Manado, Barta1.com — Perempuan berhijab itu melonjak-lonjak kegirangan sembari memegang ponsel androidnya. Dia melambai-lambaikan jaket oranye, warna khas salah satu partai politik pendukung pasangan calon nomor urut 1, Joko Widodo-Ma’aruf Amin, tepat di depan pintu masuk kompleks Jalan Roda (Jarod), Pasar 45, Manado.
“Mama…mama lihat ini,” kata perempuan itu pada ibunya sambil menunjukkan hasil swafoto dengan orang nomor 1 Indonesia, Presiden Joko Widodo sendiri. Selfie dengan Jokowi sukses dia lakukan setelah ‘berjuang’ menghadapi tumpukan ratusan warga yang juga rindu melakukan hal sama.
Presiden Jokowi yang melakukan kunjungan kerja di Manado, Minggu (31/03/2019), sejak mendarat di Bandara Internasional Sam Ratulangi, mampir pada kegiatan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) di Hotel Sutan Raja Minahasa Utara, hingga di Jarod, selalu ditunggu dan disambut antusias masyarakat.
Dan Jokowi memang berbeda. Dia tak lelah tanpa henti melayani permintaan masyarakat untuk berswafoto. Bagi warga sendiri, foto dengan presiden tentu adalah sejarah dalam kehidupan mereka. Kondisi seperti itu sulit bahkan tidak mungkin bisa terjadi selama masa kepemimpinan presiden-presiden sebelumnya. Warga cuma bisa memandang pemimpin negara dari jauh, terhalang protokoler ketat dan tentu saja petugas pengamanan.
Di jalan raya, misalnya, Jokowi bahkan mengaku sampai turun 9 kali dari mobilnya karena masyarakat nekad mencegat iring-iringan RI-1 di tengah jalan.
“Mau selfie, ya saya ikutin,” katanya ringan.
Kegembiraan bisa berswafoto dengan presiden juga ikut dirasakan Ekayanti Mansoara (28). Dia mengungkapnya ketika bersua dengan orang nomor satu RI itu di Jalan Roda House of Cofee Manado, sekitar pukul 22.00 Wita.
Ekayanti mengatakan kedatangan orang nomor satu di Republik Indonesia ini menunjukkan bagaimana Jokowi menempatkan dirinya sebagai seseorang yang mengemban tanggung jawab besar di dalam tugas-tugasnya.
“Rakyat membutuhkan perhatian dan juga cinta dari pemimpinnya dan seorang pemimpin harus memenuhi hal tersebut dengan baik, sebab hanya dengan begitu rakyat merasa dicintai dan akan belajar mencintai semua yang ada di sekitarnya,” kata perempuan ini. (*)
Peliput: Albert Piterhein Nalang
Discussion about this post