Manado, Barta1.com – Dalam renungan Kristen pada hari ini Minggu 18 Februari 2024 diberi judul: Jangan Jadi Gembala yang Gagal, sesuai dengan bacaan Alkitab Zakharia 11:4-6.
Setelah bangsa Israel memiliki raja sesuai dengan permintaan mereka kepada Allah, bangsa itu banyak melawan Tuhan. Bahkan mereka terpecah menjadi 2 kerajaan, yakni Israel (Utara) dengan ibukota Samaria dan Yehuda (Israel Selatan) dengan ibukota Yerusalem. Ironinya, di kemudian hari, kedua bangsa itu melawan dan mengkhianati Allah. Mereka menyembah berhala dan tak tanggung-tanggung mempersembahkan anak mereka sebagai korban kepada allah mati yang tak berdaya itu. Hati mereka degil. Mereka memberontak dan membuat banyak kejahatan di hadapan Tuhan. Maka kedua bangsa itu di hukum Allah.
Yehuda sendiri karena kejahatannya dibumihanguskan oleh Nebukadnezar raja Babel. Negeri mereka dijarah dan raja hingga umat-Nya dibuang dan ditawan di Babel hingga kerajaan Persia. Selama 70 tahun mereka menderita sengsara di negeri asing. Semuanya Allah lakukan agar mereka bertobat dan jera dari kejahatannya. Maka karena kasih Allah, Ia mengutus banyak nabi untuk menyampaikan firman-Nya. Termasuk nabi Zakharia yang hidup di zaman Darius raja Persia, sebelum bangsa itu dipulangkan kembali ke negerinya, Yehuda dan Yerusalem.
Mereka sungguh jahat. Itulah sebabnya, dengan perantaraan nabi Zakharia, Allah memperingatkan bangsa itu untuk bertobat dan meninggalkan segala dosa dan kejahatannya, serta kembali kepada-Nya. “Sebab itu katakanlah kepada mereka: “Beginilah firman TUHAN semesta alam: Kembalilah kepada-Ku, demikianlah firman TUHAN semesta alam, maka Aku pun akan kembali kepadamu, firman TUHAN semesta alam, (Zakharia 1:3b).
Itulah sebabnya Zakharia berkata lantang menentang para pemimpin bangsa itu sekaligus kepada umat Yehuda dan Israel. Para pemimpin baik pemimpin masyarakat (pemerintah) maupun pemimpin umat yakni para nabi dan imam dll, yang disebutnya sebagai para gembala mengabaikan bahkan rela mengorbankan domba-dombanya yang sudah terlantar, hidup tanpa arah dan tujuan, sehingga tersiksa hidupnya.
Para gembala berlaku tidak adil dan sewenang-wenang kepada domba-dombanya yang adalah umat dan orang-orang pilihan Allah. Tidak ada belas kasihan lagi bagi domba-dombanya. Mereka yang membeli domba-domba itu menyembelihnya tanpa belas kasihan. Sedangkan mereka yang menjualnya bersorak-sorai dan berkata terpujilah Tuhan. Sebab dengan menjualnya, mereka menjadi kaya. Dan mereka tidak merasa bersalah meski telah menelantarkan domba-domba mereka yang tak berdaya itu. Sementara domba-domba itu diam dan kelu tanpa perlawanan. Mereka pasrah saja diperlakukan apapun oleh gembalanya. Sementara para gembalanya memperlakukan domba-dombanya sesuka hati mereka.
Yah, para gembala itu gagal menjalankan tugas kegembalaannya. Domba-domba mereka terbuang bahkan dibuang dan dijual. Mereka hanya memanfaatkan domba-dombanya untuk mendapatkan keuntungan tanpa memikirkan penderitaan dan kesengsaraan domba-dombanya.
Itulah sebabnya Zakharia menyuarakan suara kenabian. Dia menegur mereka dan menyerukan agar mereka kembali kepada Allah, agar mereka tidak dihukum. Sebab, jika tidak, mereka akan dibinasakan. Dan jika mereka kembali kepada Allah, mereka akan dipulihkan. Allah memulihkan mereka dan segera memulangkan mereka ke negerinya. Sehingga mereka kembali hidup dalam kasih karunia Allah, menikmati segala berkat dan pemeliharaan di negerinya sendiri.
Hanya dengan bertobat atau menjadi gembala yang baik, tetapi juga domba yang baik, umat Israel akan dipulihkan. Mereka akan kembali menjadi bangsa yang besar dan hidup mereka menjadi berkat bagi segala bangsa, sebagaimana janji Allah bagi mereka. Karena Israel dan Yehuda adalah biji mata Allah.
Demikian firman Tuhan hari ini: Beginilah firman TUHAN Allahku kepadaku: “Gembalakanlah domba-domba sembelihan itu! Orang-orang yang membelinya menyembelihnya dengan tidak merasa bersalah dan orang-orang yang menjualnya berkata: Terpujilah TUHAN! Aku telah menjadi kaya! Dan orang-orang yang menggembalakannya tidak mengasihaninya, (ay 4-5).
Allah menghendaki agar kita menjadi gembala yang baik dalam hidup kita, entah bagi keluarga maupun diri kita sendiri. Artinya kita harus menuntun hidup keluarga dan diri kita ke jalan yang baik dan benar. Pun demikian jika kita menjadi gembala atau pemimpin baik formal maupun non formal. Jadilah pemimpin yang baik dan benar. Jangan hanya menguras tenaga bahkan menindas domba-domba kita.
Seperti kata Yesus: “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;” (Yoh 10:11) Teladanilah Yesus dan jadilah gembala yang baik bagi semua orang. Tuhan Yesus menyertai dan memberkati kita bersama keluarga, amin.
Penulis : Agustinus Hari
Sumber : RHK GMIM
Discussion about this post