Manado, Barta1.com – Sektor pertanian memberikan kontribusi yang nyata bagi pertumbuhan ekonomi di Sulut. Itu sebagaimana data yang diberikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Menurut BPS, berkisar 70% kontribusi terhadap ekonomi di Sulut berasal dari tanaman keras dan holtikultura.
Kontribusi itu hadir dari beberapa kabupaten/kota di Sulut, termasuk Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra). Dimana beberapa desa memiliki kelompok tani yang begitu aktif, seperti Desa Pangu, Kecamatan Ratahan.
Pertanian merupakan mata pencarian utama masyarakat Desa Pangu. Dengan jumlah petani aktif sebanyak tujuh puluh delapan (78) orang. Dan yang tergabung, dalam Kelompok Tani Ongon Jaya sebanyak 15 keluarga.
Ketua Kelompok Tani Ongon Jaya, Semmy Sanyang kepada Barta1.com, Selasa (20/6/2023) mengatakan, dirinya dan teman-temannya membentuk kelompok tani, agar mereka bisa mendapatkan bantuan. “Selama dua belas tahun menjadi petani, dan sudah 10 tahun membentuk Kelompok Tani Ongon Jaya. Kami bersyukur sudah mendapatkan bantuan dari pihak kehutanan dan pertanian, dan itu sangat membantu kami para petani di sini,” singkatnya.
“Kelompok Tani Ongon Jaya, setiap keluarga memiliki 1 hektar lahan pertanian. Setiap lahannya, pasti ada bermacam-macam hasil produk pertanian, berupa buah-buahan, sayur-sayuran, rempah-rempah hingga minuman alkohol dari pohon aren,” ungkap Sanyang sambil tersenyum.
Dirinya menyebut, hasil pertanian membuat dirinya bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga duduk di perguruan tinggi, apalagi dari hasil pohon aren. Dengan pohon aren, dirinya bisa membuat alkohol lokal yang bisa dipasok ke beberapa daerah untuk dijadikan minuman cap tikus keluarga dan perjamuan. Bukan itu saja, hasil dari pohon aren juga dibuat gula merah dan dikirim ke beberapa toko di Kota Manado.
“Per harinya saya bisa membuat 12 liter minuman alkohol yang kita kenal dengan cap tikus berkadar 45% sampai 50%. Minuman itu, saya buat sesuai dengan permintaan masyarakat. Untuk harga cap tikus ukuran botol kecil, saya jual Rp 15 ribu. Sedangkan per gelonnya dengan ukuran 25 liter dijual Rp 300 hingga Rp 500 ribu,” terangnya.
Intinya, kata Sanyang, Desa Pangu merupakan wilayah yang kaya akan produk pertanian. “Beberapa hasil pertanian banyak dibawah ke daerah lain, seperti kripik pisang, gula merah, buah salak dan masih banyak lagi,” imbuhnya sembari menyebut gula merahnya sering dipasok toko swalayan di Manado. “Sejak tahun kemarin, kelompok tani kami sering dikunjungi oleh perguruan tinggi Politeknik Negeri Manado (Polimdo), dan kami sangat terbuka untuk setiap masukan yang diberikan, guna menunjang kemajuan dari pertanian yang ada,” ucapnya.
Melakukan penelitian sejak tahun 2022, Polimdo menemukan kekurangan pada kelompok tani Ongon Jaya, yakni kekurangan peralatan dan penguasaan gedget sebagai alat pemasaran.
Maka dari itu, Polimdo menerapkan program penerapan IPTEK pada masyarakat (PIM) yang bertemakan peningkatan kapasitas saluran distribusi dan pemasaran untuk penguatan kemitraan kelompok usaha pohon aren di Desa Pangu, Kabupaten Mitra.
Tim PIM Polimdo itu, dipimpin langsung dosen AB (Administrasi Bisnis) Arief Kumaat SE MM, dan didampingi oleh beberapa anggota dosen lainnya, yakni Melky Paendong SE MBA, Arifmanuel Kolondam SE MM, dan Ficky Purba BBA MM. “Petani Ongon Jaya harus mengelola hasilnya secara profesional, baik memproduksi hingga memasarkan produknya,” ujar Arief Kumaat.
Memasarkan sebuah produk tidak harus membutuhkan perlengkapan yang canggih, cukup menggunakan gedget saja. “Menjalankan bisnis, harus memiliki gadgetnya sendiri. Gedget bisa membantu petani Ongon Jaya, untuk memasarkan produknya dengan cara mendokumentasikan atau membuat konten yang bisa dipasarkan langsung ke sosial media, baik itu facebook, instagram dan lainnya,” tuturnya. “Saat ini, sebuah bisnis sangat berefek baik ketika dipromosikan melalui sosial media,” sahut Kumaat.
Secara bersamaan, masyarakat petani Ongon Jaya diajarkan cara menggunakan sosial media yang dipandu langsung Arifmanuel Kolondam. “Bapak-ibu petani Ongon Jaya, secara bergantian bisa mengoperasikan gedget ini. Cara penggunaanya tidak sulit, cukup memposting aktivitas kesehariannya, dan tentunya mengutamakan produk untuk di posting ke sosial media.
“Mari gunakan sosial media untuk mendapatkan keuntungan yang original, tanpa dibuat-buat hasilnya. Jika bapak-ibu memposting hasil produk pertanian, kan itu bisa dinilai keasliannya. Bapak-ibu duduk di kebun saja, bisa mencari konsumen melalui aplikasi Google dan YouTube. Intinya, semua serba bisa,” tambah Kolondam.
Bukan itu saja, tim PIM Polimdo juga memberikan pelatihan pengunaan gadget kepada petani Ongon Jaya, yang dipandu oleh Melky Paendong. Sekaligus memberikan bantuan gedget beserta peralatan pengambilan gambar, penerangan, dan suara, disertai dengan bantuan uang.
Setelah diajarkan terkait pengunaan gedget, Sanyang bersama rekan-rekannya di Kelompok Tani Ongon Jaya mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak Polimdo, dan berharap bantuan ini bisa membantu pemasaran produk di Desa Pangu.
Peliput : Meikel Pontolondo
Discussion about this post