Manado, Barta1.com – Sebagian orang pasti merencanakan masa depannya yang penuh gilang-gemilang. Begitupun dengan Victor Edwin Ohoiwutun, lelaki kelahiran Ternate, 06 Desember 1992 ini, merencanakan keinginannya untuk menjadi seorang insinyur teknik informatika, karena dirinya tertarik dengan teknologi.
Apa yang direncanakan setiap orang pasti ada yang tercapai atau pun sebaliknya. Seperti Victor Edwin Ohoiwutun yang tidak terpikirkan sebelumnya, bahwa dirinya akan menjadi Kepala Perpustakaan di Universitas De La Salle Manado.
Anak ke dua dari lima bersaudara, dari pasangan Pius Ohoiwutun dan Martince Lahengko ini, tetap mensyukuri pekerjaan yang ia tekuni saat ini, walaupun jauh dari apa yang ia rencanakan. “Saya menjadi kepala perpustakaan di usia yang begitu muda, yakni 21 tahun. Mendapat posisi untuk memimpin rekan-rekan kerja yang lebih tua dari saya, merupakan tantangan tersendiri,” ungkap Ohoiwutun.
“Setelah lulus dari Fakultas Fispol Unsrat di tahun 2014. Di saat itu juga, saya dipercayakan menjadi Kepala Perpustakaan Universitas De La Salle Manado. Bermodalkan keyakinan dan terus belajar, menjadi kunci untuk bisa melewati posisi yang dipegang ini. Dan puji Tuhan, saya dipercayakan untuk periode ke dua memegang jabatan kepala perpustakaan De La Salle Manado hingga saat ini, yang membuktikan bahwa saya mampu dan bisa melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang dipercayakan,” tuturnya.
Apa yang ia nikmati saat ini, tidak lepas dari berbagai pengorbanan hidupnya. Apalagi menjadi seorang perantau di Ibukota Sulawesi Utara, ketika dirinya terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Sam Ratulangi Manado pada tahun 2010.
“Saat menjadi mahasiswa, secara pribadi saya antusias karena berada di lingkungan yang baru, kemudian menemukan teman yang baru. Akan tetapi, ada Kesulitan yang dihadapi pada saat itu, yaitu menyesuaikan budaya dan bahasa. Guna menyesuaikannya, banyak teman-teman yang mendukung sehingga dapat beradaptasi dengan cepat,” ceritanya.
“Apa yang saat ini saya rasakan tidak lepas dari perjuangan saat menjadi mahasiswa. Hidup di perantauan tentunya banyak tantangan, seperti halnya biaya hidup di masa perkuliahan. Tinggal ngekost dan makan harus beli dari luar. Apalagi kiriman orang tua juga terbatas, jadi mau tak mau harus berpikir untuk mendapatkan penghasilan tambahan, salah satunya dengan mengambil kerja part time, di mana pagi sampai sorenya kuliah, setelah itu sambung dengan bekerja. Itulah yang dilakukan dari awal saya masuk perkuliahan,” jelas Ketua Komunitas Dinding Manado Periode 2021-2023.
Menurut Ohoiwutun, perjuangan yang tidak terlupakan itu didasarkan oleh keadaan. Namun keadaan tersebut, yang membantuk karakter diri dari proses perjuangan hidup.
“Selain mendapatkan pemasukan tambahan dari hasil pekerjaan part time. Saya juga mulai terbuka dengan berbagai pihak, dalam hal ini melibatkan diri dengan berbagai komunitas di Kota Manado, yang mendorong saya mendapatkan banyak relasi hingga softskill. Awalnya, tidak mudah. Butuh sedikit perjuangan, kerja keras, dan yang terpenting terus mencoba, sekalipun beberapa kali gagal,” imbuhnya sembari menyebut kerja part time itu merupakan bentuk dari kemandirian, yang di mana belajar bertanggungjawab akan diri sendiri.
Ia menambahkan, dari perjuangannya duduk di bangku perkuliahan hingga saat ini memegang jabatan seperti saat ini, semua karena berkat Tuhan, dan membalas itu dirinya ingin menjadi berkat bagi orang lain.
Peliput: Meikel Pontolondo
Discussion about this post