Sangihe, Barta1.com — Baru-baru ini warga Kota Tahuna, ibukota Kabupaten Kepulauan Sangihe, dikejutkan sekelompok orang yang beradu peran di ruang terbuka Pelabuhan Tua Tahuna (Peltu). Mereka adalah peteater-peteater Sanggar Seni Sariwang yang memainkan lakon teater tubuh dengan judul Membaca Tanda-Tanda.
Durasi kurang lebih 45 menit dalam suguhan dramatik itu, mengangkat tema konservasi lingkungan hidup yang langsung disutradarai oleh Fajar Gultom sang Presiden Sariwang. Menurut Gultom, pementasan ini merupakan Self Critic bagi semua orang yang terkadang lupa pentingnya menjaga alam sekitarnya.
“Acapkali kita lupa bahwa betapa pentingnya menjaga alam kita. Laut yang semakin kotor, bahkan menurut cnn-indonesia, Indonesia merupakan penghasil sampah laut terbesar kedua di dunia. Hutan-hutan makin berkurang, melalui penebangan pohon secara liar;padahal hutan merupakan sumber berdetaknya jantung kehidupan, dan ada pelbagai masalah lainnya yang bersumber dari ketidak sadaran saya, dan teman-teman sekalian” ungkapnya.
Lanjut dia, menanamkan kesadaran mencintai lingkungan itu jauh lebih dari cukup dari pada saling menyalahkan.
“Tidak ada yang bisa disalahkan atas itu. Tapi yang lebih penting adalah menciptakan kesadaran dalam diri masing-masing, lantas merubah cara pandang serta pola hidup yang lebih konservatif, untuk kelangsungan kehidupan kedepan,” jelas lelaki Brewok bertubuh kekar itu.
Hal demikian juga disampaikan Andre Sarapil, selaku sekretaris Sanggar Seriwang. Kata dia, berkesenian juga merupakan sarana untuk mengemukakan kritik, bahkan terutama kritik bagi diri sendiri, sehingga Seriwang telah berkomitmen untuk bisa aktif berkesenian, tidak sekedar sebagai wadah untuk menyalurkan dan menelurkan talenta-talenta muda, tapi juga sebagai wadah penyaluran ide dan gagasan persoalan nilai kehidupan.
“Sanggar telah berkomitmen untuk terus eksis mementaskan keberagaman pemikiran tentang kehidupan, baik dalam seni teater, musik, dan juga tari. Bahkan selesail pentas ini, kami juga akan memulai proses latihan untuk pementasan lanjutan pada tanggal 14 Februari” tutup Sarapil, pada akhir pementasan.
Pentas yang dicap termasuk sebagai model pementasan baru di Sangihe itu menyita perhatian masyarakat yang nampak memenuhi lokasi pementasan.(*)
Peliput : Rendy Saselah
Discussion about this post