Manado, Barta1.com — Kapal Pinisi Pusaka Nusantara berlabuh di Pelabuhan Manado sejak Minggu 20 Januari 2018. Banyak hal menarik terjadi di atas kapal tradisional Bugis Makassar ini, yang akan menjelajahi 74 titik di Indonesia. Antara lain bagaimana awaknya mengedukasi masyarakat tentang konservasi laut.
Sapril Akhmad selaku Direktur Yayasan Makassar Skalia, inisiator jelajah Pinisi, menyatakan pembuatan kapal berlangsung 10 bulan, antara 2014-2015. Tujuan pembangunan kapal tersebut mengelilingi Nusantara lewat program Pinisi Bakti Nusa (PBN).
“Membawa misi edukatif, di mana singgah kami membagikan pengetahuan untuk menyelamatkan pesisir serta menjaga biota laut,” kata Sapril pada Barta1 Selasa (22/01/2018).
Program PBN dilaksanakan Yayasan Makassar Skalia bersama Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (Iskindo) sejak tahun lalu. Niat mereka menyinggahi 74 titik di Indonesia ditargetkan tahun ini. Manado adalah kota ke-13 yang disinggahi.
“Di semua lokasi kami membagikan pesan untuk tidak membuang sampah di laut, bagaimana merawat terumbu karang dan tentu saja ilmu pelayaran,” ujar Sapril.
Misi tersebut seharusnya sudah dimulai sejak peringatan kemerdekaan 17 Agustus 2018 lalu. Namun Kapal Pinisi membatalkan trip dan memilih singgah ke Palu yang baru saja diterjang tsunami. Saat itu awak kapal menjalankan misi kemanusiaan sebagai relawan.
Desember 2018 PBN membuka ruang belajar bagi mahasiswa yang tertarik bergabung sebagai kru kapal.
“Mereka dilatih mengenai wawasan pengetahuan konservasi, pengetahuan berlayar dengan baik, pengetahuan menjaga dan melestarikan biota laut, diving dan mengajarkan bagaimana mengelolah sampah,” tutur Sapril.
Tujuh belas anak muda bergabung di misi tersebut. Sebagai awak kapal, mereka ikut mengumpulkan informasi mengenai potensi laut dan masalahnya yang ada di seluruh wilayah Indonesia.
“Hasilnya akan kami sampaikan dalam bentuk dokumen kepada Presiden di Jakarta, titik finish misi kami yang direncanakan tepat peringatan 17 Agustus 2019,” jelas Sapril.
Tommy Angriawan, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta yang menjadi trainer PBN menyatakan banyak hal positif dia dapat lewat program tersebut.
“Saya sudah ikut trip sejak awal dari Makassar dan 34 hari akhirnya tiba di Manado, saya jadi semakin paham bagaimana merawat alam khususnya lautan,” ujar dia.
Pengabdian Masyarakat
Muhibah bersejarah pinisi lintas benua hingga ke Vancouver, Kanada dan Amerika Serikat di tahun 80-an adalah salah satu bukti kedigdayaan kapal kayu tersebut.
Sebagai bagian dari upaya melanggengkan keunggulan tersebut, Iskindo bersama Yayasan Makassar Skalia (YMS) menyiapkan ‘Pinisi Bakti Nusa (PBN)’, nama perahu pinisi sekaligus program pengabdian pada masyarakat dan lingkungan di pesisir dan pulau-pulau Nusantara.
PBN dibangun di Makassar dan dimodifikasi di tanah leluhurnya Bira pada tahun 2015. Adalah seorang putra Bulukumba, Sulawesi Selatan bernama Haji Ariawan sebagai kreatornya. Awalnya diberi nama Pinisi Pusaka sebelum berganti menjadi Pinisi Bakti Nusa.
PBN adalah juga event mulia, tentang pentingnya menghubungkan kekuatan pulau-pulau Nusantara melalui ekspedisi. Tak hanya di Sulawesi, ekspedisi direncanakan akan mengarungi laut Nusantara, dari Timur ke Barat dan berlabuh di 74 titik strategis.
“Selain itu, targetnya lainnya adalah 10 taman nasional laut, 10 kawasan konservasi laut, lima sentra kelautan dan perikanan, 10 pulau terluar, lima destinasi wisata unggulan dan sejumlah spot penyelaman,” kata Muh. Abdi Suhufan, ketua Harian ISKINDO yang juga koordinator misi ini.
“Di tempat-tempat itu akan dilaksanakan riset terkait potensi dan isu kelautan,” katanya kepada NMN.
Menurutnya, ekspedisi Bakti Nusa disiapkan untuk berlangsung selama setahun dimana salah satu tujuannya adalah meningkatkan kepedulian masyarakat terkait potensi sumberdaya kelautan Indonesia.
Untuk memastikan kesiapan pinisi saat ini sedang dilaksanakan ujicoba pelayaran dari Makassar ke Kota Pelabuhan Pare-Pare di utara, di bagian selatan Selat Makassar dan akan menyinggahi beberapa titik.
“Sea Sailing Trial atau pelayaran uji coba ekspedisi Pinisi Bakti Nusa bertujuan mendapatkan gambaran kelayakan, situasi lapangan dan kesiapan personil ekspedisi. Memastikan semua unsur, pelaku, kru, volunteer memahami prosedur pelayaran dan tujuan pelayaran,” kata Sapril Akhmady dari YMS.
“Ada tiga simulasi. Simulasi pelayaran atau situasi di atas perahu pinisi, simulasi kegiatan di pulau kecil dengan berlabuh serta tanpa berlabuh serta kegiatan aktivitas program atau titik event,” lanjut Sapril.
Kegiatannya, menurut Sapril meliputi riset, diskusi, dokumentasi, kelas Inspirasi, pemutaran film, pemberian bantuan, Panggung Maritim, pertukaran tim, simuasi kondisi, simulasi pelayaran dari Kota Makassar – Parepare – Makassar. Simulasi dengan mesin penggerak, dengan menggunakan layar serta simulasi navigasi sesuai perhitungan waktu dan hari.
Akan ada simulai kondisi seperti kebakaran di atas kapal tenggelam dan harus meninggalkan kapal (Abandon Ship), korban jatuh, evakuasi Sakit/P3K, jalur pelayaran, trip ke Barrang Caddi, Pulau Bontosua, Pulau Pa’nikiang di Kabupaten Barru dan Pelabuhan Pare-Pare. (*/maritimnews.id)
Penulis: Meikel Eki Pontolondo
Discussion about this post