Manado, Barta1.com – Di tengah geliat irama pembangunan yang berkelanjutan di Sulawesi Utara, ironisnya di sana juga terdapat potret buram dimana pembangunan tak juah menjangkau 16 tahun teriakan warga Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Goyo Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara untuk mendapatkan akes jembatan penyeberangan ke pemukiman mereka.
Dengan waktu yang cukup lama itu pula warga Goyo bertaruh nyawa dan uang dengan menyewa satu-satunya alat penyeberangan berupa rakit.
Alin Pangalima (21) seorang perempuan tangguh, di tengah melemahnya perjuangan sebagian orang, ia dan sahabat-sahabatnya terus menggelorakan semangat perjuangan mendesak pemerintah untuk membangun jembatan ke kampungnya.
Tak tanggung-tanggung, Alin mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Sulawesi Utara tersebut, yang juga adalah anak dusun Goyo, siap menjual ginjalnya untuk pembangunan jembatan dan taman baca di sana.
“ini sebagai ekspresi kekecewaan. Kalau ada yang mau beli, harganya sama dengan harga jembatan, tambah pembangunan taman baca di Goyo. Aku mau lepas,” kata mahasiswi semester 8 ini, ketika dihubungi barta1.com.
Alin bertutur mereka akan bertaruh keselamatan dan uang apabila melewati sungai tersebut ketika hujan deras. Saat sungai normal kata dia, biaya untuk membayar rakit penyeberangan sebesar Rp3000 sekali lewat. Sementara jika dalam keadaan hujan mereka harus membayar Rp10000 sekali lewat dengan resiko yang cukup tinggi.
“Bayangkan saja masyarakat berapa kali lewat dalam sebulan di tempat ini, belum lagi dalam keadaan hujan dan air sungai meluap dengan biaya Rp10000, berapa biaya yang harus dikeluarkan. Sementara penghasilan masyarakat rata-rata memprihatinkan, karena saya sendiri merasakannya,” kata Alin.
Alin hingga hari ini terus bergerak bersama warga Goyo untuk menyuarakan pembangunan jembatan Goyo. Perjuangan itu juga ia tuangkan lewat satu buku karyanya yang berjudul Goyo.
Sementara itu di berbagai pemberitaan Bupati Bolaang Mongondow Utara (Bomut) Depri Pontoh menyatakan bahwa Pemda sudah berusaha untuk bisa mendapatkan anggaran untuk pembangunan jembatan Goyo namun kondisi keuangan negara lagi menghadapi pandemi.
“coba dihitung di Dinas PUPR pembangunan jembatan Goyo itu ada sekitar 40 sampai 45 miliar. Kalau dibangun dengan Dana Alokasi Umum (DAU) atau dari APBD, habis dana daerah. Tidak cukup.” Kata Bupati belum lama ini, dikutip dari Indentiknews.
Peliput : Rendy Saselah
Discussion about this post