Sangihe, Barta1.com – Pameran seni rupa Bakar Manyala #2 kini dilangsungkan di Pulau Sangihe. Event yang bercikal di Provinsi Gorontalo itu, kini mengusung tajuk “Trakyektori Imaji : laut, pulau, dan jalur rempah”, yang digelar pada 5 hingga 19 Mei 2023 di Gedung Pasar Rakyat Trikora Tahuna.
Dalam pameran Bakar Manyala #2 ini sebanyak 35 perupa hadir terdiri dari 18 perupa Sulawesi Utara yang menyajikan 20 karya dua dimensi, serta 17 perupa Gorontalo dengan 24 karya dua dimensi.
“Bakar Manyala” adalah nama dari sebuah inisiatif mandiri berwujud pameran berkala yang digagas oleh perupa Sulawesi Utara dan Gorontalo (TUPALO) dengan nama-nama perupa seperti Jaya Masloman dan Alfred Pontolondo dari Sulawesi Utara (SuLut) serta Syam Terrajana dan Awalludin Ahmad dari Gorontalo yang diharapkan menjadi gerakan bersama perupa se-Sulawesi
Nama “Bakar Manyala” sendiri adalah sebuah idiom yang menggambarkan nyala semangat para perupa di belahan Sulawesi dan Indonesia Timur untuk berekplorasi, menggali dan mengembangkan potensi kesenian yang dimiliki dengan basis kelokalan masing-masing.
Selanjutnya pada acara kedua di tahun 2023, Visual Secret, sebuah Komunitas Seni di pulau Sangihe, Sulawesi Utara mengambil tanggung-jawab untuk melaksanakannya. Acara pertama Bakar Manyala #1 sendiri telah sukses berlangsung di Gorontalo sebagai tuan rumahnya. Pada acara Bakar Manyala #2 inisator acara mengundang Sudjud Dartanto, kurator dan akademisi ISI Yogyakarta sebagai kurator tamu dengan tema pameran “Trayektori Imaji: Laut, Pulau dan Jalur Rempah Nusantara”.
Menariknya pada gelaran pameran seni rupa Bakar Manyala #2 ini dikurasi langsung oleh Sudjud Dartanto, kurator dan akademisi ISI Yogyakarta sebagai kurator tamu yang datang langsung ke pulau perbatasan Indonesia dan Filipina ini.
Sudjud Dartanto melalui esainya menjelaskan ecara umum pameran ini mengajak khlayak untuk memperluas wawasan tentang wacana budaya dan sejarah Nusantara yang kaya melalui latar belakang maritimnya yang unik, dan secara khusus pameran ini sedikit banyak mengetengahkan pengalaman artistik Gorontalo dan Sulawesi Utara sebagai tempat dan ruang sosio-kultural.
“Tema pameran ini memusatkan perhatian pada tiga elemen penting yang membentuk keberagaman budaya dan pengaruh dari rute perdagangan rempah-rempah yang melintasi lautan dan pulau-pulau Nusantara.” kata dia melalui rilis yang diterima Barta1.com.
Melalui karya seni dalam pameran ini kita akan menjelajahi berbagai tafsir atas sejarah, tradisi dan kekinian Gorontalo dan Sulawesi Utara dalam trayektori imaji, dimana praktik pengimajinasian adalah potensi dasariah manusia sebagai mahluk yang berdaya kreatif dalam menandai dan memaknai menyuarakan berbagai pengalaman lahir dan batin.
“Dengan ribuan pulau yang tersebar, lautan menjadi jalan utama bagi perdagangan, migrasi, dan interaksi antara berbagai suku bangsa, termasuk di tempat penyelanggaraan pameran ini, yakni pulau Sangihe, sebuah pulau di sisi utara Sulawesi, Indonesia di mana lautnya berbatasan dengan Negara Filipina,” kata dia.
lanjutnya bahwa Pulau Sangihe adalah pulau yang padat dengan narasi sejarah dan budaya selain terkenal dengan keelokan dan sumber daya alamnya, dan tentu saja terkait dengan “Jalur Rempah Nusantara”, sebuah jaringan perdagangan rempah-rempah yang menjadi salah satu faktor utama dalam menghubungkan dunia pada masa lalu. Dengan rempah-rempah seperti cengkeh, pala, dan lada menjadi komoditas berharga, jalur perdagangan ini telah menginspirasi penjelajahan, penaklukan, dan pertukaran budaya.
“Pameran ini menggambarkan kompleksitas dan kekayaan Nusantara yang telah menjadi tempat pertemuan dan pertukaran antara budaya-budaya yang berbeda “Trayektori Imaji: Laut, Pulau, dan Jalur Rempah Nusantara” mengajak Anda untuk memperluas pemahaman tentang sejarah, pengetahuan warisan budaya, dan keindahan yang terkandung dalam perjalanan maritim yang panjang dan perjumpaan antarbudaya yang khas di wilayah ini,” jelas dia.
Menurutnya karya-karya dalam pameran ini juga merupakan bukti hebat potensi seni rupa dari Sulawesi di tengah medan seni rupa nasional dan internasional. Pameran ini merupakan bagian dari upaya untuk menggali kekuatan seni rupa Sulawesi melalui kesadaran maritim yang sesungguhnya dekat dan tak berjarak dengan berbagai konteks mobilitas dan kosmopolitnya
“Dapat dikatakan pameran ini adalah yang pertama dan terbesar di pulau Sangihe, Sulawesi Utara. Yang juga unik, pameran ini menggunakan gedung lantai dua pasar rakyat di Sangihe, sehingga dapat dimaknai bahwa pameran ini mempertemukan seni rupa dengan masyarakat secara langsung dijantun pasar rakyat. Pameran ini merupakan upaya untuk menuju pameran selanjutnya yang mencoba menggali kekuatan seni rupa maritime yang akan menguatkan posisi tawar seni rupa dari Sulawesi untuk berkontribusi pada medan seni rupa nasional dan internasional,” ungkapnya melalui esai kurasinya.
Selain pameran, acara ini juga dilengkapi dengan rangkaian program publik diskusi seni pada 6 Mei 2023 dengan tema “”Seni Rupa Maritim dalam Jarak Dekat: Pengalaman Gorontalo dan Sulawesi Utara” bersama para perupa peserta dan kurator pameran.
Peliput: Rendy Saselah
Discussion about this post