ELENA, DARI SEBUAH BIOGRAFI
1
Aku ingin bercinta dengan Elena
yang sayapsayapnya dirajut api sepi
gerimis tua
butirbutir peluru dari ngagah jendela
membuat aku melihat Tuhan
dalam wujud airmata
Aku ingin bercinta dengan Elena
Laut yang menguak selangkangannya
Untuk namanama yang merobek rahim
Menjadi potongan lapin
penepis sepiku
Yang nanah
Aku ingin bercinta dengan Elena
Yang mendetakan jantungku
mendetakan satusatunya waktu
Dalam gemuruh peristiwa
Dan akal sehat yang musnah
Aku ingin bercinta tanpa cinta
Karena aku ingin rebah dan berakhir
Dalam pelukan sang tiada
Aku lelaki di ujung dermaga
Dengan gada pertama dari benci
Yang terpenjara
Aku hanya fiksi pada realitas Elena
lahir untuk menyenggamahi dunia
Aku hanya lelaki di tangan Kristus
Yang tak letih melucuti amarah
2
Bertiuplah angin bau seleguri
Ke dalam kendaga suci cinta
Setiap kali ia mengatup kelopak usia
dan warna hitam kehilangan
menjelma akarakar lenyap
lesap ke pelukan Tuhan kadang diam
kadang bersenandung
di pucukpucuk perdu
di pucukpucuk waktu
di pucukpucuk kesepian membatu
Bertiuplah angin bau seleguri
Keringkan aku di bawah akarakarmu
Karena aku tak punya tempat lain di dunia ini
Selain pada tandus tubuh Elena
Yang menjadikanku tamu sengsara
Maka aku menjadi lelaki di ujung dermaga
Penyaksi Elena pergi dan kembali
Dalam bau petualangan
Dalam bau bedil birahi
Menghabisi doadoaku
Menghabisi harapanharapanku
Tapi memeluk Elena
Adalah memeluk tiang matahari
Karena dia satusatunya sinar untuk umurku
Harihari yang menikam
Harihari yang mendermakan pedih
Pada ujung rambut
Pada kulit
Pada bayanganku yang kutangisi
mengupasku menjadi rangka
Pada sebuah puisi penyair menjelang mati
3
Elena,
Tahukah kamu
Tuhan berurai air mata
ketika Gauguin melukis Tehura
karena hanya lewat pintu derita
cinta bisa melihat senyuman
begitulah hari ini aku memelukmu Elena
memeluk cinta dan dosa
Dengan jantung berdarah oleh karena ciumanmu
Kurayakan dunia liar dan suci ini
sebuah dunia antara Gauguin Tehura
acap kulihat pada matamu yang jelita
yang menjelmakan aku sebagai bayangan
sosok jiwa nan ringkih pada cermin raksasa petualangan
hanya bisa ditempu dengan mati dan mati
dan mati dipelukanmu Elena
adalah kematian paling dosa
paling indah
dan apabila aku mati nanti
atau kini
aku akan mati bersama namamu Elena
bersama kenangan birahi berwarna biru
bersama kejantanan paling manipulatif
tapi paling puitis dari definisi kata kalah
aku berserah pada kudusnya cinta
yang tak mungkin binasa
kendati semua makna katakata telah beku
aku berserah pada kudusnya cinta
yang kukamuskan pada malammalam duri
pada siang yang selalu kulalui dengan mati
hingga mati sejatinya menjadi cinta sejati
menjadi Elena
menjadi nasib terpilih
kujalani di kawah api pelukanmu
sebagai perjamuan indah dari sosok manusia hina
sambil membayangkan golgota
bahwa Tuhan pun pernah mati dengan merana
4
Sebagaimana cinta tak mungkin mati
kita adalah dua ekor anjing absurditas, Elena
karena mencintaimu
Adalah mencintai burung
Sampai kapan pun burung
ia tak ingin menjadi kuda
dan kuda tak ingin menjadi apa yang kupikirkan
dalam beriburibu hari kulalui
tahuntahun membelatung dalam nafas bayi lelaki
seperti mengarungi lautan birahi Angela del Moro
Kuarungi dirimu
Kusujudkan hasrathasratku
Kita adalah pelacur yang berbahagia
sapasang manusia dengan lapang dada
melacurkan semua kebanggaan dunia
karena yang kekal hanya cinta
Aku gemetar, menangis dan kuyu
saat menjadi saksi mata bahwa betapa telanjang engkau
Menjadi saksi dari fakta terbaru sosok malaikat mitologis
Yang melucuti bungkusnya
Menjadi Elena
Persis saat kuberdoa memohon bahagia
Begitulah pada pelukan paling tuba
Aku kian percaya bahwa dunia ideal itu
letaknya hanya dalam pikiran
Hanya dalam pikiran!
karena apa yang lebih api dari pelukan kita
apa yang lebih beku dan seru dari kesepian kita
satusatunya pemberontakan atas rasa jengah ini
adalah memilih mati bunuh diri
atau mati dalam pelukanmu yang duri
inilah pilihan paling kolot, Elena
karena di dunia yang liar
Manusia ternyata hanya terhibur
dengan kegembiraan yang liar
Kebenaran yang samar
Kebahagiaan palsu yang berakhir hambar
Di ujungujung penis yang layu dan memar
5
di kamar kita, Elena
ada kenangan
paling ingin kulupakan
Sungguh paling ingin kucampakkan
Namun tak bisa kutanggalkan
Aku selalu ingin bercinta denganmu
Bercinta dengan sayapsayapnya dirajut api sepi
gerimis tua
butirbutir peluru dari ngagah jendela
yang membuat aku melihat Tuhan
dalam wujud airmata
menemanimu pulang di suatu dini hari
saat embun terakhir membaunkan bau sperma
Aku tak mencari ke sebuah kuil kuno
Seorang pelacur yang berbahagia
Engkau sungguh Olympia
Sungguh jenaka
menjadikan kehidupan
Tak lebih padang canda
Di mana kepingan diriku
Setara tiangtiang balok
dinding papan atau atap
tempat engkau bersejenak teduh
sambil membiarkan aku bertamu
pada selangkangan kegembiraan
kau sajikan bersama kopi
dan doadoa pedih
bahwa segala yang erotis itu
tak lebih gesekan benda
saat manusia ingin terbakar api purba
yang hanya bisa menyala oleh karena dekapan
dan padamu aku belajar
cinta itu berada di bilik lain
tak bisa disenggamah
CAHAYA KETIGA UNTUK ELENA
Wahai Elena
Kekasih nan mawar
Ada tiga cahaya dalam kehidupan
Pertama dan kedua dapat dilihat semua orang
Yang ketiga
hanya untuk mereka yang diurapi rasa sakit
Dan diberkati melampaui yang jelas
Karena mencintaimu, Elena
berarti melucuti yang pertama dan kedua
memelukmu, memeluk duri golgota
luka dan bersimbah darah
mengecupmu, adalah meninggalkan
apa yang kupahami tentang dunia
pada tubuhtubuh tandus itu
diberkati hati seluas cakrawala
karena antara birahi dan api
yang terpuitis adalah terbakar oleh pelukanmu
sebab dengan beriburibu karya bisa jadi seorang penyair
belum melahirkan puisi seapi mati di palang sepi
saat seluruh daya dan kehendak bebas manusia
meluruhkan sayap
di bawah cahaya
yang membuat aku memelukmu, Elena
dan engkau memelukku seerat hakekat estetika
yang melahirkan para penyintas mendermakan dirinya
sebagaimana Tuhan mendermakan daging dan darahNya
untuk apa yang engkau sebut cinta
begitulah aku tak ingin mendefinisikan cinta, Elena
sebagaimana umumnya orang mendefinisikan cinta
di luar cahaya ketiga
biarkan aku menyetubuhimu tanpa risau
membiarkan kepalaku kulai ke dadamu
dagingdagingku terbongkar
karena binar matamu yang liar
adalah berjutajuta pisau halus dan tajam
ditikamkan berulangulang
hingga nampak betapa menariknya kehidupan
oleh karena sobek lebam dan lukanya
yang membuat aku meneriakan: Haleluya!
yang membuat aku tak punya waktu lagi
mempertanyakan bahagia
karena bahagia adalah menyetubuhimu
dan menyetubuhimu
berarti menusukan lagi pisau itu ke jantung
dalam kematian semacam itulah sejatinya aku menjadi
bagian dari kehidupan
dibangkitkan oleh pelukan kesakitan
Sebagai Lazarus
Ya sebagai dia yang merayakan kesedihan
merayakan kesepian
yang tidak boleh tidak harus erat didekap
sambil bergelandang sebagai hamba kebudayaan
Di tengah titik tersaput angin
Suara serine kematian
dan terjangan peluruh yang membekap kebenaran
Menyetubuhimu adalah percaya
ada seseorang akan melempar batu ke air
Dan melihat percikan cahaya ketiga itu
lalu percikan itu menyawakan sebongkah beni dihempas angin
dan rengkah bumi bernyanyi mengiringi yang tumbuh dan yang bersemi
di balik desis nafas seorang anak merindui ayah
karena sebelum menulis masa depannya sendiri
siapapun di dunia ini adalah peraya air matanya sendiri
Demikian aku merayakan persetubuhan denganmu, Elena
sebagai pesta kematian, sebagai pesta kebangkitan
Tanpa bilangan usia
Sebagai penyampai kemuliaan cahaya ketiga
Kebenaran yang tak dapat diraih dengan ambisi
Tak dapat diringkus oleh kekuasaan
Tak dapat disentuh oleh putus asa
Bahkan tak dapat dipikat oleh kejeniusan
Kecuali oleh puisi
Seperti Yesus mengampuni segala yang menciderainya
Hingga dalam mati pun Ia bisa bernyanyi
ELENA DAN SURGA YANG KUBAYANGKAN
Barangsiapa menginginkan lautan
menceburlah sebelum engkau melupakan
hakikat asin pada peluh dan pengalaman
barangsiapa menginginkan cinta
berserahlah pada kepahitannya
sebelum sepi meledakanmu
sebagai seseorang yang tak lagi mampu
merasa riang
Demikian aku dibangkitkan dan ditempatkan
Di antara cinta dan kematian
untuk sesuatu
yang disebut keinginan
menjadi sampah di mata kaum moralis
menjadi api paling biru di mata puisi
Sebagimana puisi
dalam erang aku berseru:
“antara berjutajuta rajawali di langit tinggi
Engkaulah burung dara, Elena”
Kudus oleh karena nafas Tuhan dihembuskan
pada lempung saat Ia begitu riang
memberi nyawa pada hati yang lusuh dan semangat yang pudar
dan engkau beterbangan menjadi paristera
memperagakan seluruh dirimu adalah sinar kehidupan
tak terlampaui oleh puisi
meski beriburibu kali kutulis, beriburibu kali kuerangkan
tak terbendung oleh benci dan putus asa
bahkan sesekali!
saat aku berpikir ingin bunuh diri
ciumanmu meledakan semua makna mati yang pernah ada
pernah dituliskan, pernah diwahyukan
hingga aku selalu pulang padamu
pada surga yang kubayangkan
yang letaknya hanya sejarak engkau mengulurkan tangan
mengangahkan gairah sejak celah dada dan penis
tak lebih ujung dari api ketakutan yang tak kupandamkan
karena membunuh demi ketakutan adalah mula pertama
dari sejarah dosa paling kuno yang tak mau kuulang
— kau tahu siapa Kristus, Elena?
Oleh karena cinta ia bangkit, dan membangkitkan!
Tapi begitulah zaman saat para penyamun
Menguasai seluruh sendi kekuasaan
Kebaikan akan segera mati
Dan cinta tak lebih paha dan vagina
Di ranjangranjang artifisial
Sesaat nampak megah
Namun dalam beberapa erangan saja
Dunia menjadi basah oleh air mata
Karena pelacur hanya pahlawan bagi orangorang kalah
memaknai dirinya, kata mereka.
Tapi aku Lazarus, Elena
Aku dibangkitkan untuk hidup di luar definisi dangkal
Kekuasaan, harta dan perempuan
Bahkan pada sebuah jalan setapak
Saat kau pulang dengan payudara bengkak
Dan vagina yang dibebani beragam keluh kesah
Sebagaina desa, yang kubayangkan!
seluruh dirimu adalah tanahtanah subur
gembur
Dan cintaku tumbuh di sana
Menjalari ruangruang kosong cakrawala
Mengrahmatinya dengan pemandanganpemandang yang lembut
—Dan saat engkau mengulurkan tangan,
aku melihat Tuhan masih saja ada di binar matamu
lalu, menjelang pagi itu,
bersama pohonan yang lena di bawah kerlip bintang
Lazarus dan Elena bercinta
Peluh menetes dari kedua jiwa paling sepi ini
menjadi hujan’
menjadi tarian daunan
menjadi bayibayi kehidupan
Pada cinta semacam itu, surga yang kubayangkan
ruang indah namun tak jelas antara Orpheus dan Eurydice
sebuah rahim yang hanya bisa bahagia oleh karena tangisan dan kesedihan
di mana beribu-ribu satire dan ular menarinari di bibir kelamin
dalam sebuah drama kebodohan dan ketidaktahuan bahwa
mencintai adalah kembali ke dalam jiwa yang abadi
seperti sebuah negara kehilangan maknanya
oleh karena keinginan berkuasa yang tak memiliki mata
tak saja agama berubah pedang dan senjata oleh karena
dangkal menganggap Tuhan semata miliknya
bahkan hukum selalu punya halaman belakang
Di mana semua pasal tak pernah sampai ke sana
demikian pula mereka mengira kelamin sama seperti sebuah kota
Setiap waktu dapat dikunjungi
Dapat ditinggalkan saat riuhnya membuat jenuh
Mereka tak paham cinta ini, Elena
Mereka tak paham apa yang menyingsing dalam pelukan kita
Mereka tak mengerti bahwa hidup adalah sebuah pengembaraan
untuk kembali kepada Sang Idea
dan pada remahnya
benih penghiburan itu tumbuh
menjelma pohonpohon pelindung
di sanalah aku ingin hidup
dan tak layu pada mata indahmu
karena dalam kesepianlah Tuhan menciptakan kecantikan cintamu
hingga aku selalu ingin terdampar pada pelukan Elena
pada pelukan ketakutan harus kuaminkan jadi manna pernikahan
bahwa yang berbahagia adalah mereka yang menjalani luka
di seberang kelamin dan doa
oh… Elena
Sudah sepekan badai La Nina
Namun keindahan tetap kentara
Setiap kali engkau pulang
Dengan paha yang masih lengket dengan lendir berwarna jeli
Aku berharap melihat punggung Tuhan
muncul di ujung gang
menjelang subuh di tengah doadoa yang gemuruh
debum pohon tumbang dengan akar yang tercabik
dan Tuhan yang kubayangkan akan menyodorkan aku sepucuk senjata
dan keberanian membunuh
—Kau pikir apa yang akan aku lakukan?
Pertama, akan kutembaki cinta yang menghuni hatiku
Kutembaki berulangulang hingga hancur
lalu…
Kedua, aku akan turun ke jalan dengan langkah seorang pahlawan masa kini
seseorang yang selalu punya peluru menghadapi kebenaran
setiap kali ia muncul
kebenaran harus mati
harus mati di tanganku!
Tapi yang terjadi,
seperti di tahun yang lain
saat tak ada gerimis
Tuhan yang datang bersama mata indahmu
berkata: Lazarus tuliskan puisi!
Di tengah udara panas dan jiwajiwa yang gerah
Aku memelukmu, aku mengecupmu
Aku mengecup Tuhan di mata indahmu
Dan orangorang meganggapku gila
Gila karena hidup dalam cinta yang mustahil
Mereka lupa bahwa saat yang paling sial adalah menyerah
Tak saja tanah dan rumahrumah akan dibongkar oleh tambang
Tak saja hakikat negara disandera oleh kepentingan menjarah
Bahkan cinta dipandang sebagai dosa
Apakah engkau berpikir ada seseorang yang merasa
kehadiranmu di dunia ini?
Manusia adalah makhluk di tengah pertempuran, Elena
Di mana persahabatan akan terluka saat kehormatan dipertaruhkan
Kegembiraan dan akal sehat akan ternoda
Bagai embun yang tidur sebagai makam
menyembunyikan namanama mati dalam percuma
Mengapa aku diciptakan?
Mengapa aku mengisi dunia ini?
Itulah pertanyaannya
Dan para pengagum dengan nafas tertahan menantikanmu
Mencabikcabik dan melemparkan ke jalan setiap penggal hatimu
Dihamburkan, sebagai biografi sebatang lilin terbakar
Agar para pejuang mengisi lintasan dengan cahayamu
Menyinari hingga akhir pengorbanan mereka
mengilau dipercikan air dalam pengulangan
perjalanan abadi untuk ditemukan kembali
karena menemukannya adalah keabadian itu sendiri
di atas tanah air tempat lahir dan mati ini
Sebagaimana Lazarus, kita bisa jadi dia sang milik sunyi
Terbakar lolong saat kita menanggalkan kepala kita sendiri
Di jalan kejam cinta
Mengayunkan perasaan hingga hujan turun
pada sebuah ruas menuju suatu hari
Hanya bisa ditempu sendiri
barangkali itu cukup jauh
Atau hanya selangkah saja
lalu berhenti
dan pada segelas kopi di sepi paling sunyi
kita bertemu mimpi yang pulang
yang pergi
yang menceritakan sederet kisah
tak perlu dijinakkan
bahwa ia nyata
dan bisa jadi sekadar ilusi
Demikian puisi melatih sebuah penglihatan
Menembus hati manusia
Dan bertemu jiwa paling menawan
Yang pantas untuk semua kebahagiaan
Yang pantas untuk semua keajaiban
Sebagai surga yang hanya dimengerti mereka yang memilih puisi
memekari senyumannya
(***)
Discussion about this post