Karya: Iverdixon Tinungki
Untuk kalian punya saat berhening
Bawalah hatimu ke hutan cemara
Ke cabangcabang tak bersungut
Ke rahim yang tak mengenal putus asa
Yang membukakan mata mengingat dunia
Sebagaimana udara tak memilah lantun sembahyang
Ucapkan saja doamu
Sembari memandang getar daunan gugur
Betapa damai ia rebah
Sambil mendoakan pohon lain tumbuh
Di setiap sobekan tubuhnya
Pada halhal sepele semacam itu
Kadang Tuhan menitipkan jawaban siapa dirimu
Dan suatu ketika kau akan terilhami burungburung cahaya
Di tempa dunia sangat indah
Pada kebaktian pohonan
Mengupacarai bebunga mengelopak
Menghidukan wangi ke jiwa
Yang menghargai setiap benih
Tumbuh dalam makna diri
Karena barang siapa mencintai alam
Akan dicintai oleh alam
Alam mendengar setiap ucapan
Keluh dan desahan
Bahkan ia mengenali kebengisan tersembunyi
Di balik wajah tersenyum padanya
Pada sebuah pesta dusta
Yang akan dibalasnya
Dengan sebuah pesta duka
Pabila sejauh yang kau ingat
Masa kecilmu bahagia atau sedih
Alam tetap saja kekasih baik hati
Kadang ia seperti pengantin
Membukakan dadanya yang teduh
Bagi segala yang dulu indah
Namun berserah pada usia
Kadang ia mengulurkan tangan
Hingga tangisan menemukan nyanyiannya
Itu sebabnya,
Untuk kalian punya saat berhening
Bukakan semua hatimu kepadanya
Karena tak ada keluh kesah tak ditampungnya
Seperti juga cahaya
Udara tak memilah di mana engkau lelap
Terseduh
Atau tertawa gembira
Ia selalu datang seperti seorang kekasih yang setia
Selalu ada
Saat engkau membutuhkan sentuhannya
Alangkah ibu alam itu
Sosok yang bernyanyi di ujung ranjang
Pelipur lara memberi seluruh jiwanya
Sehingga tak ada seseorang berkata:
–aku kekurangan sayang
Demikian Tuhan menabur benih cemara pertama
Untuk jiwa lelah
–Datanglah padaku kamu yang letih lesu, begitu ucapnya
Seakan ucapan daunan pada suatu petang
Agar petani kembali esoknya ke ladang
Di hutan cemara
Di gema kuno ricik air
Engkau juga akan melihat betapa berartinya cahaya
Menyelinap ke tubuh embun yang mengurainya
Menjadi pantulan eneka warna
Dan kupukupu berseri
Burungburung lindap datang pergi
Menaburkan riang di bilik sepi
Cabangcabang gemulai melambai
Pucukpucuk tinggi berderai
Seakan gemuruh pemandu
Memanggil
Selalu memanggil segala makhluk menari
Menyoraki sungai berbagi air
Ke akarakar tersembunyi
Padanyalah berabadabad
Cinta dan penyair
Menggali makna paling seri
Karena apalah artinya puisi
Tanpa kekuatan mengubah diri
Membongkar kelam, perih dan duri
Hingga semua orang bisa menemukan paginya kembali
Bagi mereka yang bahkan tak punya ayah ibu
Hutan itu tak kekurangan tangan memeluknya
Tak ada dalil baginya untuk melukai
Ketika Kristus berkata: biarkan anakanak itu datang kepadaku
Karena Ia tahu anakanaklah gambaran paling lugu
Untuk hutan tak pandai berkatakata itu
Namun mendekap dengan cinta yang sungguh
Tanpa prasangka
Bahkan saat rasa sakit dihujamkan ke tubuh
Pada batangbatang cemara itu sesungguhnya
Engkau akan melihat gambaran Kristus mendaki golgota
juru selamat terdera
tertikam
oleh alpa kita dalam berbagi cinta
o…
Betapa bersalahnya kita yang membiarkan
Seorang ibu melolong dan seorang bayi menjerit
Di tengah alam tiada henti
Mempersatukan segala beda
Meniadakan wasangka
o…
Betapa bersalahnya kita mengobar perang
mendustakan hukum
mengajarkan kebencian
Lalu di tengah alam yang gulita
Langit yang terasa sempit
Kita berseru: ya Allah mengapa engkau tinggalkan aku!
Haruskah kita kehilangan Tuhan
Di tengah hidup hanya sejarak tumbuh dan gugur
Di tengah dedaun senantiasa hadir sebagai penghibur
Sejak sejarah menaru himne malaikat di pucukpucuknya
cemara telah menjadi lambang kemenangan
orangorang berseru: Gloria in excelsis Deo!
Lalu menghunuskan pedangnya
Mengokang senjatanya
Memburu para tetangga
Sesama
Seakan diluar dirinya semuanya musuh
Harus dilenyapkan dengan alasan,
daskologi itu semata miliknya
sembari berdiri dengan angkuh dan berkata:
–Grátias ágimus tibi propter magnam glóriam tuam
di atas tahta politik
di atas kursikursi kemewahan ekonomi
di atas singgasana kekuasaan
Tapi pernahkah engkau merasa beku?
Untuk kalian punya saat berhening
Pada suatu hari
Di rimbun hutan cemara
Engkau akan melihat peta
Bahwa jalan menuju Tuhan
Hanya sejauh tangan yang berbagi kebaikan
Et in terra pax homínibus bonae voluntátis
Discussion about this post