Oleh: Veldy Reynold
Bila ada yang mengira dua film kami, Cinta Sehelai Batik dan Mariara tidak tuntas, mereka salah besar. Hari ini terjawab semua kehendak Sang Khalik di alam semesta ini. Seniman dan sineas, sutradara Jeffrey Luntungan berpulang kepada pemilik kehidupan.
Bahwa, tidak penting apakah dua judul film diatas bagaimana endingnya. Kapan ditayang di seluruh bioskop di Indonesia, berapa jumlah penonton, berapa jumlah keuntungan ternyata bukan bahasan penting bagi Om Jeffry. Begitu saya biasa menyapa dia. Sejak awal saya menatap dan mengakrabi sosok pria periang ini, saya sudah punya firasat baik. Film Indonesia cq. Perfilman Sulut bakal gemerincing.
Seingat saya, pertemuan awal kami terjadi di tahun 2016 namun secara intens saya terlibat diskusi dan akhirnya proyek awal kami menggarap film dokumenter Kolintang di tahun 2017. Sejak itu saya yakin bahwa Om Jeff adalah orang yang selama ini saya cari untuk berkolaborasi mengangkat potensi sinematografi di Sulawesi Utara.
Tahun berikutnya dengan modal niat dan nekat kami pun bergerak menggarap naskah film pertama yang saya tulis sendiri berjudul, Cinta Sehelai Batik. Begitu naskah final selesai, saya pun mengirimkan ke Om Jeff untuk dipelajari. Dan di luar perkiraan saya dia langsung merespons dan menanyakan jadwal.
Dalam hati saya, ini kan naskah pertama saya. Apa tidak ada koreksi atau masukan dulu? Menurut dia, ceritanya sudah oke, dan tinggal mematangkan pemain dan elaborasi naskah untuk diproduksi. Dan betul, Mathias Muchus, Lidia Kandou pun mampu mendalami ceritanya hingga seluruh rangkaian syuting dua artis besar ini tuntas.
Masalahnya adalah peralatan yang kita pakai mengalami kendala teknis sehingga syuting agak tertunda. Menunggu rampungnya film pertama, saya pun menghubungi Om Jeff. Dan dia bilang, film itu biasa. Ada film yang 7 tahun baru selesai. Tentu kita tidak ingin agar film kita seperti itu, tapi kita jangan berhenti. Sekali lagi saya tertegun.
Melihat Om Jeff yang sangat bersemangat, saya pun menyodorkan naskah saya yang kedua. Judulnya Mariara. Dia minta waktu untuk mempelajarinya. Dan benar setelah kami bertemu, dia pun langsung setuju dan kami pun memulai proses.
Oktober 2019 Film Mariara mulai syuting hingga bulan November kurang lebih 40 hari syuting. Secara umum film ini sudah boleh dibilang hampir atau bahkan sudah selesai. Materinya pun sudah dalam proses editing di post produksi. Tinggal beberapa kendala teknis yang nanti, dengan pertolongan Tuhan bisa dibereskan.
Dan bak petir menyambar di siang bolong. Berita kepergianmu, sangat mengejutkan. Kita kan masih ada projek lanjutan. Dan lagi kita kan bertekad akan mengangkat dunia perfilman di Sulawesi Utara.
Saat itu Om Jeff bilang film adalah way of live. Kita ketawa, kita nangis, kita marah, kita sedih itu karena film, demi film dan untuk film. Karena itu, kau nda mau kelihatan sedih biarpun saya tahu kau sedih. Bila pun marah, kau cepat kembali senyum, karena hidup itu adalah film. Film untuk menghibur, mendidik dan bahkan mengkritik.
Barulah saya paham hari ini. Kita semua membuat film kita masing-masing, dan Om Jeff paripurna menurunkan ilmu film kepada kami semua insan film. Kami tidak akan berhenti pada sad ending. Film kita pasti Happy ending. Sebagaimana engkau pergi sambil tersenyum. So long Om Jeff. (*)
Penulis adalah penulis naskah Cinta Sehelai Batik dan Mariara
Discussion about this post