Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia mencatat nama Robert Wolter Mongisidi sebagai pahlawan yang dikenal karena keberanian, kesetiaan dan keyakinannya. Lelaki berdarah Bantik yang tewas dieksekusi regu tembak pada 1949 itu dinilai begitu ikonik, sehingga namanya patut diabadikan sebagai nama Kodam 13 di Sulawesi Utara.
Vicks Chenoree Baule sudah berkali-kali menyutradarai pementasan drama Wolter Mongisidi di Manado. Seringnya dia mementaskan itu pada peringatan Hari Pahlawan, maupun peringatan hari kelahiran sang pahlawan, membuat Vicks harus lebih dulu melakukan riset. Terkait wacana nama Wolter Mongisidi menjadi nama Kodam 13, Vicks menyatakan dukungan.
“Dia itu pahlawan yang ikonik, keberaniannya menghadapi penjajah telah menyadarkan banyak kita untuk terus melakukan sesuatu memperjuangkan kemerdekaan yang mereka pertahankan,” ujar dia Sabtu (28/12/2019).
“Robert Wolter Mongisid sangat layak menjadi nama Kodam 13 di Sulawesi Utara, saya dukung penuh,” tambah Vicks.
Bote, begitu nama Robert Wolter Mongisidi sering disapa, adalah sosok yang menginspirasi banyak orang. Dia putra Bantik yang lahir di Sulawesi Utara. Perjuangannya di Makassar Sulawesi Selatan telah membuat dirinya dikenal sebagai pemberani yang setia pada keyakinan.
Baca juga: Mengenang Wolter Mongisidi Dalam Nama Kodam XIII/Merdeka
“Filosofi setia hingga akhir dalam keyakinan yang dikumandangkan Bote sesungguhnya menjadi inspirasi siapa saja baik dalam perjuangan hidup maupun imannya pada Ilahi,” kata Vicks.
Pada yang masih terhitung belia, Wolter Mongisidi telah angkat senjata di Makassar dan menjadi pemimpin LAPRIS. Pergerakan front ini sering meminta banyak korban dari pihak NICA yang hendak kembali menjajah Indonesia. Bagi angkatan milenial, sosok Bote dipuja karena keberaniannya.
“Saya sudah menonton filmnya dan sering membayangkan bagaimana orang semuda itu berani menerima beban yang begitu besar untuk mempertahankan kemerdekaan,” kata Gabriel Belladona, mahasiswa semester 4 di Politeknik Negeri Manado pada Barta1.
Menurut Gabriel, ketikan generasi muda masa kini larut dalam kehidupan yang penuh kemudahaan, justru di masa-masa perang dengan penjajah ada seorang pemuda seperti Bote yang mau mengorbankan dirinya di hadapan eksekutor.
“Ini membuat kita bangga ternyata ada pahlawan muda dari Sulut yang begitu berani dan sangat patut namanya diabadikan pada markas dan pusat komando TNI Angkatan Darat di Manado,” sebut Gabriel.
Pemikir dan pegiat budaya Minahasa Dr Denny Pinontoan menyatakan, jika membandingkan Sulut dengan nama Kodam di daerah lain; Kodam Pattimura, Kodam Hasanudin atau Kodam Diponegoro, tentu sudah sepatutnya dipertimbangkan nama pejuang heroik lokal untuk Kodam 13/Merdeka di Sulut. Salah satu yang bisa dipikirkan adalah Perang Tondano (1808-1809).
Tentu pula lanjut dia, ada nama-nama pemimpin komunitas perjuangan yang memiliki nilai kultural dan heroisme bisa disematkan di Kodam 13.
“Tentu salah satu dari mereka memiliki basis komunitas dan pejuang yang melawan kolonialisme Eropa,” katanya.
Untuk diketahui, sejak 2016 ada wacana mengabadikan nama Robert Wolter Mongisidi pada nama Komando Daerah Militer XIII/Merdeka (Kodam XIII/Merdeka) pasca-pengaktifan kembali Komando Kewilayahan Pertahanan yang meliputi Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah itu.
Dalam sejarahnya, Kodam XIII/Merdeka pernah berdiri pada tahun 1957 dan dinonaktifkan pada tanggal 12 Februari 1985 melalui SK No: Skep/131/11/1985 tentang likuidasi kodam dan Kodam XIV Hasanuddin menjadi Kodam VII/Wirabuana. Kemudian diaktifkan kembali berdasarkan Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Keputusan 33 Tahun 2016.
Mewakili Keluarga Besar Mongisidi, Ronny Mongisid —keponakan Bote— mengaku ada kebanggaan dengan wacana tersebut. Menyangkut nama, keluarga meminta agar nama Mongisidi tidak menghilangkan kata Merdeka yang sudah ada lebih dulu.
“Bisa ditambahkan menjadi Kodam tigabelas Merdeka Robert Wolter Mongisidi,” usul dia.
Wacana ini juga sudah pernah dibicarakan dengan Panglima Kodam XIII/Merdeka tahun 2018 lalu. Responnya sangat baik, kata Ronny. Bahkan rencana juga didukung oleh beberapa tokoh TNI asal Sulut, seperti EE Mangindaan dan Johny Lumintang.
“Yang pasti keluarga bangga dengan rencana nama tersebut, apalagi kami merasakan Robert Wolter Mongisidi itu bukan hanya milik warga Sulut, tapi juga Sulawesi Selatan,” tambah Ronny.
Sejauh ini di Manado, Sulawesi Utara, setidaknya ada 3 patung Robert Wolter Mongisidi. Juga sudah diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Angkatan Darat di Teling serta nama ruas jalan. (*)
Editor/Penulis: Iverdixon Tinungki, Ady Putong
Discussion about this post