Oleh: Amato Assagaf
Apa yang bisa kita pahami dengan istilah esoterisisme adalah satu hal tapi apa yang bisa kita pahami dengan esoterisisme Barat sebagai bentuk dan arus pemikiran tersendiri adalah persoalan lain. Pencarian pengertian esoterisisme dalam arti ini membutuhkan penjelasan atas pengertiannya yang lebih bersifat konseptual.
Ada tiga pengertian konseptual tentang esoterisisme yang saya pinjam dari Antoine Faivre namun dengan penjelasan berdasarkan tafsir saya sendiri atas ketiga pengertian itu. Ketiga pengertian ini tentu sangat mudah untuk kita ketahui tapi tidak bisa menjadi lebih mudah untuk kita pahami.
Dalam ruang puitik spiritualitas esoteris, kita akan menemui keadaan mistis dari “keraguan” para murid Yesus akan kebangkitan kembali guru mereka setelah penyaliban. Itu bukan keraguan akan sesuatu yang mestinya dipercaya seperti dogma mengenai iman dan kegoyahan iman yang kita kenali saat ini tapi suatu keadaan batin yang mempertaruhkan batas pengetahuan kita akan yang-ilahiah dan segala “kenyataan” yang melingkupinya.
Ada pengertian-pengertian yang dengannya pemahaman diharapkan dapat melampaui batasan keberadaan dari apa yang harus dipelajari. Kita tidak bisa dengan mudah menjadi Petrus bagi Yesus, sebagaimana kita tidak bisa dengan begitu mudah berubah dari Saulus menjadi Paulus.
Pengertian pertama…
Yang pertama dari ketiga pengertian konseptual itu adalah esoterisisme sebagai sebuah “pandangan dunia tersendiri” sebagaimana yang telah coba kita gambarkan di atas. Dalam bentuk ini, esoterisisme memiliki ciri, cara dan tujuannya sendiri. Cirinya telah kita bicarakan dalam tulisan sebelum ini, adapun caranya didasari oleh metode pelampauan atas batas-batas pengetahuan rasional, empiris dan dogmatis kita.
Pelampauan sebagai cara ditandai oleh “gnosis” yang dipahami sebagai mode pengetahuan yang menekankan sifat “eksperiensial”, mitis, simbolis, bukan bentuk-bentuk ekspresi dari tatanan dogmatis dan diskursif. Dengan cara ini, kita diharapkan akan menemukan “jalan pengetahuan” untuk mencapai Kebenaran.
Konsepsi mengenai pelampauan, pencapaian gnosis/irfan, pembacaan narasi mitis, dan penyingkapan simbol, untuk mencapai Kebenaran adalah serangkaian metode yang “menyingkirkan” esoterisisme dari filsafat, agama dan sains. Tanpa harus melupakan latar historisnya yang tak nyaman, “penyingkiran” ini sesungguhnya memberi kejelasan akan keunikan yang membedakan esoterisisme dari ketiga ranah pengetahuan itu.
Selanjutnya, pengertian esoterisisme sebagai pandangan dunia tersendiri juga ditandai oleh tujuannya yang sudah sempat disinggung di atas, yaitu “pencarian akan sebuah “Tradisi primordial.” Tradisi yang, dalam bentang panjang sejarah umat manusia, telah menyebar dalam berbagai ajaran spiritual.
Dalam sejarah pemikiran Barat, kita mengenal ada setidaknya dua “komunitas intelektual” utama yang berbagi kepercayaan sekira sama. Yang pertama adalah kelompok Eranos dengan tokoh-tokoh pentingnya seperti Carl Gustav Jung, Henry Corbin dan Gershom Scholem. Yang kedua adalah Tradisionalisme Rene Guenon yang berlanjut menjadi Perennialisme Fritjof Schuon dan kelompoknya. Saya akan membicarakan tentang kedua kelompok ini dalam tulisan lain.
Yang penting untuk ditekankan di sini, dengan ciri dan caranya, apa yang kita kenali sebagai tujuan esoterisisme itu adalah bagian tak terpisahkan dari pengertian esoterisisme (Barat) sebagai sebuah pandangan dunia tersendiri. Ini penting untuk memberi kita gambaran besar mengenai esoterisisme Barat yang kita maksud. Tapi tidak cukup sebelum kita mengenali dua pengertiannya yang lain.
Pengertian kedua…
Yang kedua dari tiga pengertian konseptual esoterisisme Barat adalah bayangan permanen akan ajaran dan pemikiran esoteris sebagai “pengetahuan rahasia.” Dalam pengertian ini, kerahasiaan itu hanya bisa dijaga dengan ‘disciplina arcani’ atau pelatihan rahasia dalam komunitas orang-orang yang terpilih untuk itu. Semacam gambaran mengenai komunitas ‘matematikoi’ dalam pembagian komunitas Pythagorean antara para pendengar, orang-orang yang dipanggil – disebut ‘akusmatikoi’ dengan para pelajar, orang-orang yang terpilih – yakni para matematikoi itu.
Apa yang ‘rahasia’ adalah apa yang tidak bisa disampaikan di luar komunitas. Ini yang menghubungkan antara esoterisisme Barat dengan kemunculan berbagai komunitas rahasia dalam sejarah Barat. Seperti telah disinggung dalam tulisan sebelum ini, isyarat akan adanya kelompok-kelompok rahasia ini telah melahirkan beragam spekulasi yang kemudian mengarah pada pembentukan teori konspirasi.
Mudah bagi kita untuk membedakan antara realitas kelompok-kelompok rahasia dengan spekulasi teori konspirasi meskipun sulit bagi kita untuk tidak tergoda dengan spekulasi-spekulasi itu. Godaan yang muncul bukan hanya karena memang ada banyak “fakta” historis yang sulit untuk kita pahami tanpa melakukan lompatan pemahaman, tapi juga karena memang batas yang selalu kabur antara realitas dan spekulasi telah menjadi persoalan yang melekat pada esoterisisme itu sendiri, baik secara historis maupun secara diskursif.
Dan itu berangkat dari sifat rahasia yang menjadi pengertian sekaligus tanda bagi kehadirannya. Secara umum, sifat rahasia dalam kehadiran esoterisisme berkaitan dengan “bahaya” yang dibawa baik oleh muatan maupun metode pengajarannya bagi mereka yang, dalam bahasa kaum esoterisis, disebut sebagai orang awam. Pengertian yang tak lengkap (dalam arti kurang mendalam) atas satu atau lebih pengetahuan esoteris dikuatirkan akan mengancam kebenaran dan, karenanya juga, tatanan kekuasaan.
Yesus tidak dimusuhi oleh para Sanherdin karena menyerukan ajarannya kepada para akusmatikoi di antara orang banyak tapi karena mengajarkan ‘rahasia ilahiah’ kepada dua belas orang matematikoi yang menjadi muridnya. Ini adalah cerita yang sekira sama dengan latar historis yang berbeda mengenai persekusi atas para Imam Syiah dan para pengikut mereka dalam sejarah Islam. Dan pengertian seperti ini pun akan terbaca sebagai tafsir historis yang menantang kebenaran sejarah yang sudah diyakini selama ini.
Sederhananya, di dalam kepala mereka yang oleh Ghazali disebut sebagai ‘awwam’ dalam perbandingannya dengan para ‘khawwas’ dan ‘khawwas al-khawwas’, ajaran esoteris lebih mudah disalahpahami daripada dipahami. Karenanya, merahasiakan sebagian di antaranya adalah sebentuk kearifan.
Pengertian ketiga…
Adapun yang terakhir dari ketiga pengertian konseptual esoterisisme adalah “makna tersembunyi” dalam eksistensi utuh makro- dan mikrokosmos. Alam dan Manusia sebagai sumber utama pengetahuan esoteris di samping pengetahuan yang menyebar dalam berbagai ajaran serta, tentu saja, kitab-kitab suci, memiliki berlapis-lapis makna yang harus disingkap.
Akan tetapi, berbeda dari pengertian ‘rahasia’ sebelumnya, sifat ‘tersembunyi’ ini tidak berarti bahwa hal itu “harus” dijaga agar tetap tersembunyi. Artinya, bukan malah menyembunyikannya sebagai rahasia, kita justru harus menyingkap makna-makna tersembunyi itu.
Pun tidak berarti bahwa makna-makna itu memang “sengaja” disembunyikan tapi lebih bersifat inheren dalam keberadaan makrokosmos Alam dan mikrokosmos Manusia sebagai lokus Kebenaran. Lapis-lapis ketersembunyian itu merupakan berkah bagi pencapaian gnosis kita yang, lewat penyingkapan, akan menghadiahi kita dengan wawasan dan kearifan yang berguna bagi semua orang lainnya.
Alhasil, makna-makna yang tersembunyi itu membutuhkan penyingkapan lewat cara-cara tertentu yang dibutuhkan untuk itu. Lebih lanjut, baik cara menyingkap maupun hasil penyingkapan itu sama-sama memiliki manfaat dan kebajikan. Meski, tentu saja, tidak setiap manfaat dan kebajikan itu akan diapresiasi oleh lingkungan kita sebagaimana yang telah ditunjukkan dalam sejarah esoterisisme di dunia Barat sejak awal kemunculannya sebagai sebentuk pemikiran tertentu.
Demikian ketiga pengertian itu. Ada yang tentunya lebih dalam untuk ditelusuri dari masing-masing pengertian itu. Tapi kedalaman itu, sejauh bisa saya hadirkan, membutuhkan ruang bahasan lain di luar tulisan ini. Karena seperti banyak tema lain dalam tulisan lain pada seri esoterisisme Barat ini, saya berniat menuliskannya dengan cara merambahinya waktu demi waktu.
Manado, 09 Agustus 2020
Discussion about this post