Manado, Barta1.com – Masa pandemi di Indonesia, termasuk Sulawesi Utara masih terus berlangsung. Masyarakat pun memanfaatkan belanja untuk kebutuhan sehari-hari secara online. Sehingga transaksi digital tumbuh secara signifikan di era new normal.
Hal itu terungkap dalam webinar yang diselenggarakan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Sulawesi Utara jelang gelaran Indonesia Digital Conference (IDC) pada November 2021 mendatang. Tiga narasumber berkompeten dihadirkan yakni Nanda Perdana (Asisten Manajer KPW Bank Indonesia Provinsi Sulut), Rivo Rolin (Senior Regional Head OVO) dan Daniel Tampi Founder Kawanua Creative), dipandu Ady Putong (AMSI Sulut/Redaktur Pelaksana Barta1.com), Sabtu (9/10/2021).
Asisten Manajer KPW Bank Indonesia Wilayah Sulut, Nanda Perdana, pada penjelasan awal menyebutkan bagaimana pembayaran digital di era new normal. “Kenapa kita perlu membahas itu? Karena kondisi digitalisasi di era new normal kian pesat, kemudian arah kebijakan dan strategi Bank Indonesia, dan terakhir Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yakni standarisasi pembayaran menggunakan metode QR Code dari Bank Indonesia agar proses transaksi lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya,” ujar Nanda.
Dia menyampaikan kondisi pandemi telah berlangsung sejak Februari 2020, Indonesia terus berjuang bagaimana mengatasi pandemi. Untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional serta akselerasi digital kita kenal perdagangan online, atau melalui akses e-commerce dan pembayaran secara digital.
“Data menyebutkan volume transaksi penjualan sejak 2020 (data Juli 2021) meningkat 208% atau cukup signifikan. Dengan rata-rata transaksi pembeli 120%, dan penjual 150%,” ujarnya.
Ini menunjukkan bahwa meningkatnya perilaku pembeli (costumer) sebelum pandemi dan era new normal yang sangat perbedaan. Setelah covid akibat kondisi pembatasan atau PPKM dan seterusnya, maka belanja dan transaksi dilakukan dari rumah dengan menggunakan pembayaran digital. Maka transaksi digital sangat meningkat tajam.
“Indonesia memiliki potensi yang besar melakukan perdagangan secara online. Misalnya transaksi bansos non tunai (PKH). Ada juga untuk transportasi, seperti parkir, masuk tol dan lain-lain. Juga memanfaatkan platform pembayaran non tunai seperti OVO,” kata Nanda.
Lalu seperti apa arah strategi Bank Indonesia? “Bank Indonesia sangat mendukung upaya transaksi ekonomi untuk tetap maju. Memastikan semua berjalan lancar, baik non tunai maupun tunai. Memfasilitasi pembayaran UMKM. Serta pentingnya namanya percepatan pembayaran digital,” imbuhnya.
Hal menarik lainnya dimana pengunaan kanal pembayaran QRIS terus meningkat hingga 2021 di Sulut. Manado dan Minahasa terbesar penggunaan QRIS. “Sulut sendiri tertinggi kedua setelah Sulsel. Potensi terus meningkat sangatlah besar di era pandemi,” tutur Nanda.
Senada disampaikan, Rivo Rolin, sehari-hari adalah Senior Regional Head OVO. Ia menuturkan terjadi peningkatan signifikan dalam transaksi digital di era pandemi ini.
“OVO merupakan platform atau aplikasi pembayaran dan layanan keuangan digital saat ini ekosistimnya berjumlah sudah lebih dari 1 juta merchant QRIS yang tersebar di 400 kabupaten/kota di Indonesia. Yang masuk ekosistim offline dan online merchant, terhubung dengan jasa keuangan,” katanya.
Rivo menjelaskan kelebihan OVO yang sudah masuk di semua lini digital seperti asuransi, transportasi, makanan, dan lain-lain. “OVO memberikan solusi kemudahan pembayaran keuangan. Pelaku UMKM bisa menikmati fasilitas OVO. Manfaat transaksi digital bagi pengguna dengan metode lebih luas. Pengguna juga memperoleh opsi yang lebih luas membayar dengan cepat dan aman,” ujarnya.
OVO mendongrak transaksi dan pertumbuhan UMKM dengan modal usaha bagi pedagang. “Data menyebutkan bahwa 70% transaksi meningkat pendapatannya. Yang dulunya belum bergabung dengan OVO langsung naik ketika bergabung. UMKM mengalami peningkatan baik penjualan dan omzet,” bebernya.
Ia menambahkan OVO akan terus mengembangkan digitalisasi di Manado dan secara umum Sulawesi Utara. “Ini tugas kami ke depan,” kata Rivo.
Daniel Tampi (Founder Kawanua Creative), yang menjadi pembicara terakhir mengatakan pandemi yang terjadi sejak 2020 silam memberikan dampak buruk bagi pengusaha termasuk pelaku UMKM.
“Tapi pandemi akhirnya mempercepat kita bertransaksi secara digital. Karena memang tuntutan untuk berstransaksi digital dengan tiga prinsip: mudah, cepat dan aman. UMKM masuk transformasi digital sudah sangat penting karena akan memberikan keuntungan. Namun jaringan internet juga menjadi kendala bagi pelaku UMKM. Lalu kemampuan meningkatkan cara kerja di dunia digital, karena dunia kerja digital sangat luas,” ujarnya.
Tiga poin penting strategi bagi pelaku UMKM. “Pertama tentu bergabung ke dalam market. Inovasi produk yang dijual secara digital. Lalu proses pembayaran digital. Sehingga literasi digital jadi kunci untuk transformasi digital,” papar Daniel.
Edukasi dari pemerintah terhadap UMKM sudah jalan tapi hanya pada sosialisasi formal. “Yang dibutuhkan sesungguhnya adalah sosiaslisai informal atau langsung berkunjung ke tempat UMKM. Percuma ada gerakan besar tapi tidak tersentuh kepada para pelaku usaha,” katanya.
Peliput : Kimberly Mongkau
Discussion about this post