Kematian adalah Juga Puisi
Oleh: Katamsi Ginano
Duka itu datang dalam tiga nada tweet di telepon saya. Sahabat yang selalu menyenangkan setiap kali bersua, Frangky Kalumata, telah berpulang kehadirat-Nya, pagi, Kamis, 26 Juli 2018.
Saya, yang sejak bertahun-tahun selepas masa penuh ‘’gairah berkesenian’’ di Manado di era akhir 80-an hingga akhir 90-an, lebih banyak disibukkan dengan urusan ‘’kapitalisme modern’’, hanya sesekali berjumpa dengan Angky.
Dia masih tetap dan selalu Angky yang saya kenal. Hidup dengan konsistensi prinsip dan ‘’jalan pedang’’ yang dipilih. Termasuk, belakangan, berupaya keras konsisten menjadi Islam—anutan yang dia pilih setelah hijrah.
Tatkala seseorang pergi, kita (entah kerabat, teman, atau sekadar kenalan) berupaya menggali-gali banyak hal baik, sembari bersikeras menutup yang biarlah berlalu. Pada Angky (semoga dia menemukan damai dan bahagia selamanya), kenangan yang saya ingat adalah hampir seluruh tentang seorang laki-laki yang apa adanya. Angky adalah seniman yang mengasah diri dengan belajar tanpa cerewet; yang bicara lantang dan tak merumit-rumitkan sesuatu—semata demi mendapat gelar ‘’seniman, sastrawan,’’ atau ‘’penyair’’. Dia tahu keterbatasan, juga kelebihannya. Dan diabertekun di antara keduanya.
Ada masa-masa dahulu kala dia menjadi ‘’tukang melawan’’ yang memilih peran antagonis di antara para penggiat seni di Sulut. Bercakap dengan Angky di masa itu, berarti masuk dalam ledakan kritik. Saya tahu, dia tidak sedang mencemooh.
Dia justru menunjukkan semangat dan kegigihan belajar. Sebab di masa itu pula kreativitasnya melonjak tajam: bikin puisi, menulis esai, memproduksi naskah drama, juga melukis.
Lalu ada masa surut. Atau entah karena saya yang justru memilih menekuni dunia lain, jadi ‘’binatang ekonomi’’ yang menulis puisi, esai, atau cerita pendek (juga novel yang belum selesai setelah hampir 15 tahun terus-menerus dipelototi), saya hanya samar-samar mendengar aktivitas berkesenian Angky yang rupanya lebih fokus pada drama dan teater.
Hari ini, di tengah perjalanan berpindah dari satu kota ke kota lain, tiga nada tweet mengabarkan karib tersayang ini berpulang. Selamat jalan, Ky. Doa—yang semoga amat khusyuk—untukmu.
Pralaya memang bukan drama atau pentas teater. Dia lebih tepat puisi yang semua kita akan sesap sebagai misteri, sebagaimana banyak puisi yang kau tulis, dengan tiap-tiap maknanya sendiri. Wyndham, 26 Juli 2018.-
Sajak-sajak Frangky Kalumata
SAJAK TUBUH DARAH
Tubuh ini mengucur darah
Darah khianat 30 keping uang perak
Transaksi dosa kaum yudas
Tubuh ini berlumur darah
Darah dengki kaum kayafas
Siasat mufakat istana pilatus
Tubuh ini berlinang darah
Darah hasut kaum farisi
Vonis mati di bukit salib
Tubuh ini air mata darah
Darah ikhlas bunda harapan
Pelita kekal umat beradab
Tubuh ini genangan darah
Darah luhur pohon kehidupan
Amanat suci kaisar surga
Tubuh ini lautan darah
Darah kasih tumpuan abadi
Cahaya panduan umat dunia
Tubuh ini benih ilahi
Darah ini cinta terkunci
Bukalah !
SAJAK SUMIKOLA
Nama kecilku Sumi
Margaku Kola
Orang-orang menyebutku Sumikola
Ayahku Jawa
Ibuku Minahasa
Jadi merek keluargaku Jamin
Menurut kakekku Jamin adalah pedoman mutu
Manusia pembangunan seutuhnya
Karena itu aku dapat lolos butuh
Menjadi pejabat pemerintah
Penguasa sumberdaya orang sumberdaya alam
Oleh sebab aku penguasa berkuasa
Pemegang lisensi berbagai merek surat sakti
Aku bikin transaksi pengguna anggaran
Dengan muslihat paktaintegritas
Habisi dana sosial
Kartu melarat
Kartu cendekia
Kartu penyakitan
Kartu bencana
Sembari anjangsana keluarga
Jauh di negeri orang
Bawa ole-ole dari seberang
Tak peduli rakyat berang
Aku pejabat suka senang
Penguasa sumberdaya alam sumberdaya orang
SAJAK GENERASI RUKUN KARYA
Kita adalah generasi rukun
Lahir dari benih sejarah luhur
Revolusi kemerdekaan
Kita adalah generasi rukun
Tegak berdaulat
Independen mandiri
Di bumi pertiwi
Jejak silam hitam pekat
Adalah sejarah duka petaka
Memberai cerai rumpun serikat
Generasi satu nusa satu bangsa
Darah
Mayat
Adalah fakta genosida
Sejarah luka nestapa
Generasi satu nusa satu bangsa
Membuncah amarah
Menatap gerak gemulai pembangunan
Celoteh genit
Kelakar gaduh
Retorika slogan parodi politik
Carut marut saling tuding berjubah hukum
Geram mengatup geraham
Tapi kita bukan generasi laknat
Terburai dari kandungan ibu pertiwi
Jadi bangsat tak berahlak
Membantai arti toleransi
Adu domba perbedaan
Menebas rantai bhineka
Bercerai dari tugu tunggal ika
Menebar hasut sihir radikal
Meledak teror bersimbah darah mayat
Kita bukan generasi devide et impera
Terkungkung dalam kerangkeng telepati despondensi
Takjub pada pesona habitus politik despotisme
Kita bukan generasi masa bodoh
Bungkam menengok destroyer filantropi
Kita bukan generasi maju hancur mundur terkubur
Kita adalah generasi rukun
Menjunjung mafhum
Manusia hidup
Menghidupkan nilai insanul kamil
Menggapai maujud
Panjang umur
Bahagia Ikrar bersatu
Indonesia hebat
Iyayat u santi !
SAJAK 4 PILAR
Pilar pertama:
Di tanah air satu nusa satu bangsa
Kita punya saja kempat pilar
Warisan pujangga lama zaman silam
Pujangga lama berkata: tuhan yang esa
Milik semua orang tapi bukan monopoli satu agama
Di tanah air satu nusa satu bangsa
Kita punya saja kempat pilar
Warisan pujangga lama zaman silam
Pujangga lama berkata: adab manusia berbudi adil
Menghidupkan manusia luhur
Di tanah air satu nusa satu bangsa
Kita punya saja kempat pilar
Warisan pujangga lama zaman silam
Pujangga lama berkata: bersatu kita kuat
Berpisah kita rubuh
Di tana air satu nusa satu bangsa
Kita punya saja kempat pilar
Warisan pujangga lama zaman silam
Pujangga lama berkata: negara adalah wali rakyat
Penjaga kedaulatan dan hak asasi
Di tanah air satu nusa satu bangsa
Kita punya saja kempat pilar
Warisan pujangga lama zaman silam
Pujangga lama berkata: kekuasaan yang bijaksana
Ratu adil untuk rakyat
Pilar kedua:
Di tanah air satu nusa satu bangsa
Kita punya saja kempat pilar
Warisan pujangga lama zaman silam
Pujangga lama berkata: Hak berbangsa adalah hidup merdeka
Berdaulat
Independen
Mandiri
Dan penjajahan adalah jahanam lalim
Musuh dewi keadilan
Penjagal filantropi kehidupan
Harus dibasmi
Dari muka bumi manusia
Kerna hak berbangsa adalah sadar undang-undang
Dan hidup merdeka adalah wajib menunaikan aturan-aturan
Pilar ketiga:
Di tanah air satu nusa satu bangsa
Kita punya saja kempat pilar
Warisan pujangga lama zaman silam
Pujangga lama berkata: Kita adalah manusia majemuk
Berdiri pada jembatan berbeda
Tapi menempuh jalan searah
Menuju horison persemakmuran
Sumpah pemuda
Pilar Keempat:
Di tanah air satu nusa satu bangsa
Kita punya saja kempat pilar
Warisan pujangga lama zaman silam
Pujangga lama berkata: Negara kita adalah rona pelangi pulaupulau
Samudera raya bineka perahu
Berayun tekad teguh kedaulatan
Mendayung faham asas kebangsaan
Berlabuh dermaga pilar kesatuan
Republik damai berhati lapang
SAJAK DUSTA
Sembunyikan dusta APBD
Dikerumunan eceng gondok danauTondano
Salib rakyat hanya alat ukur neraca anggaran
Diplomasi tangan kaum amtenar
Sembunyikan dustamu
Padalembaran kinerja kaumkapista
Berjejal berhamburan di mall hedon
Semburkan pustema kadera parlemen
Setelah melahap buas jasa kaum proletar
Yang kian kehilangan kedaulatan insani
Sembunyikan dusta APBN di lemari hakim eKTP
Lalu sebar hasut disintegrasi bangsa
Atau pamer bunga dan pawai lilin keliling dunia maya
Sembunyikan derita rakyat
dikantong-kantong pejabat korup
Sembunyikan dusta politik
di ruang lidah tak beradab
Kerna dusta adalah ilmu gampang
Wahana orang-orang caparuni berlindung
Discussion about this post