Sangihe, Barta1.com – Kurang lebih seratusan warga Sangihe, yang terdiri dari masyarakat wilayah terdampak awal dari izin usaha produksi PT. Tambang Mas Sangihe (TMS) melakukan aksi demontrasi penolakan kehadiran perusahaan tambang emas yang berinduk di Kanada tersebut.
Massa yang terdiri dari warga Kampung Bowone dan sekitarnya itu, Rabu (10/11/2021) bergerak melakukan orasi di tiga titik dimulai dari Mes PT. TMS di Kampung Bentung, Base camp PT. TMS di Kampung Bowone hingga berakhir di Kantor Camat Tabukan Selatan Tengah.
Aksi demonstrasi sekaligus merefleksikan semangat hari pahlawan dilakukan dengan mengajak sesama warga untuk bersama-sama menolak kehadiran PT. Tambang Mas Sangihe dari Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Juru bicara aksi tersebut Agustinus Mananohas mengatakan keberadaan PT. TMS hanya akan menghancurkan kesuburan pulau Sangihe. Bahkan dirinya mengibaratkan kehadiran korporasi tambang ibarat mahluk gaib yang menawarkan segala sesuatu tetapi di balik itu menyimpan niat yang rakus.
“Kemungkinan seperti inilah kedatangan PT. TMS, rakus emas. Kita sudah tau, setiap kedatangan bangsa asing di Indonesia dalam hal tertentu mereka melakukan beberapa teori, yang pertama adalah adu domba dan kedua adalah pembodohan,” ungkap Mananohas.
Mananohas menegaskan ada upaya-upaya membenturkan perjuangan Save Sangihe Island (SSI) dengan pertambangan rakyat. Mengenai hal itu ia membacakan bukti-bukti bagaimana PT. TMS membuang wacana perpecahan kepada sesama masyarakat.
“Sekarang ini SSI sementara disabung-sabung dengan tambang rakyat. Sementara sampai hari ini kami tidak pernah mengusik sepenggal kata tentang tambang rakyat. Ucap Mananohas.
Orator lainnya Estefanus Maate menyampaikan tidak ada kata lain selain dari kata menolak kehadiran PT. TMS dari Kepulauan Sangihe. Hal itu beralasan karena ada banyak sumber-sumber air yang nantinya akan terganggu karena aktivitas pertambangan. Salah satunya menurut dia adalah sumber mata air terbesar berasal dari kampung yang dikenal dengan produksi pertaniannya yang produktif di Sangihe yaitu Kampung Malamenggu, Kecamatan Tabukan Selatan.
“Saya berdiri di atas tanah beratapkan langit maka saya menolak PT. TMS. Kalau dibuka pertambangan sementara sumber air berasal dari Malamenggu, maka kami mau minum apa? Mau minum limbah?. Dan lagi lahan perkebunan kalau seandainya ini tidak dapat ditolak, maka kita warga Sangihe mau makan apa? Jadi dengan tegas kami menolak,” tegasnya.
Sementara itu salah satu direktur PT. Tambang Mas Sangihe Jiriel Kumajas mengatakan bahwa PT. TMS telah menyediakan tanaman yang cocok untuk daerah Sangihe. Jadi menurut dia tidak mungkin mereka membuka tambang secara besar-besaran.
“Jadi tidak mungkin akan membuka tambang di secara besar-besaran di pulau seperti ini. Pertama yang kita lakukan sebelum masuk ke sini, yang pertama kita bikin itu justru greend house, untuk memilih tanaman yang cocok untuk daerah ini. jadi kalau terjadi penambangan kita kan harus melakukan penghijauan,” kata dia.
Dengan persoalan ini pihak PT. TMS akan kembali membuka diri kepada masyarakat yang ingin meminta sosialisasi. “masyarakat yang menolak mungkin masih kurang sosialisasinya, jadi kalau masyarakat perlu sosialisasi tambahan dari kita, masyarakat boleh. Karena menurut kami dengan sosialisasi yang kami lakukan sekarang memang sudah ada juga yang mengerti. Mungkin kan berbeda – beda cara penyampaian,” ungkapnya.
Puluhan petugas gabungan dari unsur TNI-Polri turut diturunkan untuk mengawal berlangsungnya demonstrasi tersebut sehingga aksi berjalan dengan tertib dan damai.
peliput : Rendy Saselah
Discussion about this post