Talaud, Barta1.com – Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIK) Rajawali terancam ditutup apabilah konflik dualisme kepemimpinan tidak menemukan titik terang, Sabtu (20/05/2023).
Polemik yang terjadi di Kampus STIK Rajawali ini direspon oleh Maurits Apena, aktivis yang gencar mengkampanyekan peningkatan SDM masyarakat Talaud lewat dunia pendidikan.
Ia sangat menyayangkan nasib para mahasiswa yang terancam hengkang dari perkuliahan karena buntut kisruh dualisme kepemimpinan STIK Rajawali yang hingga saat ini tak kunjung selesai. Pasalnya, hal ini bisa mengakibatkan dibekukan dan ditutupnya Kampus.
Dalam upaya menyelesaikan persoalan ini, kata Apena, kedua belah pihak yang berkonflik sudah beberapa kali bertatap muka namun hingga saat ini masih mengalami kebuntuan.
“Sudah pernah hearing di DPRD dan Kementerian terkait. Tetapi hingga saat ini belum menemukann jalan keluar. Bahkan beberapa waktu lalu, persoalan ini berbuntut pada laporan ke Kepolisian dan berproses hingga ke meja hijau,” ujar Apena.
Ia berharap, kedua belah pihak segera islah untuk menghindari sanksi berat oleh kemeterian terhadap Kampus yang ada di Beo, Kabupaten Kepulauan Talaud ini.
“Ya, kan disini konflik ada dua kepemimpinan, tentu pembelajaran gak berjalan. Tri Dharma gak berjalan, nah dalam kondisi ini perlu adanya islah agar supaya kampus tidak ditutup karena dualisme kepemimpinan,” ungkapnya.
Ia menerangkan, pemberian sanksi pembekuan hingga penutupan kampus akibat kisruh ini sudah pernah disampaikan oleh salah satu perwakilan Kementerian pada pertemuan yang dilaksanakan di Aula DPRD beberapa waktu lalu.
“Ini merupakan solusi, jika bisa diterima semua pihak. Kalau itu tidak bisa diterima, maka Kementerian bisa saja akan memberikan sanksi berat yaitu pembekuan hingga penutupan Kampus,” terangnya.
Dari informasi yang berhasil dihimpun, dalam waktu dekat akan ada kunjungan dari pihak Kementerian terkait ke Kabupaten Kepulauan Talaud untuk menindaklanjuti persoalan ini.
Peliput : Evan Taarae
Discussion about this post