Manado, Barta1.com – Meletusnya Gunung Ruang, yang keberadaannya di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara mengingatkan Florencia Ali pada peran mereka dalam membantu para pengungsi.
“Ketika letusan itu, banyak masyarakat yang mengungsi di beberapa Kabupaten/Kota, salah satunya adalah Kota Manado. Secara bersamaan, kelas kami berinisiatif untuk melakukan kunjungan ke lokasi pengungsian yang ada di daerah Buha dan melihat ada satu rumah sangat memprihatinkan, serta tidak baik untuk ditempatkan oleh para pengungsi,” ungkap Florencia ketika diwawancarai pada program project based learning (PBL) Expo di halaman Gedung Kuliah Terpadu (GKT) Polimdo, kamis (5/12/2024).
Dari hal itu, Florencia dan teman-teman sekelasnya dari Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Manado (Polimdo), meminta pembelajaran project based learning (PBL) dilaksanakan di lokasi pengungsian.
“Ia, kami memohon kepada dosen kami berkaitan dengan PBL pada tanggal 27 Mei 2024 kemarin, sekiranya dibuat di lokasi pengungsian untuk menyediakan tempat pengungsian yang layak, seperti tempat tidur, atap dan dinding rumah” jelas Florencia yang saat itu didampingi oleh teman-temannya, yakni Aurel Mangowal, Michael Lembang, dan Marisa Sengkey.
Kepekaan sosial dari mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Polimdo diakui oleh pendidiknya, yakni Dwars Soukotta M, Ars.
“Sebagai pendidik melihat kepekaan mahasiswa ini sangatlah baik, ini kan yang kita harapkan bersama, apalagi ketika anak-anak mengajukan diri untuk menerapkan PBL mereka kepada masyarakat yang ada di pengungsian. Mendengar hal itu, tak menunggu lama langsung berdiskusi dengan pimpinan Jurusan dan institut Polimdo untuk mendukung rencana mereka dengan penganggaran,” jelas Dwars.
Menurut Dwars, anggaran yang disediakan oleh Polimdo langsung dipakai oleh anak-anak mahasiswa untuk memperbaiki salah satu rumah yang menjadi tempat pengungsian, baik itu perbaikan atap rumah, tempat tidur, dan dinding rumah yang ada.
“Perbaikan itu dilakukan, agar para pengungsi mendapatkan fasilitas yang layak, mengingat sebelum ada perbaikan para pengungsi itu hanya tidur beralaskan tikar dilantai dan sebagainya,” tuturnya.
Menurutnya, apa yang dilakukan oleh mahasiswanya adalah pengaplikasian ilmu yang didapatkan di kelas, khsususnya pada mata kuliah praktek kerja kayu. “Di mana praktek kerja kayu itu ada 2. Dan praktek 1 mereka buat di semester 2. Sedangkan praktek 2, mereka dikenalkan dengan namanya PBL.”
“Dan kemarin, berkaitan dengan material kayu yang digunakan pada perbaikan tempat pengungsian itu, semua berkoordinasi dengan Kapala laboratorium dan pengerjaannya memakan waktu sampai 3 hari,” ucapnya.
Sekali lagi, tambah Dwars, apa yang dilakukan oleh mahasiswanya bagian dari kepekaan terhadap permasalahan yang ditemukan di lapangan, serta mendorong kekritisan mahasiswa untuk melihat problem yang ada.(*)Peliput: Meikel Pontolondo
Discussion about this post