Manado, Barta1.com – Peningkatan status Gunung Api Ruang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, per pukul 20.00 Wita oleh PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) dinaikan statusnya menjadi status level 4. Menurut Kepala Pusat data Informasi dan komunikasi kebencanaan (Kapusdatinkom) BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Abdul Muhari, kenaikan status level 4 ini tentu saja memiliki implikasi dari sektor atau aspek kedaruratan, melalui vhia Zoom, Kamis (18/04/2024).
“Dengan naiknya status Gunung Api Ruang dari level 3 ke 4, maka tidak boleh ada aktivitas apapun dalam radius 6 kilo meter, yang ditetapkan oleh PVMBG. Ini tentu saja, memberikan implikasi bahwa daerah ini harus dikosongkan, sesegera mungkin. Dan pengosongan daerah ini, ketika kita melihat waktunya yang saat ini pada malam hari, tentu saja akan banyak tantangan dan kendalanya,” ujarnya.
Abdul menambahkan, kondisi yang terjadi di lokasi saat ini dari warga yang cukup intens berkomunikasi dengan pihak BNPB, bahkan pada jarak radius 6 kilo meter hingga saat ini masih terjadi lontaran batu pijar sampai ke pemukiman warga, sehingga warga melakukan pengungsian secara mandiri, baik itu naik ke daerah-daerah perbukitan dengan berjalan kaki, maupun menggunakan jalur kendaraan roda empat dan dua ke arah timur laut dan utara untuk menjauhi lontaran batu pijar, yang hingga saat ini terus terjadi.
“Dari analisa daerah resiko lontaran baju pijar di radius 6 kilo meter ini. mau tidak mau kita harus mengungsikan masyarakat ke sebelah timur dari Tagulandang. Yang kami rilis dari BNPB ada 828 jiwa dari tadi siang dievakuasi, itu yang berasal dari Pulau Gunung Api Ruang sendiri,” jelasnya.
Menurutnya, dari hitungan aplikasi inaRISK untuk daerah resiko tinggi, ada sekitar 1,585 jiwa dalam radius 2,5 Kilo Meter, yang wajib untuk keluar dari daerah resiko tinggi. Jika ditambahkan dengan wilayah resiko rendah dan sedang, semuanya ada 11, 615 penduduk yang harus mengungsi atau dievakuasi, untuk sementara waktu.
“Sesuai dengan data tersebut, ke depannya kami akan melengkapi kebutuhan logistik dasar, makanan, tenda dan lain-lain. Pengungusian untuk sementara waktu, apakah akan tetap dievakuasi di Tagulandang sebelah timur, atau ke Pulau-pulau lain di sekitarnya, atau pulau utama di Kota Manado. Ini yang masih kita lihat efektivitas dari proses evakuasi, mau tidak mau akan menggunakan laut nantinya,” kata Abdul lagi.
Berkaitan dengan jalur laut, esok hari ada 4 kapal yang bisa mendukung pelaksanaan evakuasi masyarakat, di mana juga kepala BNPB akan ke Manado esok hari, dan akan meninjau langsung proses tanggap darurat dan proses evakuasi ini. “Kami mengharapkan nantinya, pengarahan alur baik itu dukungan dari TNI-POLRI maupun dari kementerian perhubungan bisa berjalan dengan baik.”
Sementara itu, Hendra Gunawan, kepala PVMBG mengungkapkan sejak pagi jumlah gempa vulkanik mencapai 400 lebih, dan siangnya terjadi erupsi lagi yang diikuti oleh beberapa kali erupsi, semakin membesar sampai tadi malam mencapai 3 kilo meter, berupa semburan lava maupun awan panas, nah, ini yang menjadi dasar peningkatan status Gunung Ruang dari level 3 siaga menjadi awas.
“Kita harus sama – sama mengatasi pengaruh awan panas yang masuk ke Laut, yang memisahkan antara Pulau Ruang dan Tagulandang, ini dalam sejarahnya cukup memakan banyak korban akibat dari letusan itu sendiri, maupun tsunami. Ini yang harus di garis bawahi, di mana masyarakat harus segerah diungsikan, teruma yang keberadaannya masih di Pantai barat dari Pulau Tagulandang, untuk menghindari terjadinya tsunami maupun awan panas, jarak yang direkomendasikan 6 kilo meter. 6 Kilo itu sudah mencapai pantai barat Tagulandang bahkan mengarah ke dalam pulaunya berkisar 800 meter,” imbuhnya.
Dari laporan tim di Manado, tambah Hendra, ada beberapa warga yang terkana lontaran batu pijar, yang membuat luka di bagian kepala, walaupun tidak besar. Tetapi, ini menunjukan sejak sore hari, erupsinya sudah semakin intens. Dan mudah-mudahan dengan adanya, tindakan evakuasi, berharap tidak terjadi korban jiwa.
Sejarah dari Gunung Api Ruang
kepala PVMBG, Hendra Gunawan, menyebut sejarah dari Gunung Api Ruang ini cukup rumit dikarenakan tidak ada jedah yang pasti, selalu berubah-rubah, hanya yang sama adalah erupsinya yang eksplosif, awan panas dan terjadi sunami.
Begitupun dengan Kapusdatinkom BNPB, Abdul Muhari, menceritakan kondisi masa lalu untuk menyiapkan mitigasi untuk masa depan, di tahun 1871 itu, meskipun secara kuantitaif tidak ada data peneliti yang mengukur tinggi tsunami yang terjadi pada saat itu, tetapi dari jejak-jejak yang ada, dari katalog tsunami yang didapatkan, di mana tinggi tsunami mencapai 5 sampai 20 meter dengan jumlah korban, sebanyak 400 orang.
“TSunami itu terjadi, karena ada runtuhan kaldera yang masuk ke badan air, mengingat Gunung Api Ruang ini adalah Gunung di tengah laut, sama halnya seperti tsunami karakatau tahun 2018 lalu, begitu ada bagian dari segmen badan Gunung yang masuk ke dalam kolom air, secara siknifikan akan menimbulkan atau membangkitkan gelombang tsunami,” ucapnya.
Tahun 1871, lanjut Abdul, terjadi tsunami yang menghantam sisi barat dan barat daya dari Tagulandang, yang diberitakan sangat siknifikan. Hal ini juga mendorong, dari segi mekanisme, di mana erupsi kali ini diharapkan tidak ada kondisi runtuhan badan Gunung, yang mengakibatkan terjadinya tsunami. (*)
Peliput: Meikel Pontolondo
Discussion about this post