Manado,Barta1.com – Gunung Kerinci dikenal sebagai atap Sumatera. Dengan ketinggian 3.805 MDPL, yang keberadaannya di Pulau Sumatera, Provinsi Jambi, Indonesia.
Gunung berapi ini juga dikenal sebagai Gunung tertinggi di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Dikelilingi hutan lebat, serta ditempati oleh beberapa habitat, seperti Harimau dan Badak Sumatra. Begitulah cerita, Wendy Romario kepada Barta1.com, Minggu (26/04/2024).
Wendy, merupakan salah satu pendaki asal Sulawesi Utara mencoba menceritakan pengalamannya saat melakukan pendakian di Gunung Kerinci. “Kerinci memiliki medan yang lebih banyak menanjak, seperti kebanyakan Gunung lainnya.”
“Menanjak disertai dengan lorong-lorong yang sempit dan ditutupi oleh berbagai tumbuhan, atau sering dikenal dengan lorong tikus. Akan ditemui oleh setiap pendaki, ketika melakukan pendakian ke Gunung Kerinci” ungkap Wendy.
Pemuda kelahiran Sonder, 19 Juli 1997 ini menambahkan, bahkan tumit bertemu dengkul sudah tidak bisa dihitung lagi, akibat medannya yang terbilang ekstrem. Selain medan yang menanjak, sesekali juga setiap pendaki harus memanjat untuk melewati akar pohon.
“Jalur pendakian yang kami ikuti itu di Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi. Jalur pendakian ini juga dikenal dengan Tugu Macan, karena ada monumen Tugu Macan sebelum mengarah ke Pintu Rimba,” ujarnya.
Lanjut anak tunggal dari pasangan Ronny dan Lili ini menyebut, ada sebanyak 3 pos dan 3 shelter di Gunung Kerinci. Pos 1 menuju pos 3, medannya tergolong mudah. Kemudian ketika memasuki shelter 1, 2 dan 3, semuanya menanjak dan melewati berbagai akar pohon dengan ketinggian rata-rata di atas 2 sampai 3 meter.
“Melihat dari medan yang ada ini, tentunya teman-teman pendaki akan mendapatkan kesulitan ketika membawa carrier dengan ukuran yang besar. Kemudian, kesulitan lainnya juga adalah saat berada di puncak yang kemiringan lereng sampai 80 derajat dengan potensi tergelincir, yang dikarenakan bebatuan vulkanik berwarna merah yang licin dan berpasir halus,” ucapnya.
Setiap kesulitan, kata Wendy, pasti ada jalan keluarnya. Jalan keluar yang selalu dilakukan, seperti beristirahat ketika mengalami kelelahan saat perjalanan. Berikutnya, harus fokus mengikuti jalur yang sudah ada, karena Gunung Kerinci hutannya sangat lebat, salah melangkah bisa tersesat. Kemudian, berhati – hati saat berada di puncak, karena ada beberapa jalurnya yang begitu licin. Selanjutnya,
navigasi darat sangat diperlukan, apabila dalam keadaan darurat di Gunung Kerinci.
“Dari setiap medan yang saya ceritakan tadi, ketika semua bisa dilewati, maka teman-teman akan mencapai puncak Gunung Kerinci, yaitu puncak Indrapura. Dari puncaknya itu, setiap pendaki akan melihat pemandangan yang menakjubkan, seperti keindahan Kota Jambi, Padang dan Bengkulu, hingga bisa melihat samudra hindia yang membentang,” terang pemuda yang memiliki bisnis Outdoor dengan nama toko Klabat Outdoor Jakarta.
Tambah Wendy, menuju puncak Indrapura dari Pintu Rimba tergolong cepat hanya memakan waktu 3 hari 2 malam. “Hari pertama pos 1 sampai shelter 1, hari kedua shelter 1 ke shelter 3, hari ketiga sampai puncak Indrapura, kemudian siangnya langsung turun lagi ke Pintu Rimba. Akan tetapi, kebiasaan para pendaki di hari ketiga itu masih melakukan camping di shelter 3 untuk menikmati pemandangan, dan besoknya baru turun.”
“Selain medan dan keindahan dari Gunung Kerinci yang bisa diceritakan, ada pula hal – hal yang perlu dilakukan oleh setiap pendaki, seperti pada umumnya bersikap sopan santun dan menjaga kebersihan (sampahnya harus di bawah kembali turun). Untuk pengalaman mistisnya tidak ada, tetapi dilarang untuk melakukan camping di pos 2 dikarenakan jalur Harimau melintas” kata Alumni Politeknik Negeri Manado ini.
Jika setiap pendaki memiliki pembawaan yang baik, kemana saja ia berkelana akan disambut baik oleh penduduk setempat. Sama halnya dengan masyarakat yang keberadaannya di kaki Gunung Kerinci. “Masyarakatnya di sana sangat ramah, mereka selalu menyambut baik setiap pendaki yang akan berdatangan. Di sisi lain juga, masyarakat ini mampu memperlihatkan keindahan alam dari kaki Gunung Kerinci dengan berbagai tumbuhan teh, yang membawah kesejukan,” kata Wendy.
“Melakukan pendakian, sebenarnya ada banyak manfaat yang bisa didapatkan, salah satunya adalah pembelajaran hidup. Secara pribadi saya mendapatkan pembelajaran, bagaimana mengambil sebuah keputusan jangan terlalu terburu-buru, apabila kita terburu-buru, kita tidak akan menikmati sebuah proses atau dinamika hidup,” imbuhnya sambil tersenyum.
Saat ditanya persoalan kendaraan dan besarnya materi (uang) untuk bisa mencapai puncak Gunung Kerinci ?. Wendy menjawab, dirinya dan teman-temannya memilih patungan untuk bisa menggunakan kendaraan ELF. Starnya, mulai dari Jakarta dengan mengambil jalur darat untuk sampai ke Provinsi Jambi. Biaya yang dikeluarkan kurang lebih 3 sampai 5 jutaan.
“Semakin banyak rombongan, semakin sedikit pula biaya yang dikeluarkan. Tetapi semakin ramai di Gunung, maka suasana syahdu semakin berkurang. Pilihan ada di tangan anda, jika mau melakukan perjalanan ke Gunung Kerinci. Kalau mau sepi harus private (Pribadi) dengan didampingi guide, dengan begitu ritme perjalanan bisa diatur sendiri, tetapi biaya yang dikeluarkan akan lebih besar,” tambah Wendy sembari menyampaikan sudah 10 Gunung yang didaki, semuanya di luar Sulawesi Utara. 3 di antaranya, termasuk 7 Summits Of Indonesia, yaitu Gunung Rinjani Nusata Tenggara Barat, Kerinci di Jambi, dan Gunung Binaiya di Maluku.
Intinya, tambah Wendy, banyak hal yang bisa didapatkan ketika melakukan pendakian, apalagi di Gunung Kerinci. Banyak kesan dan cerita yang bisa didapatkan, dan akan menjadi pengalaman hidup yang berharga.
Diketahui juga, Wendy Romario adalah Duta Promosi Pariwisata Jawa Barat 2023. Untuk melihat perjalannya, bisa dilihat di akun ig @wendyromario dan bisa melihat usahannya di tokopedia Klabat Outdoor Jakarta. (*)
Peliput: Meikel Pontolondo
Discussion about this post