Manado, Barta1.com — Sekolah Pantai Indonesia (SPI) merupakan implementasi dari Gerakan Cinta Laut atau Gita Laut dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai bentuk peningkatan kepedulian dalam menjaga kelestarian laut, pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia.
Gita Laut ditujukan kepada generasi muda, masyarakat pesisir, kaum perempuan serta aparatur negara, yang merupakan perwujudan implementasi dari lima pilar poros maritim yang digagas oleh Pemerintahan Jokowi-JK sejak tahun 2013.
Kegiatan SPI menerapkan prinsip dari, oleh dan untuk siswa melalui konsep 4A: Amati, Analisa, Ajarkan, Aksi. Melalui proses pembelajaran ini para siswa diharapkan mampu melakukan pengamatan dan analisa terhadap lingkungan pesisir di sekitarnya, dan saling berbagi melalui interaksi saling ajarkan. Para siswa diharapkan dapat memahami akan lingkungan serta melakukan tindakan nyata melalui aksi bersama.
Kota Bitung merupakan kota pertama di Sulawesi Utara yang akan menerapkan kegiatan SPI ke sekolah-sekolah, terutama di pulau Lembeh. Lewat Lokakarya yang digagasi oleh Yayasan Terumbu Karang Indonesia (Terangi) bekerjasama dengan Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional-Bappenas, di Pulau Lembeh 27-28 Maret 2019.
Lokakarya ini dihadiri oleh guru-guru dan kepala sekolah SMP dan SMA di pulau Lembeh, Sekolah Lingkungan, LIPPI Bitung, dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bitung.
Seasoldier Sulut juga di undang untuk mengikuti kegiatan yang diadakan selama dua hari ini. Dimana pada hari pertama diadakan pembekalan materi implementasi 4A dan hari kedua dilakukan praktik langsung di lapangan.
Materi yang di dapat bersumber dari Modul Panduan SPI itu sendiri. Materinya antara lain: Pengamatan Ekosistem Mangrove dan Pengelolaannya, Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang dan Pengelolaannya, Pengamatan Pencemaran Pesisir dan Pengendaliannya, Pengamatan Dinamika Pantai dan Pengelolaannya serta Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca.
“Harapan kami setelah mengikuti Lokakarya ini, dapat memperkaya wawasan dan akan diterapkan pada kegiatan-kegiatan yang bersentuhan dengan anak-anak di pesisir,” ungkap pegiat lingkungan Rio Noval Puasa. “Karena alam adalah sumber ilmu dan jawaban dari segala permasalahan,” tambah dia. (*)
Penulis: Meikel Pontolondo
Discussion about this post