Ketika tampil pada tahun 2016 di panggung sastra nasional yang diselenggarakan Dapur Sastra Jakarta, di Taman Ismail Marzuki, Aldes Sambalao disebut sebagai salah satu pembaca puisi terbaik Indonesia.
Remmy Novaris DM, ketua komunitas Dapur Sastra Jakarta, sekaligus salah seorang sastrawan terkemuka Indonesia mengapresiasi aksi pembacaan puisi Aldes Sambalao di hajatan sastra mereka sebagai sebuah pertunjukan baca puisi yang sulit dicari tandingannya.
Sebagai seorang spektator seni, Remmy menilai penampilan Aldes melampaui apa yang didefinisikan sebagai baca puisi selama ini. Bagi dia, teknik pembacaan puisi Aldes tak berhenti dalam fungsi sebagai perantara antara pencipta puisi dan penonton.
“Ia tak sekadar menyajikan kembali hakikat puisi sebagaimana maksud penciptanya. Aldes melampaui itu, bahkan menjadikan puisi dari teks menjadi sesuatu yang seutuhnya hidup, bergerak, bernafas, berbicara dengan cara yang paling estetik dan memesona,” kata dia.
Di Manado, Amato Assagaf, seorang penyair, dramawan dan pemikir filsafat menjuluki Aldes Sambalao sebagai raksasa panggung puisi Sulawesi Utara.
“Aldes menjadikan puisi yang sederhana menjadi luar biasa dan menjadikan puisi yang bagus menjadi pertunjukan yang mewah,” kata Amato.
Aldes Sambalao sendiri memandang pembacaan puisi adalah medium pertunjukan yang setara dengan teater dan pertunjukan seni lainnya. Bagi dia, pembacaan puisi membutuhkan persiapan, sebagaimana aktor mempersiapkan dirinya untuk sebuah pertunjukan teater.
Kekhasan baca puisi aktor bertubuh tambun ini membuat ia sering terundang dalam berbagai ajang baca puisi di berbagai kota di Indonesia.
Aldes Sambalao juga dikenal sebagai seorang dramawan penting di Sulawesi Utara. Ia mengenal teater sejak usia SD di tahun 1990 saat bergabung dengan Sanggar Kreatif dan ikut main dalam sejumlah pementasan sebagai aktor cilik.
Di usia remaja, ia sudah terlibat dalam pementasan-pementasan terkemuka Sanggar Kreatif di antara dalam lakon “Judas Iskariot” dan “Raksasa Pemangsa alias Katulah” yang disutradarai Kamajaya Alkatuuk.
Ia kemudian mengembangkan bakat penyutradaraan untuk kepentingan festival lewat grup-grup teater gereja dan teater pelajar yang menjadi binaan Sanggar Kreatif.
Berkali-kali menerima penghargaan sebagai sutradara dalam sejumlah festival teater di Sulawesi Utara. Dengan pengalaman yang cukup matang di dunia teater, ia kemudian dipercayakan sebagai Ketua Sanggar Kreatif hingga saat ini.
Aldes Sambalao, lahir di Manado, 12 Juli 1983, selain menggawangi Sanggar Kreatif Manado, ia membina Teater Benih SMP Garuda, Manado. Di tangannya teater benih beberapa kali menjadi grup terbaik teater pelajar Sulawesi Utara.
Ia juga membina Teater GMIM Bethel Winangun dan Teater Sion Malalayang, dan Teater Bethesda Sario. Karya-karya penyutradaraannya antara lain: “Puisi Pengharapan”, “Hadineas Sang Prajurit”, “Kata Mati” dan beberapa karya dramawan dunia terutama karya-karya Anton Pavlovich Chekhov.
Tahun 2017, Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan Pekan Teater Nasional di Jogyakarta dengan mengundang 10 grup teater terkemuka dari berbagai daerah di Indonesia.
Sanggar Kreatif Manado terpilih mengikuti hajatan tersebut. Aldes Sambalao berkolaborasi dengan Vick Chenore Baule menyiapkan lakon “Museum” karya Iverdixon Tinungki ke ajang bergengsi itu.
Melewati proses latihan sekitar 6 bulan yang langsung dimentori dramawan terkemuka Indonesia Nano Rinatiarno dan Nanang Arizona, “Meseum” akhirnya menjadi sebuah pertunjukan yang mendapatkan apresiasi dan pujian dalam hajatan nasional itu.
Buku Catatan Proses Pekan Teater Nasional 2017 memberikan ulasan yang mendalam mengapresiasi “Museum” garapan kolaboratif dua dramawan Sanggar Kreatif ini.
Aldes Sambalao dan Vick Cenore Baule adalah dua penjaga detak nadi Sanggar Kreatif saat ini. Kolaborasi mereka berdua juga mengantar Sanggar Kreatif menjuarai Festival Teater Remaja Indonesia, di Grand Teater Taman Ismail Marzuki Jakarta tahun 2016 dalam lakon “Kata Mati” karya Iverdixon Tinungki, dan sekaligus meraih 5 penghargaan terbaik masing-masing sutradara terbaik Vick Chenore, penata musik terbaik Zadrik Dauhan, aktor terbaik Sandro Samabalao, penata artistik terbaik dan grup penampil terbaik. (*)
Penulis: Iverdixon Tinungki
Discussion about this post