayo pakai…
Topeng … topeng … topeng.
Ini budaya moderen, budaya topeng …
Topeng … topeng … topeng …
ANAK MANUSIA:
(kepada penjual topeng)
Hai anak muda, berhentilah menjual kepalsuan.
Tinggalkan pekerjaan itu, dan ikutlah Aku.
PENJUAL TOPENG:
Tapi, bagaimana aku mendapatkan uang?
ANAK MANUSIA:
Memang lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum, Anak Muda,
daripada seorang kaya masuk surga.
PENJUAL TOPENG:
(membuang dagangannya, dan bergabung dengan kelompok itu)
LELAKI MISTERIUS:
Jadi orang kaya itu tidak akan masuk surga?
ANAK MANUSIA:
Belajarlah bijaksana seperti Salomo.
Jangan biarkan tumpukan kekayaan hanya menjadi santapan rayap.
Lihatlah disampingmu, betapa banyak orang membutuhkan pertolongan
dan belas kasihanmu.
Kasihilah mereka, maka kamu akan hidup.
LELAKI MISTERIUS:
Kau hanya pandai berkata tapi tidak berbuat.
Aku tidak mau termakan hasutan!
(Lelaki Misterius keluar)
ANAK MANUSIA:
Mesias, Ia berada dua puluh empat jam dengan kamu semua.
Berdetak bersama waktu dalam napas.
Mengalir dalam darah kehidupan.
Ia tak pernah jauh dari hati yang meminta.
Karena Ia hanya sejauh doa.
PATUNG-PATUNG:
Kami lapar…
kami lapar… lapar…
(Terjadi kegaduhan lalu hening dalam rasa lapar teramat sangat)
BAGIAN IV : MENJADI ROTI HIDUP
(Dari sebuah pintu masuk sosok Waktu dengan busur panah)
WAKTU:
Jalanilah nestapamu hingga Hari Perjamuan Kudus.
ANAK MANUSIA:
Siapa kau?
WAKTU:
Akulah waktu. Waktu adalah fakta.
Di masa Herodes Antipas, aku menari untuk kepala Yohanes.
Di masa Samson, akulah Delila.
Kadang aku Bunda Maria, Bunda Teresa, Hawa, Herodias,
Kau atau dia, atau siapa saja.
Sebutlah nama-nama, dia adalah waktu.
Waktu adalah kalian.
Kini aku datang untuk mengakhiri penderitaan orang-orang ini.
(Anak Manusia bangkit menyiapkan adonan dan sosis dari dirinya. Adonan dan sosis dicampurnya seperti perempuan tua membuat roti paskah)
WAKTU:
Jika engkau menyiapkan roti
Dan menyantapnya diwaktu pagi dengan segelas kopi
Terasalah jiwamu berseri
Dan ingatlah
Sang Bapa disurga menyiapkan roti dari dagingnya sendiri
Lalu Ia berkata (Menatap ke anak Manusia)
ANAK MANUSIA:
Akulah Roti Hidup !
WAKTU:
(Menyambung dialognya)
Dan setiap orang akan datang menambahkan sosis
menurut selera masing-masing diri.
Dan menyantapnya sendiri-sendiri.
Dan setiap orang mulai menamai sajian itu
menurut citranya dan keinginannya masing-masing.
(memanggil) Maria Zaitun!
PEREMPUAN ZAITUN:
(Menjawab)
Aku di sini!
WAKTU:
Ia di sini
Lelaki yang mencintaimu
Lelaki yang engkau cintai
(Anak Manusia masuk ke adonan dan sosis. Ia menjadi roti.
Maria Zaitun menangis sambil menyanyi kepala yang berdarah. Orang-orang, patung-patung, dan siapa pun datang ke perjamuan itu dalam keadaan lapar teramat sangat dan memakan roti itu. Maria ikut mencicipinya.
Setelah kenyang, orang-orang menjadi cerdas. Orang-orang menyeret rangka Anak Manusia dengan tali ke mana mereka pergi. Ada yang jadi pendeta, ada yang jadi Muadzin, ada yang jadi petapa: mereka semua berkabar berita. Tapi ada yang jadi penjahat dan setan, tetap setan menjadi penggoda. Khotbah mereka mendengung seperti lebah.)
BAGIAN V : RANGKA ITU DI PUING-PUING
(Rangka Anak Manusia kembali bergerak, karena betapa pun sedunia orang memakannya, Ia tak pernah akan habis. Waktu dengan perkasa memanah rangka dari roti itu hingga terhuyung)
ANAK MANUSIA:
Eli-Eli lama Sabakhtani.
(Berkali-kali Ia katakan itu dalam sunyi.
Orang-orang dan patung-patung tiba-tiba kembali dengan buas memakannya, mencabik-cabiknya. Lalu pergi, lau pergi tapi Ia tak pernah habis.)
ANAK MANUSIA:
Jika kamu semua masih ingin (7 kali)
Makanlah Aku!
(Lelaki Misterius tiba-tiba muncul)
LELAKI MISTERIUS:
Salam sejahtera bagi kamu.
ANAK MANUSIA:
Yudas … Yudas…
Genapkanlah … Genapkanlah…
LELAKI MISTERIUS:
Kau sangat berbahaya!
(Setelah berkata ia menembaki sang rangka. Lalu dipanggulnya mayat Sang Rangka entah kemana)
BAGIAN VI : INILAH PUISI ITU
(Suara guntur dan angin menggelegar. Kilat menyambar dari beberapa penjuru langit menjadi buram dan samar. Perempuan Zaitun masih di panggung ketika muncul lelaki memikul balok salib dalam keadaan terluka dan sekarat. Ia terpanah melihat keadaan lelaki yang kemudian dikenalnya sebagai Sang Anak Manusia. Ia mengendap mengikuti lelaki itu. Lelaki itu terus berjalan ke arah tempat yang tinggi dan tersalib di sana.)
ANAK MANUSIA:
(Di atas salib, parau dan pedih)
Ya Bapa kedalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku!
(Perempuan Zaitun tertunduk di bawah kaki salib dengan nyanyian kepedihannya.)
TAMAT
Discussion about this post