MANADO, BARTA1.COM – Gerbong politik Partai Nasdem sedang bagus-bagusnya. Baik dari level nasional hingga menjalar ke daerah-daerah. Itu pula yang kini dirasakan sejumlah politisi partai besutan Surya Paloh yang ada di Manado.
Apalagi ‘darah segar’ yang dibawa Vicky Lumentut yang memimpin Nasdem Manado. Tak heran, sejumlah anak muda seakan mendapat suntikan motivasi untuk bertarung pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 nanti.
Satu diantara mereka adalah Feki Korto ST. Mantan Ketua Wilayah Pemuda Manado Timur Enam selama dua periode dan Anggota Komisi Pemuda Sinode (KPSG) GMIM, Bidang Pastoral sangat yakin Nasdem akan memberi harapan bagi masyarakat untuk memilihnya.
Ditemui di rumahnya, Kompleks Perumahan Wenang Permai Kairagi 1, Manado pada Senin (10/12/2018), Feki mengatakan selama ini Nasdem paling konsisten mengedepankan cara-cara berpolitik yang santun dan punya semangat menjaga keutuhan bangsa Indonesia.
“Ketika sejumlah partai lebih mengutamakan merebut kekuasaan atau misi merebut kekuasaan, Nasdem saya nilai justru berjuang keras merekatkan retakan dari setiap gesekan keras dari perpolitikan di Manado demi utuhnya bangsa Indonesia,” ujarnya.
Menurut suami tercinta dari Priscillia Adrini Tobangen ini, di tengah konstalasi politik nasional yang diramaikan isu-isu primodialisme dan cenderung sektarianisme saat ini, tidak ada pilihan bagi dirinya untuk memperkuat barisan yang peduli dengan semangat pluralisme Indonesia.
“Itu sebabnya saya memilih maju dari Partai Nasdem dan menawarkan hal yang menyentuh serta dirasakan masyarakat adalah menjadi sedikit dari yang banyak apabila duduk di dewan nanti,” kata Feki.
Semua itu terangkum dalam gagasan #fk6 yaitu raport merah kehadiran berdasarkan data yang dihimpun, dari total 11 rapat paripurna yang digelar pada masa sidang tahun 2016, rata-rata kehadiran anggota DPR RI adalah 41,79 persen dari total 560 anggota.
“Lalu tahun 2018 masa persidangan II 2018-2019 tercatat dari 560 anggota DPR RI, ternyata kehadiran kurang dari 100, sebagai pemilik suara yang harusnya disuarakan, suara kita tidak akan pernah disuarakan tanpa kehadiran. Kita tidak memilih kursi kosong tetapi kursi dengan pemilik yang memiliki suara lantang,” bebernya.
Gagasan lainnya adalah komit. Apa itu? “Tidak menerima gaji kalo kehadiran kurang dari 80 persen/bulan gaji disumbangkan ke rakyat seluruhnya, dan siap mundur kalau kehadiran kurang dari 80 persen/tahun. Ayo jadi pembeda,” kata Feki.
Jangan memilih kursi yang diduduki hantu yang tidak pernah terlihat kehadirannya. “Torang (kita) harus berani jadi pembeda,” ungkap alumni UKIT Jurusan Teknik Sipil angkatan 2005.
Peliput : Albert P Nalang
Discussion about this post