Manado, Barta1.com – Erni Nelwan, perwakilan Paroki Gembala Yang Baik Rike menyebut, bahwa dirinya mendapatkan pengetahuan yang baru pada program pendampingan dan pelatihan pembuatan konten berita berkualitas yang digelar oleh Komisi Komsos (Komunikasi Sosial) Keuskupan Manado di Radio Montini Manado, tepatnya di Jl. Santo Yoseph, Kleak, Kecamatan Mapanget, Kota Manado, Sabtu (21/09/2024).
“Kami telah diajarkan bagaimana menyusun kalimat yang baik, melihat tanda baca pada berita, yang tujuannya untuk menjadikan tulisan kita berkualitas, sembari memperhatikan sumber yang diwawancarai itu terverifikasi,” ungkap Erni.
Apa lagi, kata Erni, narasumber telah menyingung adanya AI (Artificial Intelligence), apalagi dengan AI semua menjadi mudah.
“Namun, pemateri menegaskan jangan menggunakan AI dalam pembuatan koten berita, karena AI tidak mengetahui lebih dalam narasumber yang akan kita wawancarai. Bahkan tadi disampaikan, AI hanya sekedar pembanding saja, sekalipun memenuhi unsur 5 W + 1H,” ujarnya.
Berhasilnya kegiatan pada hari ini, Erni berharap, pelatihan ini bisa ada lagi dan keberlanjutan, khususnya untuk setiap paroki, guna mengasah kemampuan dalam menulis sehingga bisa memberikan informasi yang baik kepada publik.
Ketua Komisi Komsos Keuskupan Manado, Pastor Yohanes I Made Pantyasa Pr dalam sambutannya mengatakan bahwa pelatihan yang dibuat ini bagian dari merefresh kembali pengetahuan peserta tentang peran jurnalis maupun pemberitaan.
“Sehingga setiap produk yang dibuat oleh peserta ke depannya bisa lebih berkualitas,” singkatnya.
Untuk itu, apa yang selama ini teman-teman sudah tuliskan, jangan pernah dianggap sebuah beban, tapi ini sebagai wadah untuk memberikan informasi kepada umat.
“Bahkan saya sering menyampaikan untuk menghasilkan informasi jangan ada yang saling melampaui satu dengan yang lainnya, tapi jadikan ini sebagai pelengkap dalam komisi Keuskupan Manado,” tambah Pastor Yohanes sembari berharap pelatihan ini juga berkelanjutan, sehingga setiap Paroki juga memiliki websitenya.
Yang Diberikan dalam pelatihan.
Ketua AJI Manado, Fransiskus Talokon, selaku narasumber menjelaskan bahwa banyak hal yang bisa ditulis dari setiap agenda di setiap Paroki maupun di Keuskupan Manado.
“Sebenarnya belajar menulis itu sangat penting, namun kita harus mengenal terlebih dahulu bagaimana tugas – tugas Jurnalis sendiri,” jelasnya.
Kemudian, Fransiskus menjelaskan tugas-tugas dari reporter, editor dan pemimpin redaksi dalam perusahaan media massa.
“Jurnalis itu ada reporternya yang setiap harinya mencari berita, sesuai dengan pos liputan yang diberikan, sedangkan editor itu tugasnya mengedit berita dari reporternya, termasuk menentukan berita ini layak naik atau tidak. Dan terakhir ada pemimpin redaksi, yang memiliki tugas untuk bertanggungjawab atas semua pemberitaan, jika ada permasalahan maka pemimpin redaksi yang bertanggungjawab di dalamnya,” jelasnya.
Sedangkan media, tambah Fransiskus, sebagai sarana jurnalis untuk menulis atau menyiarkan hasil karyanya. “Maka dari itu, setiap perusahaan media harus berbadan hukum.”
“Sekarang ini semakin banyak perusahaan media massa, dan jauh berbeda dengan zaman kami cara masuknya. Dahulu kami harus mengikuti berbagai training selama beberapa bulan, jika saat ini, hari ini ada yang sedang ngojek, esoknya sudah memiliki Id Card Pers,” terangnya.
Ia menambahkan, dengan perubahan yang terjadi ini membuat kebanyakan kualitas pemberitaan tidak berkualitas.
“Padahal ditekankan konsumennya kita itu adalah publik, yang seharusnya mendapatkan berita yang berkualitas. Begitupun ketika membuka web dari Keuskupan Manado, yang semua bisa melihat bukan hanya umat katolik, tapi ketika dibuka ada nama uskup yang salah ditulis, bahkan ada kalimat yang salah maka mengubah pandangan publik yang membacanya,” ucapnya.
Ia menekankan setiap tulisan sebelum dipublish ke web harus diperhatikan sebaik mungkin. “Mengingat, setiap berita yang kita buat harus mampu dipertanggungjawabkan ke pembacaannya.”
Di tempat yang sama, Yosep Ikanubun, selaku Ahli Pers Sulut mengawali pertemuan dengan mengarahkan setiap peserta untuk menulis, guna melihat kelemahan bahkan kelebihan dari setiap peserta, sebelum materinya dimulai.
Setelah menulis, Yosep memberikan koreksinya ke beberapa tulisan dari setiap peserta. “Dalam menulis kita harus memperhatikan benar-benar tulisan kita, apa lagi memperhatikan tanda baca, kutipan dan typo,” ucapnya.
“Teman-teman yang mengikuti pelatihan hari ini disebut sebagai Jurnalis warga, jika kontennya tidak berkualitas bisa dikenakan UU KHUP dan ITE. Hari ini saya menekankan, jika mendapatkan isu – isu yang bisa membuat teman-teman terancam bisa langsung kirim ke media mainstream, karena kami dilindungi oleh UU Pers,” pintanya.
Menurut Yosep, seorang jurnalis harus bertanggung jawab dengan apa yang ia tuliskan, kedua harus Independen di mana jurnalis itu tidak memihak dengan siapa pun, berikutnya menulis harus benar guna mengurangi dampak yang tidak diinginkan.
“Kemudian apa itu berita, berita adalah informasi baru mengenai suatu kejadian yang baru terjadi, kemudian disajikan dalam bentuk cetak, siaran, online dan lain-lain,” ujar mantan ketua AJI Manado itu.
Seorang Jurnalis itu penginderaannya harus tajam, kenapa begitu, karena mereka harus mampu melihat, mendengar, kemudian mengelola data pada suatu kejadian untuk dijadikan produk pemberitaan secara fakta dan akurat.
“Dalam membuat berita pun ada beberapa jenis, seperti berita langsung atau Straight News, berita yang ditulis secara singkat, tapi sudah ada unsur 5W + 1H, kemudian berita opini, berita ini kebanyakan sering dituliskan oleh mahasiswa, berikutnya ada features, menulis features setiap peserta harus mampu menulis keadaan yang ada di lokasi, misalnya ukuran ruangan saja harus dituliskan guna membuat pembaca seakan berada dalam keadaan yang dituliskan,” jelasnya.
Bukan itu saja, ada juga berita investigasi, berita seperti ini sering kali dibuat sampai bertahun-tahun baru bisa dipublikasikan. “Bahkan membuat reportase investigasi memerlukan biaya yang cukup besar.”
“Untuk menulis berita bagi teman-teman yang hadir pada Hari ini, sebelum kita menulis lagi, sedianya harus mengenal yang namanya Piramida terbaik, di sini ada lead yaitu informasi terpenting yang menjelaskan kegiatan apa yang dilakukan, tempat dan kapan dilaksanakan, kemudian ada body, pada body ini bagian pentingnya di dalam pemberitaan, yang terkahir ada tail yang merupakan informasi tambahan seperti siapa yang terlibat dan hadir pada kegiatan yang diliput,” tutur Yosep kembali sambil memberikan praktek menulis kembali. (*)
Peliput: Meikel Pontolondo
Discussion about this post