Manado, Barta1.com — Lakon “Dionysus”, sebuah tragedi Yunani, bakal jadi pembuka gelaran Singapore International Festival of Arts (SIFA) pada 17-18 Mei 2019 mendatang, di Victoria Theatre Singapura. Menariknya, seorang aktor dari Sulawesi Utara (Sulut) yang bernaung di bawah Sanggar Kreatif Manado, Seftino Alexandro Sambalao ikut jadi pemeran dalam pentas internasional tersebut.
Sejauh ini, lakon tentang tragedi seputar dewa arak dan pesta itu sebelumnya telah mentas di dua negara, Jepang dan Indonesia pada 2018 lalu, dalam program kolaborasi teater Indonesia-Jepang yang disutradarai maestro teater Tadashi Suzuki dari Jepang.
Aktor asal Sulut yang akrab disapa Sandro ini saat diwawancarai Barta1 pada Jumat, (12/4) di Manado mengatakan, untuk persiapan menuju pentas teater tersebut, dia telah mengikuti serangkaian pelatihan Baik di Toga, Jepang, Jakarta, Bogor, dan Bali.
Sandro sendiri adalah salah satu aktor Sanggar Kreatif Manado yang pernah meraih penghargaan Aktor Terbaik dalam Festival Teater Remaja Indonesia tahun 2016, seiring dengan terpilihnya Sanggar Kreatif Manado sebagai grup terbaik festival teater tingkat nasional yang berlangsung di Taman Ismail Marzuki itu.
Dikatakan Sandro, beruntung ia bisa masuk dalam deretan actor untuk pentas Dionysus, karena selain bisa sampai di Toga, desa eksotik, terletak di Toyama Prefektur, Jepang, dia juga bisa berlatih di Suzuki Company of Toga, salah satu pusat perkembangan teater kontemporer dunia.
“Menimba ilmu teater dari sang Maestro Tadasi Suzuki, di Suzuki Company Of Toga, suatu kesempatan belajar yang langka, dan tak pernah terpikirkan sebelumnya,” aku Sandro.
Sebagai aktor yang masih sangat minim pengetahuan teater, tentu kesempatan mengikuti pelatihan Kolaborasi Teater Kontemporer Indonesia- Jepang ini menjadi “guru” yang amat berharga baginya.
Drama “Dionysus”, kata Sandro merupakan karya adaptasi Tadashi Suzuki dari “The Bacchae” karya pengarang Yunani Euripides (c. 480 – c. 406 BC) .
Meski baru punya waktu sedikit belajar di Suzuki Company Of Toga, tapi Sandro mengaku mendapatkan banyak ilmu baru dan penting menuju pengembangan diri sebagai aktor, terutama metode kedisiplinan seorang aktor yang diterapkan sang Maestro Suzuki sendiri.
“Tak mudah bagi anak-anak daerah pinggiran seperti saya bisa terundang dalam ajang internasional seperti ini. Maka, sepatutnya saya berterima kasih kepada Mas Bambang Prihadi selaku mentor saya di Indonesia, dan Ibu Restu Kusumaningrum selaku produser Bumi Purnati Indonesia yang telah memasukkan dan mempercayakan saya ikut dalam program pelatihan dan pementasan yang berharga ini,” ujarnya. (*)
Editor: Iverdixon Tinungki
Discussion about this post