Manado,Barta1.com – Setiap orang memiliki cerita tentang apa yang didapatkan saat melakukan pendakian. Begitupun dengan, Arif Sampole, menyebut setiap pendakian yang dilakukan membuat dirinya menemukan jati diri dan ketenangan.
“Saya bermimpi ingin menginjakan kaki di setiap Gunung yang ada di Nusantara,” ungkap Arif ketika diwawancarai Barta1.com, Jumat (9/02/2023).
Sudah 38 puncak sudah diinjak, kata pemuda kelahiran Palu, 06 Mei 2002 itu, di antaranya Mt (Mount/Gunung) Rore Kautimbu Sulawesi Tengah, Mt Nokilalaki Sulawesi Tengah, Mt Ijen Jawa Timur, Mt Bromo Jawa Timur, Mt Merbabu Jawa Tengah, Mt Sindoro Jawa Tengah, Mt Sumbing Jawah Tengah, Mt Slamet Jawa Tengah, Mt Prau Jawa Timur, dan Mt Agung Bali.

“Bukan itu saja, ada juga Gunung lainnya seperti Mt Batur Bali, Mt Ciremai Jawa Barat, Mt Cikuray Jawa Barat, Mt Guntur Jawa Barat, Mt Rinjani Nusa Tenggara Barat, Mt Lawu Jawa Tengah, Mt Penanggungan Jawa Timur, Mt Gede Jawa Barat, Mt Pangrango Jawa Barat, Mt Salak Jawa Barat, Mt Merapi Jawa Tengah, Mt Sago Sumatera Barat, Mt Talang Sumatera Barat, Mt Sibayak Sumatera Utara, Mt Sangeang Api Nusa Tenggara Barat, Mt Latimojong Sulawesi Selatan, Mt Bawakaraeng Sulawesi Selatan, dan Mt Klabat Sulawesi Utara,” ujarnya.
Anak ke 3 dari 4 bersaudara dari pasangan Ismar Sampole dan Suriani Naharun menambahkan, bahwa dirinya juga pernah melakukan pendakian ke Mt Lokon Sulawesi Utara, Mt Mahawu Sulawesi Utara, Mt Tumpa Sulawesi Utara, Mt Gamalama Maluku Utara, Mt Gamkonora Maluku Utara, Mt Dukono Maluku Utara, Mt Salahutu Maluku Tengah, Mt Api Banda Maluku, Mt Binaya Maluku dan Mt Kie Matubu Maluku Utara.
“Pendakian yang saya lakukan ini mulanya hanya ikut teman saja, namun lama-kelamaan menjadi candu (ketertarikan). Kemudian, saya bisa menemukan yang namanya kebersamaan dengan teman baru, pemandangan alam yang indah, dan yang terpenting adalah keselamatan,” tuturnya.
Arif menambahkan, setiap tempat yang dikunjungi banyak hal yang bisa dipelajari seperti bagaimana berkomunikasi dengan masyarakat lokal, kemudian menghormati budaya dan adat yang ada, dan yang terpenting mengutamakan etika.
“Jika ditanya berkaitan dengan keuangan sampai bisa menginjak 38 Gunung ini, sebenarnya keuangan saya dalam perjalanan itu sangatlah minim, tapi ada beberapa Gunung saat melakukan pendakian sembari mencari uang dengan cara menjadi porter (Seorang yang membantu membawahkan barang milik orang lain), sempat juga menjual alat outdor dan Handphone pribadi untuk bisa melanjutkan perjalanan,” jelasnya.
Bahkan kata Arif, ada beberapa Gunung diajak oleh teman-temannya secara gratis dan dia memanfaat ajakan itu sebaik mungkin.
“Di luar dari itu semua, saya akan mencoba menceritakan keindahan dari Gunung yang sudah dijejaki, seperti Rinjani. Rinjani menang akan pemandangannya dari mulai awal pendakian. Dengan jalur segar anak dan lintas jalur torean, di mana jalur menuju pelawangan ditakjubkan dengan hijaunya sabana (padang rumput),” ucapnya.
Apalagi Ketika berada di Puncak, tambah Arif, setiap pendaki akan melihat segar anak yang begitu cantik dari top puncak jika cuacanya baik atau cerah. “Di segar anak saya bisa memancing ikan, bahkan bisa menikmati air hangat. Kemudian, di jalan lintas torean dikagumkan dengan lebah dan air terjun.”

“Masih banyak lagi cerita keindahan Gunung lainnya, yang mungkin tidak bisa saya ceritakan satu-persatu. Namun, kali ini keberadaan saya ada di Papua Barat masih dengan misi yang sama ingin mengelilingi Indoneia sampai tahun depan. Mungkin tahun ini, lebih banyak ke bagian timur, mulai dari NTB, NTT, Maluku Utara, Maluku, Papua, dan terakhir Pulau Kalimantan,” pungkasnya. (*)
Peliput: Meikel Pontolondo
Discussion about this post