Manado, Barta1.com – Masalah petani kelapa dan lingkungan di Sulawesi Utara tak pernah selesai. Kampus Politeknik Negeri Manado melakukan terobosan mengatasi permalasahan tersebut. Diantaranya, menyiapkan mesin-mesin pengolahan minyak kelapa hingga sampah plastik dijadikan paving, meja dan bahan bakar.
“Saat ini, kami hanya fokus pada kedua pengolahan terkait minyak kelapa dan sampah plastik,” ujar Priyono, dosen Teknik Mesin Politeknik Negeri Manado, Rabu (13/11/2019).
Kenapa fokus pada keduanya? Dikarenakan, pertama masyarakat mengeluh harga kopra sangat anjlok. Kedua, permasalahan sampah plastik yang tidak ada henti-hentinya dibahas di Kota Manado.
Lanjut Priyono, terkait mesin yang disediakan guna meringankan beban para petani mengolah kelapanya sendiri dan bisa diproduksi. Dimana mesin yang ada di Kampus Polimdo berfungsi dari tahapan pengupasan tempurung, pemarut, press dan masuk dalam tahapan pemanasan minyak.
“Dan minyaknya sering digunakan di rumah kami dan sudah dibagi-bagi ke masyarakat sekitar,” ujar dia sembari mengajak masyarakat untuk belajar bersama dalam mengelolah minyak.
“Sayangnya di daerah ini banyak kelapa tapi di ekspor keluar dan kita dimanjakan dengan kelapa sawit. Jika kita berinovasi dan memikirkan jalan keluar bersama bagaimana kita memanfaatkan kelapa kita sendiri tanpa harus mengekspornya, dari saya mari kita kelolah dan produksi bersama,” ajak Priyono kepada masyarakat.
Untuk proses pengolahan menggunakan mesin yang ada membutuhkan waktu 4 hingga 5 jam. Setiap produksinya 60 kelapa perhari dan hasilnya 10 kelapa bisa menampung minyak sebanyak 1 liter.
Kegunaan kelapa dari atas hingga bawah sangat bermanfaat dan menguntungkan bagi kehidupan masyarakat. Di Kampus Polimdo sekarang seraput kelapa dijadikan tempat duduk, tempurungnya diolah untuk menjadi cairan pengusir hama dan pengawetan ikan. “Kami harapkan masyarakat petani bisa memanfaatkan kekayaan kita ini,” kata dia.
Lalu masalah sampah plastic. Saat ini Polimdo telah membuat mesin pengelolahan sampah yang bisa diolah menjadi bahan bakar (bensin) berupa plastik baju, gelas air mineral, bungkusan mie dan banyak lagi.
Selain minyak, botol plastik bisa dikreasikan untuk dibuat meja dan paving. “Sebenarnya permasalahan sampah bisa diselesaikan jika pemerintah genjar mengajak masyarakat melakukan pelatihan terkait pengelolahan sampahnya sendiri tanpa harus di buang. Sampah rumah tangga bisa dijadikan kompos untuk tanaman-tanaman yang ada,” kata Priyono.
Saat ini, Kampus Polimdo giat mensosialisasi dan mengajak masyarakat belajar mengelolah minyak kelapa dan sampah plastik. “Kemarin daerah Paniki kami turun langsung untuk pertama kalinya dan diharapkan tahun 2020 semua masyarakat bisa datangi,” pungkasnya.
Peliput: Meikel Pontolondo
Discussion about this post