• Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Minggu, Januari 29, 2023
  • Login
Barta1.com
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Talaud
    • Edukasi
    • Nasional
    • Barta Grafis
    • Prodcast
  • Politik
  • Kultur
    • Budaya
    • Sejarah
    • Seni
    • Sastra
    • Biografi
  • Fokus
    • Lipsus
    • Opini
    • Tajuk
  • Olahraga
  • Mereka Menulis
    • Esoterisisme
    • SWRF
  • Video
  • Webtorial
  • Indeks Berita
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Talaud
    • Edukasi
    • Nasional
    • Barta Grafis
    • Prodcast
  • Politik
  • Kultur
    • Budaya
    • Sejarah
    • Seni
    • Sastra
    • Biografi
  • Fokus
    • Lipsus
    • Opini
    • Tajuk
  • Olahraga
  • Mereka Menulis
    • Esoterisisme
    • SWRF
  • Video
  • Webtorial
  • Indeks Berita
No Result
View All Result
Barta1.com
No Result
View All Result
Home SWRF

Julia Roberts dan Festival Literasi

by Redaksi Barta1
16 Agustus 2021
in SWRF
0
Julia Roberts menjadi pemantik demam festival literasi di sejumlah negara. (foto: Radical Reads)

Julia Roberts menjadi pemantik demam festival literasi di sejumlah negara. (foto: Radical Reads)

0
SHARES
141
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Catatan:
Satria Yanuar Akbar

Julia Roberts sang Pretty Woman, di tahun 2010 memainkan peran sebagai Elizabeth Gilbert. Dia adalah wanita karier yang mencari kebahagiaan dan makna hidup melalui perjalanan. Dalam film Eat, Pray and Love, sebuah adaptasi dari novel laris dengan judul yang sama, Julia Roberts menemukan kebahagiaannya setelah berkeliling ke Roma dan Naples di Italia, Delhi di India hingga ke Ubud Bali.

Novel dan film Eat Pray and Love yang diluncurkan tahun 2010 spontan telah menumbuhkan ketertarikan dunia terhadap kuliner Italia, keunikan yoga di India hingga eksotisme Ubud Bali. Pesona Julia Robert melalui Eat Pray & Love pula lah yang memantik Roma Litterarte festival, Delhi Litfest hingga Ubud Writers & Readers Festival sebagai festival literasi yang memiliki jangkauan lebih luas, tidak hanya dinikmati oleh kalangan ekslusif, namun membuka ruang yang lebih luas bagi masyarakat umum.

Seperti digambarkan dalam filmnya, dalam keseharian, Julia Roberts adalah seorang pembaca buku yang akut. Melalui buku ia mengembara mendalami karakter peran yang dibutuhkan naskahnya. Dan melalui festival literasi pula Julia menemukan banyak gagasan dan petualangan-petualangan baru yang memperkaya bathinnya menjadi aktor kelas dunia seperti yang kita kenal saat ini.

Negeri yang tidak gemar membaca
Tetapi lain padang, lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya. Berbeda dengan di negara Julia Roberts dibesarkan, membaca masih belum menjadi budaya yang mengakar bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia hari ini bukanlah masyarakat yang gemar membaca, setidaknya itulah simpulan atas penelitian yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) terhadap minat baca masyarakat di 70 negara. Dalam hasil penelitian tersebut, Indonesia berada di urutan 62, dengan kategori kegemaran membaca rendah.

Rasio jumlah bacaan dari total penduduk Indonesia adalah 0,09. Artinya setiap buku baru ditunggu dibaca oleh 90 orang setiap tahunnya. Padahal UNESCO menyaratkan 3 buku baru yang harus dibaca minimalnya oleh setiap individu di suatu negara dalam membangun kesadaran literasinya.

Bila kita berkaca di negara-negara Asia Timur (Jepang, Korea, China), kita kemudian menemukan data bahwa masyarakat di negara-negara tersebut rata-rata membaca 20 buku baru per tahunnya (Sumber: perpustakaan.kemendagri.go.id/indeksliterasi_asia). Hasilnya dari kesadaran membaca masyarakat di negara Asia Timur dapat kita rasakan kini, bagaimana digdayanya produk-produk budaya negara tersebut berseliweran di seluruh dunia. Rendahnya minat baca bagi masyarakat Indonesia adalah permasalahan sistemik. Selain kurangnya sumber-sumber bacaan, akses untuk mendapatkan sumber bacaan (toko buku, perpustakaan dlsb) pun masih terlampau sedikit, alhasil tingkat literasi yang rendahlah yang kini dimiliki bangsa ini.

Literasi sendiri adalah kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subjek ilmu pengetahuan.
Tingkat literasi mencerminkan tingkat keunggulan sumber daya suatu bangsa yang berdampak pada daya saing, daya inovasi, hingga pembangunan. Maka tidak berlebihan bila novelis Milan Kundera pernah berujar, “Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya; maka pastilah bangsa itu akan musnah”.

Menjauhkan seseorang dengan buku dan kegiatan membaca adalah upaya memutuskan hubungan individu dengan masa lalu, pengetahuan dan identitas dirinya. Tanpa itu semua, manusia akan kehilangan makna dirinya dan akhirnya hanya akan menjadi buih yang terombang-ambing arus besar zamannya.

Festival Literasi pemantik minat baca
Lalu bagaimana upaya yang harus dihadirkan untuk menumbuhkan minat baca ? Dari berbagai upaya yang ada, Festival literasi adalah salah satu jawabannya. Istilah festival literasi mengacu pada sebuah aktivitas perayaan berkumpulnya para peminat literasi baik pembaca, penulis, penerbit, pembuat regulator hingga masyarakat luas untuk saling berbagi hal ihwal terkait dunia literasi.

Festival literasi tertua yang masih terselenggara hingga kini dilaksanakan di Inggris bertajuk Cheltenham Literarture Festival (CLF). Sejak diawali di tahun 1949, CLF telah menjadi tonggak bagi masyarakat Inggris untuk menata paradigma ekosistem literasi yang lebih modern. Di Indonesia sendiri, dalam 2 dasawarsa terakhir, bermunculan banyak festival literasi yang dapat memberi dampak signifikan bagi pengembangan masyarakat.

Sebutlah Makassar International Writers Festival (MIWF) yang diselenggarakan sejak tahun 2012 di inisiasi oleh kolektif seni-budaya Rumata. Menuju ke Utara ada Festival Sastra Banggai (FSB) yang diselenggarakan sejak tahun 2017, berhasil memunculkan banyak sastrawan muda asal Sulawesi Tengah.

Meskipun diperlukan penelitian lebih lanjut antara hubungan kemampuan literasi suatu daerah dan angka peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai suatu indikator dalam menilai pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, namun kita dapat menyimak bahwa PDRB Sulawesi Selatan yang memiliki festival literasi MIWF dan Sulawesi Tengah yang memiliki FSB berada lebih baik dari Provinsi Sulawesi Utara. (PDRB Sulsel 2020: 504.749, PDRB Sulteng 2020: 197.441, PDRB Sulut 2020: 132.229; sumber BPS 2021).

Masyarakat yang literat akan menumbuhkan kemampuan berbahasa dan berfikir untuk menjawab tantangan zamannya, oleh karenanya masyarakat literat akan selalu identik dengan perubahan dan kemajuan karena ia akan selalu menemukan kebaruan solusi dari setiap permasalahan yang ia hadapi.

Di akhir Oktober 2021, Provinsi Sulawesi Utara akan menggelar festival literasinya yang perdana. Sangihe Writers & Readers Festival (SWRF) adalah sebuah festival yang diharapkan dapat menumbuhkan gairah literasi bagi masyarakat Sulawesi Utara khususnya. Diinisiasi oleh Dinas Perpustakaan & Kearsipan Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe, bekerjasama dengan berbagai seniman dan kelompok literasi, SWRF menjadi angin segar dalam upaya pembenahan kebudayaan di ujung Utara Indonesia. Sebagai bangsa yang memiliki sejarah budaya yang panjang, sudah sepatutnya Sulawesi Utara dapat menghasilkan berbagai gagasan pembangunan yang berwawasan nasional.

Ketika di masa lampau Sulawesi Utara memiliki sosok-sosok semacam JE Tatengkeng, Laurens Koster Bohang, Sam Ratulangi hingga Walanda Maramis, besar harapan melalui perhelatan semacam SWRF ini akan lahir pemikir-pemikir baru yang turut mewarnai pembangunan Indonesia. SWRF menjadi sebuah penanda akan pentingnya kesadaran literasi, yang membuka berbagai kemungkinan perubahan di masa depan. Dan mungkin SWRF dapat menjadi alasan bagi seorang Julia Roberts untuk hadir dan menggumuli kebudayaan di tanah ini, siapa tahu? (**)

Satria Yanuar Akbar adalah praktisi seni dan pegiat literasi

Barta1.Com
Tags: Eat Pray LoveJulia RobertsKabupaten Kepulauan SangiheSangihe Wwiters and Rider FestivalSWRFUbud
ADVERTISEMENT
Redaksi Barta1

Redaksi Barta1

Next Post
Tak Diizinkan Polisi, Launching Film Sangihe Not For Sale Batal

Tak Diizinkan Polisi, Launching Film Sangihe Not For Sale Batal

Discussion about this post

Berita Terkini

  • Merefleksi Banjir Manado: Merefleksi “Aer So Sampe di Toto” 28 Januari 2023
  • Reine Gaghansa dan Dunia Barista 28 Januari 2023
  • Jadwal dan Siaran Langsung Bola Malam ini: Ada MU dan Barcelona 28 Januari 2023
  • 60 KK Terdampak Banjir di Sumompo, Belum Tersentuh Bantuan Pemerintah 28 Januari 2023
  • Legislator Jurani Rurubua Bagikan Ribuan Makanan dan 25 Kamar Hotel 28 Januari 2023

Berita Populer

  • ilustrasi naskah pidato

    Contoh Teks Pidato Untuk Siswa SMP-SMA Bertema Covid-19

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mencari Teks Pidato Untuk Tugas Siswa SD Bertema Melawan Corona? Ini Dia…

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membuat Karangan Bertema COVID-19, Contoh Tugas Siswa SMP dan SMA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Putra Mantan Bupati Sangihe Ditangkap Polisi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mencari Naskah Drama Natal Pendek? Ini Dia…

    407 shares
    Share 407 Tweet 0

Temukan Kami di FB

© 2018-2020 Barta1.com - Hosting by ManadoWebHosting.

No Result
View All Result
  • Contact
  • Home 1
    • Indeks Berita
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Kebijakan Privasi
  • Laman Contoh
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Talaud
  • Webtorial

© 2018-2020 Barta1.com - Hosting by ManadoWebHosting.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In