Jakarta, Barta1.com — Dalam rangka peringatan HUT ke-7 yang jatuh pada 11 Maret 2021 lalu, Suara.com pada Jumat (19/3/2021) menggelar sejumlah kegiatan penting. Salah satunya adalah webinar bertema “Adaptasi dan Teknologi, Kiat UMKM Lokal Terus Berkembang di Tengah Pandemi” yang disiarkan secara langsung. Lainnya adalah peluncuran produk baru, salah satunya yaitu laman Beritahits.id.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki tampil sebagai keynote speaker dalam webinar kali ini, yang sekaligus menandai diluncurkannya program Suara UMKM. Sementara, tampil sebagai pembicara dalam webinar ini antara lain dua pengusaha, yaitu Perry Tristianto (Bandung) yang dikenal antara lain mengelola bisnis fashion, kuliner dan wisata grup Farm House, serta Licke Mayasari (Surabaya) dengan bisnis wedding gifts Peapepo yang turut dibidaninya. Juga turut berbicara konsultan marketing terkenal Yuswohady, serta Eri Palgunadi selaku VP of Marketing JNE.
Selain webinar yang sekaligus menandai launching program Suara UMKM, Suara.com pada hari ini juga resmi meluncurkan laman BeritaHits.id yang belakangan mulai ramai menghiasi linimasa pemberitaan khususnya terkait topik-topik yang viral dan jadi perbincangan. Kemudian ada pula peluncuran sistem points & rewards untuk membership melalui gateway Arkadia.me yang ramai digunakan para penulis YourSay, serta desain tampilan baru nan segar untuk website Suara.com.
Rangkaian acara HUT Suara.com hari ini juga sudah diramaikan sehari sebelumnya lewat program live virtual tour “Let’s Go Cabs” dari lokasi wisata di tiga kota yaitu Yogyakarta, Makassar dan Bandung. Lainnya adalah workshop penulisan YourSay yang juga disiarkan secara langsung di website dan kanal Youtube Suaradotcom. Masih serangkaian, pada 9 Maret lalu pun baru saja tuntas digelar grand final Bintang Suara dengan biduan berbakat baru yang siap menjalani karier di industri musik Indonesia.
Dalam sesi acara syukuran internal perayaan HUT ke-7 di kantor Suara.com hari ini, para direksi dan manajemen mengungkapkan kebahagiaan atas bertambahnya usia media online ini dengan capaian-capaian yang terus diraihnya. Terutama juga dalam setahun terakhir, yang meski terasa berat karena dalam situasi pandemi, namun tetap bisa dijalani segenap karyawan dengan produktif baik dari sisi publikasi konten, peluncuran dan pelaksanaan beragam program, hingga prestasi.
“Tahun yang berat, dan mungkin masih akan berat mengingat kondisi perekonomian dan dunia usaha yang masih berusaha bangkit, namun sejauh ini bisa kita lalui dengan upaya maksimal. Tentu dengan memasuki usia 7 tahun ini, tekad kita untuk terus berusaha meraih hasil terbaik akan kita perkuat lagi,” ungkap CEO PT Arkadia Digital Media Tbk, Wiliam Martaputra.
Pemimpin Redaksi Suara.com yang juga menjabat Direktur PT Arkadia Digital Media Tbk, Suwarjono, pun mengungkapkan hal senada. Suwarjono menekankan bahwa lewat kerja keras dan berbagai langkah inovasi, salah satunya melalui jaringan kerja sama dengan puluhan media di berbagai daerah di Indonesia, media online ini akan mampu bertahan bahkan meraih posisi tersendiri sebagai media independen dengan reputasi baik.
“Seiring pertambahan usia, Suara.com tentunya kini sudah semakin dikenal oleh publik dan mendapatkan perhatian tersendiri. Namun kita masih akan terus mengembangkan berbagai program, termasuk dalam hal kerja sama dan produksi konten, baik demi mendukung keberlangsungan kita di bisnis media maupun dalam menjalankan fungsi kita sebagai perusahaan pers independen yang menyampaikan informasi kepada publik,” ungkap Suwarjono.
Resmi diluncurkan pada 11 Maret 2014 lalu, Suara.com dalam jangka kurang dari setahun tumbuh menjadi salah satu media rujukan dengan puluhan juta pageviews bulanan dan kini mencapai hampir 10 kali lipatnya per bulan. Saat ini, Suara.com juga sudah memiliki 20 laman Suara Regional, jaringan partner puluhan media baik dari berbagai daerah di Indonesia maupun luar negeri, portal-portal vertikal Matamata.com, Bolatimes.com, Hitekno.com, Dewiku.com, Guideku.com, Mobimoto.com dan Himedik.com sebagai saudaranya, platform user generated content YourSay, platform news-commerce Serbada.com, hingga platform periklanan Iklandisini.com.
Webinar Suara.com dan Peluncuran Program Suara UMKM
Sebuah webinar penting bertajuk “Adaptasi dan Teknologi, Kiat UMKM Lokal Terus Berkembang di Tengah Pandemi” digelar oleh Suara.com, pada Jumat (19/3/2021), sebagai bagian dari peringatan HUT ke-7 yang jatuh pada 11 Maret lalu. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki pun berkesempatan tampil sebagai keynote speaker dalam webinar ini.
Webinar ini sekaligus pula menandai peluncuran program Suara UMKM. Ini adalah sebuah program yang dirancang guna membantu menciptakan UMKM yang andal, modern dan berorientasi digital, demi terciptanya ekosistem yang baik dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Dalam pidato singkatnya di acara webinar Jumat (19/3) ini, Teten Masduki antara lain mengungkapkan bahwa Kementerian yang dipimpinnya sejauh ini telah menyiapkan empat strategi untuk mentransformasikan usaha menengah, kecil maupun mikro (UMKM). Menurutnya, strategi ini bakal diterapkan setelah perekonomian nasional pulih di tengah pandemi Covid-19.
Webinar ini sendiri juga menampilkan tak kurang dari empat pembicara. Mereka antara lain adalah Perry Tristianto (Bandung) yang dikenal antara lain mengelola bisnis fashion, kuliner dan wisata grup Farm House, serta Licke Mayasari (Surabaya) dengan bisnis wedding gifts Peapepo yang turut dibidaninya. Juga turut berbicara konsultan marketing terkenal Yuswohady, serta Eri Palgunadi selaku VP of Marketing JNE.
Berikut catatan dari apa yang sempat disampaikan oleh Menteri Koperasi dan UKM, serta dari para pembicara yang tampil dalam acara webinar sekaligus peluncuran program Suara UMKM kali ini:
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, ketika tampil sebagai keynote speaker dalam webinar UMKM sekaligus peluncuran program Suara UMKM, sehubungan momen peringatan HUT ke-7 Suara.com, Jumat (19/3/2021). (foto: suara.com) oleh Manado 2Teten Masduki
Menurut Teten Masduki, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 82,82 persen usaha yang ada di Indonesia terdampak pandemi Covid-19. Untuk keluar dari kesusahan tersebut, Menko meminta pelaku UMKM melakukan perubahan agar tetap eksis saat pandemi Covid-19. UMKM harus bisa cepat beradaptasi dengan situasi baru, artinya, UMKM harus menata ulang model bisnis dengan perkembangan terkini.
“Selain memangkas beberapa biaya, inovasi juga harus dilakukan melalui produk dan layanan.”
“Pelaku UMKM juga bisa beralih ke ekosistem digital dengan memasarkan produknya di platform digital seperti e-commerce.”
“Ini banyak dilakukan oleh UMKM fashion. Mereka banyak beralih memproduksi pakaian murah, dan juga makanan-minuman yang dijual dalam bentuk kemasan.”
“Penting juga berkolaborasi, membagi beban kerja untuk efisiensi dan mendapatkan ide baru. Ini penting dilakukan UMKM.”
“Alhamdulillah pada tahun ini UMKM yang berubah ke ekosistem digital itu mencapai 12 juta atau 19 persen. Di awal tahun 2020 baru mencapai 10-12 persen. Itu suatu akselerasi yang cukup membanggakan.”
Empat Strategi Transformasi UMKM dari Kemenkop
“Pertama, mendorong UMKM yang masih belum memiliki izin, dikategorikan informal, agar bisa ke arah usaha formal.”
“Dengan UU Cipta Kerja, sekarang dimungkinkan untuk mendapatkan nomor induk usaha, izin edar. Dengan begitu, izin formal semakin mudah.”
“Kedua, UMKM didorong untuk menggunakan teknologi digital.”
“Ada tren baru menumbuhkan platform digital di daerah-daerah. Ini sangat membantu bagi UMKM, (yang) dengan kapasitas produk yang terbatas tak bisa masuk pasar tingkat nasional.”
“Ketiga, kita menginginkan UMKM merupakan bagian dari industri. UMKM bisa memberikan produk-produknya ke industri besar untuk jadi pelengkap produk industri tersebut.”
“Keempat, kita ingin modernisasi koperasi, selain masuk teknologi IT, termasuk juga mengembangkan model bisnis yang unggul. Kita bisa membangun koperasi pangan.”
“Kita optimis kalau kita bisa menangani Covid, maka pemulihan bisa dimulai.”
Perry Tristianto
Menurut Perry, sebetulnya para pelaku UMKM mampu bertahan dalam kondisi krisis apa pun termasuk pandemi Covid-19.
“UMKM itu sebetulnya mampu. Mereka bisa bikin produk tapi tak mampu dalam memasarkan.”
“Mereka tidak tahu segmen pasar yang mana, konsep yang bagaimana. Jadi menurut saya, UMKM ini tahu bikin produk, tapi tidak tahu segmen pasar.”
“(Lainnya) Selama ini yang jadi masalah adalah packaging (kemasan). UMKM kita ini harus diarahkan ke situ.”
“Tahu bulat misalnya. Itu dia jual di tempat yang elite, semisal kompleks perumahan, satu buah Rp 500. Kadang-kadang saya ingin marah, karena yang beli cuma ojek dan satpam. Tapi kalau packaging dia itu bagus, dia jual Rp 5.000 sampai Rp 20.000, itu yang punya rumah (orang kaya) yang keluar.”
“(Makanya) Saya ajak mereka, (pedagang) tahu bulat, ke rest area. Ini kan berarti ada pasar yang dituju. Orang enggak bakal masalah harga Rp 5.000 atau Rp 20.000, kalau kemasan bagus.”
“UMKM-UMKM kita ini sangat hebat menurut saya. Jadi nantinya, ke depan bisnis kecil ini yang menguasai.”
Licke Mayasari
Menurut Licke, pandemi juga berdampak keras terhadap UMKM yang dikelolanya, yaitu perusahaan online personal gift Peapepo yang berbasis di Surabaya. Apalagi karena usaha yang memanfaatkan sentuhan karikatur dan seni untuk produk-produknya itu bukanlah perusahaan yang selama ini menjadi kebutuhan pokok masyarakat di Indonesia.
“Apakah kami terdampak? Oh, ya, kami terdampak. Jangankan pandemi, bukan masa pandemi saja kita itu.. begini, bisnis kita kan bukan kebutuhan pokok. Orang bisa ke mall, beli barang impor yang harganya terjangkau banget. Kita di awal pandemi sampai jualan masker, (itu) menggores idealisme kita.”
Makanya menurut Licke, di awal pandemi Peapepo akhirnya harus menepikan sejenak idealisme. Mereka coba berinovasi mengembangkan produk seperti membuat masker kain dengan gambar karikatur.
“Yang terpenting bisnis tetap hidup dan menghasilkan. Karena ada banyak anak-anak juga bersama kami. Kita tidak menolak keadaan yang terjadi, tapi kita menerima kondisi sambil terus melakukan inovasi.”
Namun Licke menggarisbawahi bahwa membuat inovasi juga tidak segampang membalik telapak tangan. Inovasi masker kain misalnya, menurutnya Peapepo termasuk terlambat meluncurkannya. Untunglah ternyata apa yang dirasa terlambat itu keliru, karena masker kain bergambar karikatur seseorang ternyata justru kini menjadi alternatif pilihan produk bagi masyarakat.
“Sebab yang kita keluarkan karikatur seseorang. Yang beli justru orang yang sudah punya masker. Kita keluarin produk yang ada sentuhan personal touch-nya. Jadi, bisnis kita kan personal gift, kita belajar inovasi di sana.”
Licke pun menjabarkan empat hal yang dilakukan oleh Peapepo untuk bertahan di tengah pandemi seperti sekarang, yaitu being relevant dan berinovasi, belajar membaca data dan tidak melulu mengandalkan feeling bisnis seperti awalnya, shifting focus (pivot bisnis), serta terakhir keep on learning alias terus belajar.
Yuswohady
“UKM itu unit bisnis yang gampang berubah drastis dalam perubahan konsumen dan kompetisi. Di masa pandemi ada bisnis yang fall, sebagian besar fall, tapi ada bisnis yang rise. Jangan anggap masa pandemi masa yang berat. Memang berat, tapi ada (juga) yang panen luar biasa.”
“Ini saya mapping bisnis UKM yang cocok untuk pandemi dan setelah pandemi. Untuk pandemi (ada) EO virtual, masker lagi booming, bicycle shop, agro, pet store. Kenapa? Karena selama pandemi orang banyak depresi, kemudian pet (atau) binatang peliharaan itu luar biasa, (juga) jamu-jamuan, salon delivery.”
“Bisnis (yang) bakal growing setelah pandemi, (seperti) frozen food, pickup delivery, adventure tour. Vaksin, klinik (itu) juga bisnis luar biasa, (kemudian) kartun, digital agency.”
“Intinya dengan perubahan yang ada, UKM harus adaptasi. Memang paling terdampak, tapi justru dia yang bisa paling cepat bangkit.”
Eri Palgunadi
Menurut Eri, sistem logistik Tanah Air masih menjadi salah satu PR yang harus segera dibereskan pemerintah dan pihak-pihak terkait. Menurutnya, biaya logistik di Tanah Air hingga kekinian terbilang lumayan mahal.
“Jadi ada sebuah anekdot di Indonesia, kalau mau kirim itu, biaya logistik sekitar 20 sampai 30 persen dan bukan yang termurah.”
“(Tapi) Kita tidak bisa bandingkan kondisi Indonesia dengan Amerika Serikat atau Malaysia. Mungkin kalau kita kirim barang, di sana kondisi jauh lebih baik. Kita baru bisa bandingkan dengan Filipina.”
“Kalau melihat Indonesia, sebetulnya yang paling mirip adalah dengan Filipina. Di wilayah utara, pembangunan mungkin lebih maju dibandingkan wilayah selatan. Sementara di Indonesia kan mungkin wilayah barat saja, sedangkan timur masih menjadi tantangan.”
“Inilah kenapa barang-barang kreatif dari (kawasan) timur tidak mampu bersaing secara harga, karena biaya pengiriman jauh lebih mahal ketimbang barang impor.”
“Inilah (yang harus) jadi PR kita bersama, bagaimana distribusi memberikan pertumbuhan bagi UMKM.”
Tentang Program Suara UMKM
UMKM (Usaha Mikro, Kecil & Menengah) merupakan tulang punggung perekonomian nasional. Terbukti dari beberapa krisis ekonomi sebelumnya, kalangan UMKM-lah yang mampu bertahan dan menjadi pemrakarsa kebangkitan kembali perekonomian nasional negara.
Namun setahun terakhir, kondisi pandemi telah membatasi pendapatan dan pengeluaran, memberi ketakutan pada kelangsungan bisnis, termasuk UMKM. Sementara itu, wadah untuk mewujudkan UMKM yang modern dan adaptif hingga saat ini juga masih kurang.
Oleh karenanya, diperlukan program UMKM yang andal, modern dan berorientasi digital, sehingga tercipta ekosistem UMKM yang baik dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dalam rangka menciptakan itulah, maka PT Arkadia Digital Media Tbk melalui Suara.com mencoba merancang sebuah program berkelanjutan.
Pembukaan dari rangkaian program itu adalah seminar virtual (webinar) yang kali ini mengambil tema “Adaptasi dan Teknologi, Kiat UMKM Lokal Terus Berkembang di Tengah Pandemi” di mana Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menjadi keynote speaker. Selain di website dan kanal Youtube Suara.com, acara ini disiarkan secara live maupun live delay oleh 20 media lokal dalam jaringan Suara.com dari Aceh sampai Papua. (**)
Editor: Ady Putong
Discussion about this post